TRIBUNNEWS.COM – Penetapan tarif impor tinggi oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap barang impor dari Kanada membuat General Motors (GM) memangkas produksi.
GM telah mengkonfirmasi bahwa fasilitas produksi di Oshawa Assembly akan beroperasi hanya dalam dua shift, setelah situasi perang dagang terus berkembang, dikutip dari Carscoops.
Produsen mobil tersebut akan memfokuskan truk yang diproduksi di Oshawa, Kanada, untuk pelanggan Kanada. Intinya, perusahaan tidak ingin mengimpor truk Chevrolet Silverado dari Kanada sebanyak yang biasa mereka lakukan.
Meskipun kehilangan satu shift, GM mengatakan masa depan Oshawa Assembly aman, karena pabrik tersebut akan membangun truk bertenaga gas generasi terbaru.
Produsen mobil tersebut menambahkan bahwa mereka telah membangun kendaraan di Kanada sejak 1918 dan berencana untuk terus melakukannya selama lebih dari 100 tahun lagi.
Serikat pekerja otomotif Kanada, Unifor marah besar dengan tindakan GM yang mengurangi shift hanya untuk mendapatkan dukungan Trump.
“Kami tidak akan mengizinkan GM menukar pekerjaan di Kanada untuk mendapatkan dukungan Donald Trump,” kata Presiden Serikat Pekerja Nasional Lana Payne.
“Memotong shift ketiga di Oshawa Assembly adalah keputusan sembrono yang memberikan pukulan langsung kepada anggota kami dan mengancam akan memengaruhi seluruh jaringan pemasok suku cadang mobil,” imbuhnya.
Payne menyebut, tarif impor Trump dirancang untuk menghancurkan produksi Kanada, GM tidak bisa secara sembrono mengurangi komitmennya di Oshawa.
“Perusahaan memiliki waktu enam bulan untuk memperbaiki ini. Memotong pekerjaan sekarang memiliki konsekuensi,” ucap Payne.
Unifor tidak mengatakan berapa banyak pekerjaan yang akan hilang, tapi setidaknya ada 700 orang. Mereka diperkirakan akan kehilangan pekerjaan musim gugur ini.
Tindakan tersebut dilakukan tak lama setelah GM memutuskan untuk menghentikan produksi di CAMI Assembly di Ingersoll, Ontario.
Pabrik tersebut memproduksi mobil van BrightDrop yang penjualannya lambat dan para pekerja akan kembali bekerja sebentar pada bulan Mei, sebelum produksi berakhir lagi untuk memungkinkan peralatan ulang.
Ketika produksi dilanjutkan, pabrik tersebut akan dikurangi menjadi satu shift untuk masa mendatang. Saat itu, Unifor mengatakan hal ini akan mengakibatkan PHK tak terbatas terhadap hampir 500 pekerja.
