Gencatan Senjata Iran-Israel Goyah, Trump Klaim Perdamaian Diuji Serangan Rudal

Gencatan Senjata Iran-Israel Goyah, Trump Klaim Perdamaian Diuji Serangan Rudal

 

PIKIRAN RAKYAT – Gencatan senjata yang diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump antara Israel dan Iran pada Selasa pagi waktu setempat tampaknya langsung menghadapi ujian serius. Meski Trump menyatakan bahwa “perang telah berakhir” dan menyambut perdamaian secara terbuka, situasi di lapangan menunjukkan ketegangan yang belum reda.

 

Tak lama setelah pengumuman gencatan senjata, militer Israel melaporkan adanya rentetan serangan rudal yang diluncurkan dari wilayah Iran. Serangan tersebut terjadi hanya beberapa jam setelah waktu gencatan resmi dimulai, menimbulkan suara ledakan di Israel utara dan memicu aktivasi sistem pertahanan udara. Sirene peringatan sempat berbunyi di beberapa kota, termasuk Beersheba, yang sebelumnya sudah mengalami kerusakan parah akibat serangan rudal Iran.

 

Militer Israel menyatakan bahwa mereka mendeteksi peluncuran baru sekitar dua setengah jam setelah gencatan senjata berlaku. Setidaknya tiga bangunan tempat tinggal rusak berat, lima korban jiwa ditemukan dari salah satu bangunan, dan lebih dari 20 orang lainnya dilaporkan terluka. Pemerintah Israel menanggapi dengan ancaman akan merespons “dengan keras” terhadap setiap pelanggaran terhadap kesepakatan.

 

Namun, pihak Iran membantah telah meluncurkan rudal setelah kesepakatan gencatan senjata berlaku. Dalam pernyataan yang disiarkan televisi pemerintah, staf umum angkatan bersenjata Iran menyatakan bahwa “tidak ada peluncuran rudal dari wilayah Iran ke wilayah pendudukan dalam beberapa jam terakhir.” Pernyataan itu muncul sebagai respons terhadap tuduhan Israel bahwa serangan rudal baru merupakan pelanggaran langsung terhadap gencatan senjata.

 

Kebingungan ini memperkuat kesan bahwa deklarasi Trump tentang berakhirnya perang tampaknya terlalu dini. Militer Israel sendiri menegaskan bahwa mereka masih berada dalam “tingkat siaga tinggi” dan menyatakan bahwa “bahaya masih ada”. Brigadir Jenderal Effie Defrin, juru bicara militer Israel, menambahkan bahwa tidak ada perubahan dalam instruksi pertahanan dalam negeri, menandakan bahwa mereka tetap mempersiapkan kemungkinan eskalasi lanjutan.

 

Reaksi internasional

Sementara itu, reaksi internasional mulai bermunculan. Pemerintah Tiongkok melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri, Guo Jiakun, menyatakan keprihatinannya atas situasi tersebut dan menyerukan semua pihak untuk kembali ke jalur penyelesaian politik secepatnya demi menjaga stabilitas di kawasan Timur Tengah.

 

Meski Presiden Trump mengklaim telah menjadi penengah gencatan senjata, insiden beruntun ini menimbulkan pertanyaan serius: apakah perdamaian benar-benar tercapai, atau justru yang terjadi hanyalah jeda rapuh dalam konflik berkepanjangan antara dua musuh bebuyutan? Waktu dan tindakan di lapangan akan menjadi penentu apakah perjanjian ini dapat bertahan atau segera runtuh di tengah ketidakpercayaan dan serangan yang belum benar-benar usai. ***