Gara-Gara Stigma, Penanggulangan Penyakit TBC di Jabar Terhambat

Gara-Gara Stigma, Penanggulangan Penyakit TBC di Jabar Terhambat

Dilansir kanal Health, Liputan6, Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan bahwa tuberkulosis atau TBC masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan di Indonesia. Diperkirakan ada 1 juta kasus dan 125.000 kematian setiap tahun karena TBC.

“Setiap jam, 14 orang meninggal karena TBC di Indonesia. Kita harus bergerak bersama. Jika tidak dimulai sekarang, target eliminasi 2030 akan sulit tercapai,” kata Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, dokter Ina Agustina dalam temu media Senin, 26 Maret 2025.

Bila mengacu data, penyumbang kasus TBC tertinggi di Indonesia berasal dari beberapa provinsi di Pulau Jawa serta Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan — yang masing-masing mencatat ada lebih dari 40 ribu kasus.

Ina menyorot sial masih belum tuntasnya pengobatan pada pasien tuberkulosis di Tanah Air. Merujuk data 2024, Indonesia telah mencatatkan 889 ribu notifikasi kasus TBC. Namun, pencapaian inisiasi pengobatan TBC sensitif obat (SO) masih berada di angka 81 persen, di bawah target 90 persen.

Sementara itu, keberhasilan pengobatan TBC resisten obat (RO) baru mencapai 58 persen, jauh dari target 80 persen. Padahal untuk bisa mempercepat eliminasi kasus TBC pengobatan pasien harus sampai tuntas.

Ina mengungkapkan bahwa Indonesia terus berupaya agar TBC segera musnah dari Tanah Air. Diantaranya dengan memperkuat promosi dan pencegahan penyakit akibat bakteri Mycobacterium tuberculosis ini, pemanfaatan teknologi, serta integrasi data dengan rumah sakit dan Puskesmas.

“Kami terus memperkuat penemuan kasus dengan pemanfaatan teknologi seperti X-ray portable, Tes Cepat Molekuler, dan PCR, serta memberikan insentif dan SKP bagi tenaga kesehatan yang terlibat,” kata Ina.

Inovasi lainnya mencakup e-learning TBC yang telah diakses lebih dari 491 ribu tenaga kesehatan serta penerapan sertifikat kesembuhan otomatis bagi pasien.