Gagasan Bayar Rumah dengan Sampah

Gagasan Bayar Rumah dengan Sampah

Lebih jauh, masyarakat sipil dan komunitas lokal harus dilibatkan sejak awal agar program ini tumbuh dari bawah, sesuai dengan semangat gotong royong khas Makassar. Dengan melibatkan semua pihak, inovasi ini tidak hanya menjadi proyek teknis, tetapi juga gerakan sosial mengubah paradigma masyarakat dalam memandang sampah dan rumah.

Dari Masalah Jadi Warisan

Jika langkah-langkah tersebut dijalankan, Makassar dapat mencatat sejarah baru: dari sampah menjadi tabungan, dari tabungan menjadi rumah, dari krisis menjadi harapan. Kota ini tidak lagi sekadar dikenal sebagai pintu gerbang Indonesia Timur, melainkan juga pelopor inovasi hijau yang menginspirasi nasional.

Lebih dari sekadar solusi teknis, membayar rumah dengan sampah adalah strategi kebangsaan. Hal ini menyatukan keberlanjutan lingkungan, akses perumahan, dan inovasi keuangan inklusif dalam satu narasi besar. Idea ini juga sejalan dengan agenda global, mulai dari Paris Agreement hingga Sustainable Development Goals (SDGs).

Pada akhirnya, membayar rumah dengan sampah adalah simbol keberanian sebuah kota untuk mengubah masalah menjadi peluang, beban menjadi berkah, dan krisis menjadi harapan. Jika Makassar berani memulai, gagasan ini bukan hanya solusi lokal, melainkan warisan kebangsaan yang lahir dari timur untuk menerangi Indonesia seluruhnya. (*)

————-

Tulisan ini adalah pendapat pribadi.

Wilson Arafat adalah bankir senior dengan pengalaman lebih dari 28 tahun di industri perbankan. Ia menjabat sebagai Division Head of Enterprise & ESG Risk Management di Bank BTN, dengan spesialisasi di bidang Governance, Risk & Compliance (GRC), ESG, dan manajemen transformasi.