FSPI sebut program MBG perlu fokus evaluasi bukan politisasi

FSPI sebut program MBG perlu fokus evaluasi bukan politisasi

Jakarta (ANTARA) – Forum Silaturahmi Pemuda Islam (FSPI) menegaskan, program MBG yang digagas Presiden Prabowo Subianto membawa dampak bagi perbaikan gizi anak bangsa, oleh karena itu publik tidak mempolitisasi insiden keracunan melainkan fokus evaluasi dan perbaikan sistem tata kelola dapur.

“Kita harus objektif. Fakta menunjukkan angka stunting nasional terus turun. Jangan sampai semangat memperbaiki bangsa justru dikerdilkan oleh isu politik sesaat,” kata Koordinator Presidium FSPI Zuhelmi dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Ia menyatakan bahwa MBG merupakan salah satu program paling progresif dalam sejarah kebijakan sosial Indonesia.

Dikatakannya, Kementerian Kesehatan mencatat angka stunting nasional berhasil ditekan hingga 11,2 persen per Agustus 2025 dari 21,6 persen pada 2022.

“Capaian ini sebagian besar dipicu oleh peningkatan asupan gizi di sekolah-sekolah dasar melalui program MBG,” ujarnya.

Zuhelmi juga mengapresiasi respons cepat Presiden Prabowo terhadap kasus keracunan.

Menurut dia, langkah Presiden yang langsung memerintahkan evaluasi total terhadap dapur penyedia makan bergizi menunjukkan kepemimpinan yang responsif dan solutif.

FSPI menilai program MBG bukan hanya memperkuat ketahanan gizi anak didik, tapi juga menggerakkan ekonomi rakyat kecil. Ribuan UMKM katering, petani, dan nelayan lokal kini ikut menjadi bagian dari rantai pasok MBG.

“Setiap kotak makan bergizi bukan hanya memberi tenaga untuk anak sekolah, tapi juga rezeki bagi banyak keluarga di desa. Karena itu, mari kawal dengan semangat kolaboratif, bukan kecurigaan politik,” kata dia.

Dia menambahkan, di tengah dinamika politik nasional, MBG menunjukkan bahwa kebijakan publik bisa tetap berpihak pada rakyat kecil sekaligus membangun masa depan bangsa.

“Gizi anak hari ini adalah kekuatan Indonesia esok hari,” ucap Zuhelmi.

Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Syaiful Hakim
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.