Liputan6.com, Brebes – Adep-adep, hidangan tradisional khas Bumiayu, Kabupaten Brebes, tidak hanya merupakan sajian kuliner biasa. Dalam susunan nasinya yang dikelilingi berbagai sayuran dan lauk, terkandung filosofi mendalam tentang persatuan dalam perbedaan.
Hidangan ini secara khusus disajikan pada momen-momen penting tertentu. Adep-adep merepresentasikan kehidupan masyarakat agraris Jawa Tengah yang menjunjung tinggi nilai keseimbangan dan kebersamaan.
Mengutip dari berbagai sumber, adep-adep disajikan dalam wadah tampah dengan nasi sebagai pusat yang dikelilingi aneka sayuran seperti kacang panjang, petai, jengkol, selada, terong, dan daun singkong. Berbeda dengan tumpeng yang berbentuk kerucut, adep-adep memiliki bentuk datar yang melambangkan kesetaraan dan kesederhanaan.
Penataan sayuran yang berselang-seling secara melingkar di atas nasi mencerminkan harmoni dalam keberagaman. Setiap bahan memiliki karakteristik rasa yang berbeda, namun ketika dikombinasikan menghasilkan cita rasa yang unik dan seimbang.
Keberadaan petai dan jengkol dalam adep-adep memiliki makna khusus. Kedua bahan ini dikenal memiliki aroma kuat dan rasa khas yang tidak disukai semua orang.
Masyarakat Brebes memaknainya sebagai simbol lika-liku kehidupan yang tidak selalu mudah, namun harus dihadapi bersama-sama. Dalam konteks pernikahan, penyajian adep-adep mengandung pesan bahwa kehidupan rumah tangga akan diwarnai suka dan duka, sebagaimana rasa petai dan jengkol yang terkadang sulit diterima.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4403143/original/011513700_1682004759-Bukit_Panenjoan_Salem.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)