Jakarta, Beritasatu.com – Kabar tragedi meninggalnya dua pendaki saat mendaki Puncak Cartenz di Papua mengejutkan dunia hiburan Tanah Air. Pasalnya, dalam rombongan tersebut terdapat penyanyi Fiersa Besari yang turut serta dalam pendakian tersebut dan sempat hilang kontak dengan istrinya.
Istri Fiersa Besari, Aqia Nurfadla mengungkapkan sempat kesulitan menghubungi suaminya setelah mendengar tentang tragedi tersebut.
Melalui akun Instagram pribadinya @aqianr dikutip Minggu (2/3/2025), Aqia membagikan ia tidak bisa menghubungi Fiersa sejak 28 Februari 2025. Namun, dalam unggahan berikutnya, Aqia akhirnya mengabarkan suaminya selamat dan mengucapkan terima kasih atas perhatian yang diberikan masyarakat.
“Teman-teman, terima kasih atas perhatian dan rasa khawatir yang sama denganku. Semoga mereka di sana baik-baik saja dan pulang tanpa kurang suatu apa. Aku tidak bisa membagikan informasi lebih lanjut, karena tidak berhak dan tidak tahu keadaan yang sebenarnya di sana,” tulis Aqia.
Dalam kesempatan tersebut, Aqia juga memohon doa agar suaminya dan dua pendaki yang meninggal dunia dalam tragedi pendakian ke Puncak Cartenz Papua bisa mendapatkan tempat terbaik.
Unggahan Instagram story istri Fiersa Besari, Aqila Nurfadla. – (Instagram/Istimewa)
“Mari kita kirimkan doa untuk mereka yang masih berjuang di sana dan juga untuk yang telah gagal berjuang,” tambah Aqia.
Aqia juga berharap suaminya segera pulang, mengingat pada Senin (3/3/2025), Fiersa Besari akan merayakan ulang tahunnya yang ke-41 tahun.
Sebelumnya, pelantun lagu Celengan Rindu tersebut sempat mengunggah emoji patah hati dengan latar belakang hitam dan lagu Now at Last milik Fiest sebagai bentuk ungkapan perasaan.
Unggahan Fiersa Besari tersebut membuat netizen bertanya-tanya dan merasa khawatir dengan keadaan penyanyi tersebut.
Diberitakan sebelumnya, Fiersa Besari bersama sembilan pendaki lainnya dan lima pemandu berangkat menuju Puncak Cartenz pada 28 Februari 2025. Namun, akibat cuaca ekstrem, dua pendaki, Elsa Laksono dan Lilie Wijayanti, dilaporkan meninggal dunia akibat hipotermia atau penyakit gunung akut (AMS).