Fenomena “Job Hugging”, Dilema Anak Muda Bertahan di Pekerjaan yang Bukan Cita-citanya
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Fenomena
job hugging
kian marak di kalangan anak muda di tengah ketidakpastian ekonomi dan terbatasnya lapangan kerja yang menjanjikan kesejahteraan.
Job hugging
dimaknai sebagai kondisi ketika pekerja memilih bertahan lama di satu pekerjaan, meski sebenarnya memiliki keinginan untuk pindah ke tempat kerja lain.
Fenomena ini didorong oleh rasa takut menghadapi persaingan, ketidakpastian penghasilan, hingga ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK).
Syaqila (28), perantau asal Bandung yang bekerja di bidang pemasaran di sebuah perusahaan swasta di Jakarta Pusat, mengaku sudah lima tahun bertahan di tempat kerjanya sejak pertama kali merantau.
“Sudah lima tahun kerja di sana. Sudah nyaman banget sih jujur, sampai udah jadi
comfort zone
. Apalagi sudah karyawan tetap kan, jadi udah pasti,” kata Syaqila saat ditemui
Kompas.com
di sebuah kafe di Jakarta Barat, Selasa (23/9/2025).
Sebelum bekerja di Jakarta, Syaqila sempat berpindah-pindah pekerjaan di Bandung. Namun, gaji kompetitif dan status pegawai tetap membuatnya enggan meninggalkan pekerjaannya saat ini.
Meski begitu, ia masih menyimpan keinginan untuk berkarier di bidang hubungan masyarakat (humas).
“Sebenernya pengen geser ke bidang kehumasan, soalnya ngeliat kayak seru aja sih dan menurut pengetahuanku, secara penghasilan juga lebih menjanjikan kan. Tapi, ya mau enggak mau bertahan dulu aja,” ujarnya.
Ia pernah melamar di sejumlah perusahaan untuk posisi humas, namun gaji yang ditawarkan sering kali tidak lebih baik dari pekerjaannya sekarang. Situasi ekonomi yang dinilai tidak stabil juga menambah pertimbangannya untuk bertahan.
“Sekarang kan inflasi gila-gilaan ya, harga semuanya naik. Jadi aku sih lebih pengen yang pasti-pasti aja. Apalagi, kan banyak perusahaan yang di-
lay off
, jadi takut. Bersyukur saja lah sudah punya pekerjaan tetap sekarang,” ucapnya.
Hal serupa dialami Nuri (24), pekerja asal Purwakarta yang sudah tiga tahun bekerja di industri media di Jakarta. Meski pekerjaannya saat ini bukan cita-citanya, ia tetap bertahan karena alasan ekonomi.
“Ada banget, pengen
switch career.
Karena emang yang sekarang ini bukan tujuan aku, bukan cita-citaku. Tapi, salah satu pertimbangannya juga karena ekonomi, berhubung aku juga sedang sekolah lagi ya sekarang,” kata Nuri kepada
Kompas.com.
Untuk menambah penghasilan, Nuri mencari pekerjaan sampingan di waktu luangnya.
Ia kini tengah menempuh pendidikan magister di bidang Corporate Communication dengan harapan dapat mengejar cita-citanya sebagai dosen.
“Kalau untuk sekarang sih, kayaknya belum (mau pindah). Karena aku juga masih butuh kan, buat menunjang perekonomianku sendiri. Aku juga masih bisa manfaatin waktu luang buat cari-cari kerjaan
freelance
,” ujarnya.
Baik Syaqila maupun Nuri sama-sama mengaku khawatir kehilangan jaminan kesejahteraan apabila keluar dari pekerjaan di tengah badai PHK. Mereka akhirnya memilih bertahan meski harus mengorbankan mimpi dan rencana karier.
mereka merelakan kesempatan untuk mengejar mimpinya demi menghadapi permasalahan ekonomi yang tengah melanda dan menjadi tantangan berat bagi kelangsungan hidupnya di tanah rantau.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Fenomena “Job Hugging”, Dilema Anak Muda Bertahan di Pekerjaan yang Bukan Cita-citanya Megapolitan 24 September 2025
/data/photo/2025/09/22/68d11775c1837.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)