PIKIRAN RAKYAT – Ketegangan di Timur Tengah meledak menjadi konfrontasi militer langsung antara Iran dan Israel penjajah, dengan serangkaian serangan udara, rudal, dan drone yang mengguncang dua negara bersenjata lengkap itu dalam salah satu babak paling mematikan dalam sejarah konflik mereka.
Serangan paling parah dilaporkan terjadi Sabtu 21 Juni 2025 dini hari, ketika Israel penjajah melancarkan serangan udara terhadap fasilitas nuklir Isfahan, salah satu instalasi nuklir terbesar Iran, dan beberapa titik strategis lainnya.
Media pemerintah Iran Fars News mengonfirmasi serangan itu, namun menyebutkan bahwa “tidak ada kebocoran bahan berbahaya” dari situs nuklir tersebut.
Di waktu hampir bersamaan, Israel penjajah juga meluncurkan serangan ke kota suci Qom. Sumber medis Iran menyatakan seorang remaja berusia 16 tahun tewas dan dua lainnya terluka dalam serangan tersebut.
“Israel menyerang jantung infrastruktur nuklir kami. Ini adalah agresi terbuka yang melanggar hukum internasional dan akan direspons,” ucap Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, dalam konferensi pers darurat di Teheran.
Sementara itu, Israel penjajah mengatakan telah menghantam puluhan target militer di Iran, termasuk lokasi produksi rudal dan pusat riset senjata nuklir di Teheran. Militer Israel penjajah menyebut ini sebagai tindakan pre-emptive untuk mencegah “ancaman eksistensial dari pengembangan nuklir Iran.”
Langit Tel Aviv Dikepung Rudal Balistik
Tidak tinggal diam, Iran membalas dengan meluncurkan lima rudal balistik yang menyasar wilayah tengah Israel penjajah. Sirene peringatan menggema di seluruh Tel Aviv dan wilayah sekitar, memicu kepanikan luas.
“Kami menyaksikan kilatan di langit, diikuti suara ledakan dahsyat. Anak-anak menangis. Semua orang lari ke tempat perlindungan,” kata Miriam Levi, seorang warga Tel Aviv yang rumahnya rusak akibat serpihan rudal.
Otoritas Israel penjajah mengatakan sebagian besar rudal berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Iron Dome. Namun, kebakaran dilaporkan terjadi di sebuah gedung hunian bertingkat akibat puing-puing dari intersepsi rudal.
Militer Israel penjajah menegaskan tidak ada korban jiwa dalam serangan balasan Iran. Namun, 24 warga sipil Israel penjajah telah tewas dalam serangan-serangan rudal sejak konflik meningkat pada pertengahan Juni, menurut data resmi pemerintah.
Korban Massal di Iran, Termasuk Ilmuwan Nuklir
Dampak paling mengerikan terjadi di Iran. Menurut Human Rights Activists News Agency yang berbasis di AS, serangan udara Israel penjajah telah menewaskan 639 orang sejak 13 Juni. Di antara korban, termasuk ilmuwan nuklir dan petinggi militer Iran.
“Serangan ini bukan hanya terhadap fasilitas militer, tapi juga warga sipil. Mereka mencoba melemahkan bangsa kami dengan cara paling biadab,” ujar seorang pejabat senior di Kementerian Pertahanan Iran yang tidak ingin disebutkan namanya.
Jalan Diplomasi Tertutup, Guncangan Global Menguat
Sementara Eropa berusaha menjaga dialog tetap terbuka di Jenewa, Iran menolak kemungkinan negosiasi dengan Amerika Serikat selama “agresi Israel penjajah masih berlangsung.” Dalam pembicaraan dengan diplomat Eropa, Abbas Araqchi menyatakan bahwa “tidak ada ruang untuk kompromi di bawah ancaman.”
Presiden AS Donald Trump, yang saat ini berada dalam masa transisi pemerintahan, menyatakan bahwa “Iran sangat dekat memiliki senjata nuklir, mungkin dalam hitungan minggu.” Ia juga menolak permintaan agar menekan Israel penjajah untuk menghentikan serangan udara.
“Kami siap, bersedia, dan mampu. Tetapi saya akan beri waktu dua minggu lagi. Jika akal sehat tidak kembali, maka… kita tahu apa yang harus dilakukan,” kata Trump saat berbicara di Morristown, New Jersey.
Kecemasan Internasional: De-Eskalasi atau Perang Terbuka
Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, menyerukan kepada Dewan Keamanan PBB agar mengambil tindakan tegas terhadap “agresi sistematis Israel penjajah yang mengancam perdamaian dunia.” Sebaliknya, Duta Besar Israel penjajah, Danny Danon, menyatakan bahwa “serangan kami akan terus berlanjut hingga ancaman nuklir Iran benar-benar dihancurkan.”
Rusia dan China mengeluarkan pernyataan bersama menyerukan de-eskalasi segera. Namun, sebagian besar negara anggota Dewan Keamanan belum mengambil tindakan konkret. Sementara itu, ratusan warga AS telah meninggalkan Iran dalam beberapa hari terakhir, menurut kabel diplomatik yang bocor ke Reuters.
Konflik Memasuki Titik Tidak Bisa Kembali?
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberikan peringatan keras dari Istanbul.
“Genosida di Gaza dan perang udara melawan Iran membawa dunia ke ambang kehancuran. Ini kegilaan yang harus dihentikan,” katanya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters.
Dengan serangan terhadap fasilitas nuklir dan balasan rudal ke jantung ekonomi Israel penjajah, konflik ini telah melewati batas peringatan. Ketegangan bukan lagi retorika, tapi menjadi kenyataan dengan nyawa sebagai taruhannya.***
