Sebelum balapan dimulai, musik tradisional seperti gamelan Madura dimainkan untuk menambah suasana semarak. Joki, yang biasanya adalah pemuda setempat, memegang peranan penting dalam perlombaan ini.
Mereka harus memiliki keterampilan tinggi dalam mengendalikan sapi agar bisa berlari dengan kecepatan maksimal. Sementara itu, pemilik sapi sering kali merasa tegang, karena kemenangan dalam Karapan Sapi bisa meningkatkan status sosial mereka di masyarakat.
Tak jarang, perlombaan ini juga menjadi ajang persaingan antar desa yang sangat sengit. Namun, di balik kemeriahan Karapan Sapi, terdapat tantangan yang dihadapi dalam melestarikan tradisi ini.
Salah satu isu utama adalah modernisasi dan perubahan pola pikir masyarakat yang mulai meninggalkan tradisi lokal. Selain itu, beberapa kritik muncul terkait kesejahteraan hewan, mengingat sapi-sapi yang berpartisipasi sering kali dipacu dengan cara yang ekstrem.
Oleh karena itu, upaya pelestarian Karapan Sapi harus dilakukan dengan pendekatan yang bijak, termasuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara tradisi dan etika.
Pemerintah daerah dan komunitas budaya di Madura juga berperan besar dalam menjadikan Karapan Sapi sebagai aset budaya yang tidak hanya menjadi kebanggaan lokal, tetapi juga daya tarik pariwisata nasional. Karapan Sapi adalah cerminan dari semangat kolektif masyarakat Madura yang penuh dinamika.
Tradisi ini mengajarkan nilai-nilai seperti kerja keras, kebersamaan, dan penghormatan terhadap leluhur. Dengan upaya pelestarian yang tepat, Karapan Sapi tidak hanya akan tetap hidup sebagai warisan budaya, tetapi juga menjadi simbol keberagaman dan kekayaan budaya Indonesia di mata dunia.
Masyarakat Madura, dengan semangatnya yang gigih, akan terus menjaga tradisi ini agar tetap relevan dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.
Penulis: Belvana Fasya Saad