Liputan6.com, Jakarta – Rumah pengasingan Sutan Sjahrir terletak di Kota Banda Neira, Kepulauan Banda, Maluku. Rumah ini memiliki nilai sejarah yang mendalam, menjadi saksi bisu perjuangan salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia.
Dirangkum dari berbagai sumber, Sutan Sjahrir merupakan seorang intelektual dan menjadi Perdana Menteri pertama Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, Sjahrir diasingkan di Banda Neira karena dianggap sebagai ancaman bagi pemerintah kolonial, mengingat peran aktifnya dalam gerakan kemerdekaan Indonesia.
Di rumah ini, ia menjalani masa pengasingan dari tahun 1936 hingga 1941, bersama tokoh perjuangan lainnya seperti Hatta. Rumah pengasingan Sutan Sjahrir di Banda Neira tidak hanya menggambarkan kehidupan seorang tokoh yang penuh inspirasi, tetapi juga memberikan gambaran tentang kehidupan di daerah pengasingan pada masa kolonial.
Rumahnya masih dipertahankan dalam bentuk aslinya, dengan struktur kayu dan desain khas kolonial yang sederhana, memperlihatkan bagaimana ia hidup selama bertahun-tahun dalam keterbatasan.
Di dalamnya terdapat kamar tidur sederhana, ruang tamu, dan beberapa perabotan yang menunjukkan gaya hidupnya yang bersahaja dan jauh dari kemewahan.
Tempat ini mengingatkan pengunjung tentang beratnya perjuangan para pejuang bangsa yang harus merelakan kebebasan pribadi mereka demi cita-cita kemerdekaan.Banda Neira sendiri adalah pulau yang kaya akan sejarah dan keindahan alam.
Terletak di antara jalur rempah-rempah, pulau ini pernah menjadi rebutan bangsa-bangsa Eropa, terutama Belanda dan Inggris, yang berlomba-lomba menguasai perdagangan pala dan cengkeh.