Event: Zakat Fitrah

  • Hampir Seluruh Pelosok Jabar Datang ke Sini!

    Hampir Seluruh Pelosok Jabar Datang ke Sini!

    JABAR EKSPRES – Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi, menyampaikan perasaannya usai melangsungkan hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah bersama masyarakat Kota Bandung.

    Menjadi kesan pertama dalam hidupnya, Demul sapaan akrabnya mengatakan bahwa momentum hari raya Idulfitri kali ini berbeda dengan biasanya.

    “Ini lebaran pertama saya di Gasibu (Kota Bandung), biasanya kan lebarannya di Alun-alun Kiansantang Purwakarta atau di halaman rumah saya (Subang),” ucapnya saat ditemui usai melangsungkan Salat Idulfitri 1446 H di Lapang Gasibu, Kota Bandung (31/3).

    Selain hal itu, Demul mengungkap hari Raya  Idulfitri kali ini juga dinilai cukup meriah dari bisanya.

    Ia mengatakan, banyak masyarakat khususnya yang datang dari luar kota sengaja datang ke Bandung hanya untuk melangsungkan salat bersama dirinya di Lapang Gasibu.

    BACA JUGA:Salat Idulfitri di Lapang Gasibu, 6 Jemaah Ngaku Kehilangan Uang dan Handphone saat Bersalaman dengan Dedi Mulyadi

    “Saya lihat tadi banyak yang dari Lampung, ada yang dari Kalimantan, ada yang sengaja dari Garut salat id di sini, ada yang dari Karawang salat id di sini juga, ada yang dari Cianjur. Jadi saya lihat hampir seluruh pelosok Jawa Barat, banyak warganya yang datang ke sini untuk melaksanakan salat Id,” ujarnya.

    Lebih jauh Demul mengungkap, di momentum kali ini juga masyarakat khususnya Jawa Barat telah sadar dalam menjalankan kewajibannya yakni membayar zakat fitrah.

    “Saya pikir ini adalah hal yang sangat baik dan yang paling utama adalah kenaikan pembayaran zakat fitrah, kenaikannya lebih dari 100 persen. Artinya, itu menandakan kesadaran dan kemampuan orang untuk membayar zakat sudah semakin meningkat,” pungkasnya.

    Sebelumnya, sebagian besar masyarakat Kota Bandung, hari ini Senin (31/3), menjalankan Salat Idulfitri 1446 Hijriah di sejumlah tempat mulai dari lapangan hingga masjid-masjid terdekat.

    BACA JUGA:Salat Id Bareng Dedi Mulyadi, Masyarakat Kota Bandung Padati Lapang Gasibu

    Halnya di Lapangan Gasibu, Kota Bandung, sejumlah masyarakat memilih melangsungkan salat Idulfitri 1446 Hijriah di lokasi tersebut bersama Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi.

    Menurut salah seorang warga asal Cijerah, Kota Bandung, Aji (30) mengatakan dirinya sengaja datang ke Lapangan Gasibu hanya untuk melangsungkan salat Idulfitri bersama Gubernur Jabar Dedi Mulyadi.

  • Keutamaan dan Hikmah Awal Bulan Syawal bagi Umat Muslim

    Keutamaan dan Hikmah Awal Bulan Syawal bagi Umat Muslim

    Jakarta, Beritasatu.com – Awal Syawal merupakan bulan yang memiliki makna mendalam bagi umat Islam. Bulan ini disebut sebagai bulan kemenangan setelah menjalankan puasa Ramadan.

    Secara bahasa, Syawal berarti peningkatan, yang mencerminkan harapan agar kualitas ibadah dan keimanan semakin meningkat setelah menjalani bulan suci Ramadan.

    Satu Syawal adalah hari istimewa bagi umat Islam karena merupakan Hari Raya Idulfitri. Selain menjadi momen kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa, satu Syawal juga memiliki keutamaan dan hikmah yang mendalam.

    Keutamaan dan Hikmah Satu Syawal

    1. Hari kemenangan bagi umat Islam

    Setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh, umat Islam merayakan kemenangan spiritual pada satu Syawal. Kemenangan ini bukan hanya dalam bentuk fisik karena telah mampu menahan lapar dan dahaga.

    Namun, dalam aspek spiritual, seperti keberhasilan mengendalikan hawa nafsu, meningkatkan ketakwaan, serta memperbanyak ibadah dan amal kebaikan.

    2. Momentum kembali ke fitrah

    Idulfitri berasal dari kata fitri yang berarti suci. Hari ini menjadi simbol kembalinya manusia ke keadaan yang lebih bersih dari dosa setelah menjalani Ramadan.

    Dengan berpuasa, beribadah dengan sungguh-sungguh, serta memperbanyak istighfar, seorang Muslim diharapkan kembali kepada fitrah, yaitu keadaan jiwa yang bersih dan penuh keimanan.

    3. Waktu untuk saling memaafkan

    Satu Syawal menjadi momen penting untuk memperbaiki hubungan dengan sesama. Islam mengajarkan bahwa selain dosa kepada Allah yang bisa diampuni dengan taubat, dosa kepada sesama manusia hanya bisa dihapus dengan saling memaafkan.

    4. Keutamaan berzakat dan berbagi

    Salah satu syariat yang berkaitan erat dengan Idulfitri adalah zakat fitrah. Zakat ini wajib ditunaikan sebelum salat Idulfitri dan bertujuan untuk membersihkan jiwa serta membantu yang kurang mampu. Dengan berzakat, seorang Muslim tidak hanya membersihkan hartanya tetapi juga mempererat silaturahmi.

    5. Menjalankan sunah dengan salat Idulfitri

    Salat Idulfitri adalah salah satu sunah yang sangat dianjurkan (sunah muakadah). Salat ini memiliki makna sebagai bentuk syukur atas nikmat Ramadan dan Idulfitri.

    Rasulullah SAW menganjurkan seluruh umat Islam untuk menghadiri salat Idulfitri di tanah lapang atau masjid agar dapat merasakan kebersamaan dalam perayaan hari besar Islam.

    6. Hikmah puasa enam hari di bulan Syawal

    Setelah merayakan Idulfitri, umat Islam dianjurkan untuk melanjutkan ibadah dengan puasa enam hari di bulan Syawal.

    Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa siapa yang berpuasa Ramadan dan dilanjutkan dengan enam hari di Syawal, maka ia seperti berpuasa selama setahun penuh (HR Muslim).

    Ini menunjukkan bahwa satu Syawal bukan hanya sebagai akhir dari Ramadan, tetapi juga sebagai awal baru untuk mempertahankan ketakwaan.

    7. Pengingat kematian dan kehidupan akhirat

    Setiap kebahagiaan duniawi, termasuk perayaan Idulfitri, jangan sampai membuat seorang Muslim lalai dari tujuan akhir hidup, yaitu kehidupan di akhirat. Seperti halnya Ramadan yang berakhir, kehidupan dunia pun memiliki batas.

    Oleh karena itu, satu Syawal juga menjadi momen untuk merenungkan bagaimana kita bisa terus memperbaiki diri dan meningkatkan ibadah agar mendapatkan kemenangan sejati di akhirat kelak.

    Awal bulan Syawal adalah hari yang penuh makna bagi umat Islam. Selain sebagai momen perayaan dan kemenangan setelah menjalankan ibadah Ramadan, hari ini juga menjadi waktu untuk kembali ke fitrah, mempererat tali silaturahmi, dan meningkatkan kualitas ibadah.

  • Khotbah Idulfitri 1446 Hijriah di Masjid Istiqlal Ingatkan Solidaritas dan Kebersamaan

    Khotbah Idulfitri 1446 Hijriah di Masjid Istiqlal Ingatkan Solidaritas dan Kebersamaan

    loading…

    Ribuan jemaah salat Idulfitri 1446 Hijriah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (31/3/2025). Foto/Aldhi Chandra

    JAKARTA – Ribuan jemaah salat Idulfitri 1446 Hijriah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (31/3/2025). Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka juga melaksanakan salat id di sana.

    Pada pelaksanaan salat id kali ini, yang bertindak menjadi khatib yakni Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta KH. Ahmad Tholabi Kharlie. Dalam khotbahnya, Prof Tholabi menekankan pentingnya solidaritas, kebersamaan, serta menjaga nilai-nilai kemanusiaan sebagai implementasi dari ajaran Islam dan Pancasila.

    Prof Tholabi menyampaikan bahwa semangat berbagi dan kepedulian sosial yang ditanamkan selama Ramadan harus terus dijaga. Data menunjukkan bahwa pengumpulan zakat di Indonesia mengalami tren peningkatan positif dari tahun ke tahun.

    Hal ini memperkuat posisi Indonesia sebagai negara paling dermawan di dunia berdasarkan laporan The World Giving Index 2024. “Kita harus mengelola kebaikan ini dengan baik dan efektif sebagai wujud nyata dari sila kedua Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab,” ujar Prof Tholabi di hadapan ribuan jemaah.

    Dia juga menyoroti pentingnya kebersamaan dalam membangun persatuan bangsa. Dia melanjutkan, kebiasaan baik yang dijalankan selama Ramadan, seperti berbuka puasa bersama, tarawih berjamaah, dan tadarus Al-Qur’an, menjadi modal penting untuk memperkuat kohesivitas sosial.

    “Persatuan dibangun melalui dialog dan keterbukaan dalam menerima perbedaan. Para pendiri bangsa telah memberi teladan bahwa perbedaan pandangan tidak harus berujung pada perpecahan, tetapi justru menjadi kekuatan untuk mewujudkan kemajuan bangsa,” lanjutnya.

    Di sisi lain, Prof Tholabi juga mengingatkan tentang urgensi membangun tata kelola negara yang bersih dari korupsi. Dia menekankan bahwa spirit Ramadan, yang mengajarkan umat Islam untuk menahan diri dari hal-hal yang merusak, harus diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

    “Puasa Ramadan melatih kita untuk menahan diri dari perbuatan buruk. Hal ini sangat relevan dalam upaya menciptakan pemerintahan yang bersih dan berintegritas,” tegasnya.

    Khotbah ditutup dengan doa agar Idulfitri menjadi momentum untuk terus menyebarkan kebaikan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Prof Tholabi juga mengajak seluruh umat Islam untuk terus menumbuhkan semangat persatuan dan kepedulian terhadap sesama demi mewujudkan negara yang makmur dan diberkahi.

    (rca)

  • Potensi zakat di Jateng dinilai besar untuk entaskan kemiskinan

    Potensi zakat di Jateng dinilai besar untuk entaskan kemiskinan

    Sumber foto: Joko Hendrianto/elshinta.com

    Potensi zakat di Jateng dinilai besar untuk entaskan kemiskinan
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 31 Maret 2025 – 00:45 WIB

    Elshinta.com – Menjelang Hari Raya Idul Fitri, Gubernur Jawa Tengah, 2.000 warga Semarang menerima zakat beras di Masjid Baiturrahman Simpang Lima Kota Semarang, pada Minggu, 30 Maret 2025 malam.

    “Saya doakan Bapak dan  Ibu sejahtera semuanya. Dimurahkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya,” kata Gubernur Jateng Ahmad Luthfi di sela penyerahan zakat secara simbolik kepada para mustahik.

    Zakat yang dibagikan itu berasal dari warga Jateng yang dikumpulkan oleh Yayasan Pusat Kajian dan Pengembangan Islam (YPKPI) Masjid Raya Baiturrahman. Hingga Minggu 30 Maret 2025 pukul 18.00 WIB, zakat fitrah berupa uang tunai yang terkumpul sebesar Rp49.975.000.

    Sementara zakat fitrah berupa beras terkumpul sebanyak 6.302,1 kg. Kemudian zakat maal Rp146.554.000 dan 6 gram emas, fidyah Rp 10.032.000, sodaqoh Rp9.400.500 dan infak Rp7.393.500.

    Luthfi berharap, makanan pokok yang diterima itu bisa meringankan beban keuangan dari masing-masing keluarga. Dengan begitu bisa merayakan  Idul Fitri dengan suka cita.

    Ia juga berharap, bahwa zakat ini harus terus digencarkan. Sebagaimana azas gotong royong masyarakat Jateng untuk peduli pada lingkungan. Zakat disebutnya bukan hanya sebatas kewajiban yang harus dibayarkan bagi orang yang mampu, tapi juga bentuk kepedulian pada masyarakat kurang mampu.

    Potensi zakat di Jawa Tengah disebut begitu besar dalam upaya pengentasan kemiskinan. Tak hanya zakat fitrah di momen Hari Raya Idul Fitri, namun juga zakat mal, shodaqoh maupun infak mesti terus ditekankan. 

    Sebagai gambaran, angka kemiskinan di Jateng per September 2024 tercatat 9,58% atau sekitar 3,4 juta jiwa.

    “Zakat berperan besar menurunkan kemiskinan. Ini tidak hanya kewajiban pemerintah tapi juga stakeholder lain, masyarakat, pengusaha dan lerusahaan melalui CSR-nya,” katanya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Joko Hendrianto, Minggu (30/3/2025).

    Sementara itu, Ketua Umum Yayasan Pusat Kajian dan Pengembangan Islam (YPKPI) Masjid Raya Baiturrahman, Ahmad Darodji mengatakan, zakat yang diterima dibagikan pada golongan yang berhak. Ia berharap potensi zakat ini benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Jateng. 

    Sumber : Radio Elshinta

  • Sepanjang 2024, BAZNAS entaskan 1,3 juta jiwa dari kemiskinan

    Sepanjang 2024, BAZNAS entaskan 1,3 juta jiwa dari kemiskinan

    Sumber foto: Istimewa/elshinta.com

    Sepanjang 2024, BAZNAS entaskan 1,3 juta jiwa dari kemiskinan
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Minggu, 30 Maret 2025 – 21:03 WIB

    Elshinta.com – Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI terus memperluas jangkauan jumlah penerima manfaat (mustahik) secara nasional, sebagai wujud meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan dana zakat, infak, dan sedekah (ZIS).

    Dalam empat tahun terakhir, rata-rata penerima manfaat secara nasional mencapai 32,7 juta jiwa di setiap tahunnya. Pada 2024 lalu, 1,3 juta jiwa di antaranya telah berhasil terentaskan dari kemiskinan. Hal ini sejalan dengan jumlah ZIS yang disalurkan BAZNAS terus mengalami peningkatan.

    Hal ini terungkap dalam laporan yang disampaikan Ketua BAZNAS RI, Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA., saat pelaksanaan Zakat Istana di Istana Negara, Jakarta, Kamis (27/3/2025). Acara tersebut dihadiri langsung oleh Presiden RI, Prabowo Subianto dan Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka.

    Ketua BAZNAS RI, Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA., menyampaikan, penyaluran dana ZIS menyasar kepada 8 asnaf (orang yang berhak menerima zakat) dengan fokus lima bidang, mencakup bidang ekonomi, sosial kemanusiaan, kesehatan, pendidikan, dan dakwah.

    “Total dana zakat yang telah disalurkan selama 4 tahun juga mengalami peningkatan. Pada 2021, jumlah penyaluran zakat sebesar Rp14,04 triliun, 2022 sebesar Rp 21,6 triliun, 2023 sebesar Rp31,2 triliun, dan 2024 sebesar Rp39,5 triliun,” ujar Kiai Noor.

    “Sementara penyaluran BAZNAS RI (pusat) tahun 2021 sebesar Rp501 miliar, tahun 2022 sebesar Rp756 miliar, tahun 2023 sebesar Rp675 miliar dan tahun 2024 sebesar Rp1,07 triliun,” imbuhnya.

    Selama Ramadhan, BAZNAS juga menghadirkan sejumlah program seperti Paket Ramadhan Bahagia, Servis 5.000 Motor Gratis, dan bantuan bensin di berbagai titik di seluruh Indonesia, membangun 100 Rumah Layak Huni BAZNAS, Peresmian Gedung Layanan Kesehatan Gratis Dhuafa Rumah Sehat BAZNAS Jatinegara. 

    “Program Mudik Gratis bersama BAZNAS yang memberangkatkan sebanyak 17 bus, hampir 1000 mustahik ke 26 kota tujuan, penyediaan Posko Mudik di 40 titik yang tersebar di 10 provinsi di Indonesia yang memberikan berbagai layanan gratis bagi pemudik dhuafa seperti layanan kesehatan, dan takjil gratis,” jelasnya.

    BAZNAS, imbuh Kiai Noor, juga melakukan peluncuran UMKM Gerai Z-Ifthar di Jakarta dan berbagai kota, serta dipercaya menyalurkan bantuan paket sembako dari King Salman Relief Center sebanyak 9.760 paket senilai Rp 5,9 miliar

    Berdasarkan data yang dimiliki BAZNAS, selama empat tahun terakhir, jumlah muzaki yang menunaikan zakat, infak, dan sedekah melalui BAZNAS serta lembaga zakat resmi di Indonesia selalu menunjukkan peningkatan yang konsisten. 

    “Pada tahun 2021, jumlah muzaki tercatat mencapai 10,7 juta orang, pada 2022 meningkat menjadi 21,4 juta orang, pada 2023 mencapai 27,6 juta orang, dan pada 2024 jumlah muzaki kembali meningkat menjadi 28,1 juta orang,” ucap Kiai Noor.

    Menurut Kiai Noor, peningkatan tersebut juga tidak terlepas kepercayaan masyarakat dan prinsip pengelolaan yang Aman Syar’i, Aman Regulasi dan Aman NKRI serta hasil Audit KAP dan Audit Syariah. 

    “Peningkatan tersebut juga dipengaruhi pelaksanaan Zakat Istana, literasi yang terus menerus kami lakukan, penguatan kelembagaan, penguatan manajemen, penguatan SDM, penguatan infrastruktur, digitalisasi, branding, serta penguatan jaringan yang inklusif baik dalam negeri maupun luar negeri dan terutama adalah penguatan dan perluasan program penyaluran,” katanya.

    Hadir pula dalam acara ini jajaran menteri Kabinet Merah Putih antara lain, Menteri Agama Nasaruddin Umar, Menteri Pariwisata Widyawati Wardhana, MenpanRB Rini Widyantini, Menteri Sosial Saifulah Yusuf, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Menkopolkam Budi Gunawan, Menko Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar, Menko PMK Pratikno, dan Menteri P2MI Abdul Kadir Karding, serta jajaran TNI, Polri.

    Sumber : Elshinta.Com

  • Jelang Idulfitri, BAZNAS RI distribusikan 168.750 ribu paket zakat fitrah ke seluruh Indonesia

    Jelang Idulfitri, BAZNAS RI distribusikan 168.750 ribu paket zakat fitrah ke seluruh Indonesia

    Sumber foto: Istimewa/elshinta.com

    Jelang Idulfitri, BAZNAS RI distribusikan 168.750 ribu paket zakat fitrah ke seluruh Indonesia
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Minggu, 30 Maret 2025 – 23:04 WIB

    Elshinta.com – Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI menyalurkan 168.750 paket beras zakat fitrah 1446 H/2025 M, berupa beras premium seberat 5 kg untuk para penerima manfaat (mustahik) di 36 provinsi di seluruh Indonesia. 

    Pimpinan BAZNAS RI Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan, Saidah Sakwan, M.A., mengatakan, pendistribusian zakat fitrah ini merupakan wujud nyata komitmen BAZNAS menunaikan amanah para muzaki, dengan mengelola dan menyalurkan zakat secara optimal agar manfaatnya dirasakan oleh masyarakat yang berhak. 

    “Alhamdulillah telah dilaksanakan giat program pendistribusian zakat fitrah untuk masyarakat keluarga miskin sebanyak 168.750 paket beras premium ke berbagai wilayah di Indonesia sejak Sabtu, 29 Maret 2025,” ujar Saidah dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (30/3). 

    Ia menambahkan, pendistribusian zakat fitrah bertujuan untuk memastikan masyarakat kurang mampu dapat memenuhi kebutuhan pangan menjelang Idulfitri.

    Lebih lanjut, Saidah menjelaskan, penyaluran zakat fitrah ini mencakup wilayah dari Aceh hingga Papua, termasuk daerah perkotaan, pedesaan, hingga wilayah terpencil. Untuk menjangkau daerah yang sulit diakses, berbagai metode pendistribusian digunakan, seperti perahu untuk menyusuri sungai dan menyeberangi laut menuju pulau-pulau terluar.

    Saidah juga menegaskan, BAZNAS berkomitmen memastikan zakat fitrah benar-benar sampai kepada para penerima manfaat yang membutuhkan. Oleh karena itu, berbagai strategi digunakan agar tidak ada mustahik yang terlewat, termasuk di daerah-daerah yang sulit dijangkau.

    Ia turut mengapresiasi, para muzaki yang telah mempercayakan zakat fitrahnya melalui BAZNAS serta para relawan yang bekerja keras menyalurkan bantuan hingga ke pelosok negeri.

    “Program ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan bantuan pangan bagi mustahik, tetapi juga menjadi bagian dari penyempurnaan ibadah bagi para muzaki yang telah menunaikan kewajibannya,” ucapnya.

    Ia juga mengajak masyarakat Indonesia untuk terus menunaikan zakatnya melalui BAZNAS. Dengan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan akan semakin banyak bantuan terkumpul sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi mustahik di seluruh Indonesia.

    “Semoga bantuan zakat fitrah ini dapat menghadirkan kebahagiaan bagi masyarakat kurang mampu dalam menyambut Idulfitri serta semakin menumbuhkan semangat berbagi dan kepedulian sosial di tengah masyarakat,” ujarnya.

    Sumber : Elshinta.Com

  • Prabowo: Potensi Zakat Rp 327 T, Sementara Penerimaan Tahun Ini Hanya 41 T

    Prabowo: Potensi Zakat Rp 327 T, Sementara Penerimaan Tahun Ini Hanya 41 T

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA- Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan potensi penerimaan zakat di Indonesia mencapai Rp327 triliun, namun realisasinya kemungkinan hanya Rp41 triliun.

    “Saudara-saudara sekalian, tadi dilaporkan (Ketua Badan Amil Zakat Nasional Noor Achmad) bahwa potensi kita masih banyak sangat besar yaitu 327 triliun, penerimaan tahun ini Rp 41 triliun,” Ungkap Prabowo Subianto, dikutip Minggu, (29/3/2025).

    Ia juga menyapaikan bahwa, jika zakat yang diperoleh atau terealisasi berdasarkan potensi yang diharapakan, maka uang sejumlah itu mampu mengatasi permasalahan kemiskinan di Indonesia.

    “Dalam perhitungan kita, kita dapat menghilangkan kemiskinan absolut hanya sekitar Rp 30 triliun,” lanjutnya.

    Disisi lain, ia juga menyebut bahwa peran Baznas sangat penting, khususnya dalam penghapusan kemiskinan ekstrim di Indonesia.

    Ia juga menyebut salah satu cara mengungkapkan rasa syukur yaitu dengan berzakat.

    “Dengan berzakat kita akan memperdalam rasa syukur dan terima kasih kepada Allah atas segala karunia yang telah diberikan kepada kita,” ujarnya.

    Sebagai penutup, ia mengajak setiap orang untuk tidak mengabaikan zakat, karena dampaknya bisa meringankan beban hidup orang lain

    “Dengan berzakat kita dapat berbagi dengan sesama, kita dapat menolong kaum dhuafa, meringankan beban hidup mereka dan juga menghindarkan hidup dari sifat kikir,” tutupnya.

    (Besse Arma/Fajar)

  • Saat Kelompok Sunni-Syiah Berbagi Masjid dan Memupuk Kerukunan di Pakistan

    Saat Kelompok Sunni-Syiah Berbagi Masjid dan Memupuk Kerukunan di Pakistan

    Jakarta

    Ketegangan antara pengikut aliran Islam yang berbeda kerap terjadi di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim. Di Pakistan, misalnya, bentrokan keras belakangan meningkat antara kelompok Sunni dan Syiah. Namun, di sebuah desa di sebelah utara Pakistan, kedua komunitas tersebut justru hidup berdampingan dengan damai.

    Desa itu bernama Pira. Ia terletak di Provinsi Khyber Pakhtunkwha.

    Bila berkesempatan menyambanginya, salah satu hal yang pertama kita temui di sana adalah masjid dengan menara baja dan pengeras suara tinggi di atapnya.

    Tak hanya bersejarah, masjid ini juga merupakan simbol persatuan, karena ia digunakan bersama oleh para penduduk desa, entah yang aliran Sunni ataupun Syiah.

    Ketika azan berkumandang, kelompok aliran yang satu bakal bergegas masuk ke masjid. Kira-kira 15 menit kemudian, setelah melafalkan salat, mereka keluar kembali. Giliran kelompok aliran lainnya beribadah di sana.

    Tentu saja, kaum Sunni dan Syiah berdoa dengan cara mereka sendiri sesuai dengan tradisi masing-masing. Azannya pun berbeda, tergantung siapa di antara mereka yang mengumandangkannya.

    Ada kesepakatan tidak tertulis bahwa azan pagi, siang, dan sore dikumandangkan oleh komunitas Syiah, sedangkan azan sore dan malam dilantunkan komunitas Sunni.

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Namun, selama Ramadan, kaum Sunni berbuka puasa beberapa menit lebih awal daripada kaum Syiah. Karena itu, mereka mengumandangkan azan sore secara terpisah selama bulan suci ini.

    Di waktu salat mana pun, bila ada anggota kelompok pertama yang telat datang ke masjid, ia akan bergabung dengan kelompok kedua lalu salat dengan caranya sendiri bersama orang-orang lain yang berbeda aliran.

    Memang, ada masjid-masjid lain di Pira, tetapi masjid yang digunakan bersama kelompok Sunni dan Syiah ini adalah yang terbesar.

    BBCSebuah masjid di Desa Pira, sebelah utara Pakistan, telah menjadi simbol persatuan, tempat penganut Sunni dan Syiah bersatu dalam iman dan kerukunan.

    Kerukunan antara dua kelompok ini telah terjalin lama.

    Tadinya, sekitar 100 tahun yang lalu, sebagian besar penduduk Pira adalah penganut Sunni Sufi. Mereka dipercaya sebagai keturunan dari orang yang mendirikan desa tersebut pada abad ke-17.

    Menurut Sibtain Bukhari, seorang sejarawan lokal, sebagian penduduk secara bertahap lalu memeluk Syiah, sementara yang lainnya memilih tetap meyakini Sunni.

    Meski berbeda aliran, kedua kelompok itu terus menggunakan masjid yang ada secara bersama-sama.

    Baca juga:

    Pada akhir 1980-an, seorang tetua Syiah setempat mengusulkan pembangunan ulang masjid tersebut.

    Molvi Gulab Shah, ulama Sunni, lantas memberikan persetujuannya asalkan tempat ibadah itu bisa tetap digunakan bersama oleh kedua kelompok.

    Para tetua Syiah lalu membayar ongkos pembangunan ulang, sehingga bangunan masjid tersebut itu secara formal kini menjadi milik mereka.

    Namun, pada praktiknya, hal itu tidak banyak berpengaruh. Syed Mazhar Ali Abbas, seorang pengkhotbah Syiah di masjid tersebut, menekankan bahwa kaum Sunni memiliki hak yang sama untuk menggunakannya.

    BBCIlustrasi muslim beribadah bersama di masjid.

    Masjid tersebut bisa dikatakan adalah jantung dari komunitas Desa Pira yang sepenuhnya bersatu.

    Penduduk Pira saat ini berjumlah kira-kira 5.000, yang dibagi rata antara pengikut Sunni dan Syiah, dan kedua kelompok itu sama-sama membayar listrik dan biaya operasional masjid lainnya.

    Mereka hidup berdampingan dengan damai dan bahagia.

    Tak hanya masjid, kedua kelompok itu juga saling berbagi wilayah kuburan.

    Tak jarang, pengikut aliran yang satu menikahi pengikut aliran yang lain.

    Baca juga:

    Muhammad Siddiq, misalnya, adalah seorang Sunni yang menikahi perempuan Syiah. Ia mengakui butuh waktu lama sebelum mertuanya merestui.

    Namun, itu bukan karena ia seorang Sunni. Ia bilang masalahnya adalah ia menikah atas dasar cinta, bukan lewat perjodohan seperti yang lazim terjadi di Pakistan.

    Ia kini telah menikah selama hampir 18 tahun dan, menurutnya, ia dan istrinya terus menjalankan keyakinan mereka dengan cara masing-masing.

    Seorang penduduk desa lainnya, Amjad Hussain Shah, mengatakan bahwa di beberapa rumah tangga, orang tuanya adalah pengikut Syiah sementara anak-anaknya adalah pengikut Sunni. Bisa juga terjadi sebaliknya.

    “Orang-orang di sini memahami bahwa keyakinan agama adalah masalah pribadi,” katanya.

    BBCDi Desa Pira, kelompok Sunni dan Syiah hidup rukun. Tak jarang, pengikut aliran yang satu menikahi pengikut aliran yang lain.

    Bentuk integrasi lainnya bisa dilihat di sejumlah hari raya keagamaan.

    Saat Idul Adha, pengikut Syiah dan Sunni terkadang membeli satu hewan kurban bersama-sama untuk memperingati kesiapan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putranya Ismail.

    Ketika kelompok Sunni merayakan Maulid Nabi Muhammad, para pengikut Syiah kerap ikut serta, kata Syed Sajjad Hussain Kazmi, seorang pengkhotbah Sunni.

    Sebaliknya, kaum Sunni juga hadir dalam acara-acara kelompok Syiah saat Muharam untuk memperingati kesyahidan Imam Husein, cucu Nabi.

    Dengan cara ini, penduduk desa dapat saling berbagi suka dan duka.

    Baca juga:

    Pada hari BBC berkunjung ke Pira, para tetua desa sedang memberikan suara untuk memilih ketua komite zakat lokal, yang bertugas mengumpulkan dan mendistribusikan sumbangan amal.

    Selama beberapa tahun terakhir, posisi tersebut dipegang oleh seorang Sunni, tetapi kali ini seorang kandidat Syiah yang keluar jadi pemenang.

    Mazhar Ali, yang merupakan pengkhotbah Syiah, mengatakan keluarganya mendukung kandidat Sunni yang kemudian kalah dalam pemilihan.

    “Kami tidak pernah mendukung atau menentang siapa pun dalam pemilihan berdasarkan agama. Kami selalu memilih orang yang kami yakini dapat melayani masyarakat dengan baik,” katanya.

    Getty ImagesIlustrasi muslim beribadah bersama di masjid.

    Suatu waktu, kira-kira 20 tahun lalu, ada upaya untuk memecah belah warga. Ini tidak terjadi di Desa Pira secara khusus, tapi di area lebih luas yang mencakup 11 desa.

    Di Pira, warganya memang terbagi rata antara pengikut Syiah dan Sunni. Namun, kelompok Sunni mendominasi desa-desa lainnya yang ada di area itu.

    Saat itu, Syed Munir Hussain Shah yang merupakan pengikut Syiah mencalonkan diri untuk mewakili seluruh desa tersebut di dewan lokal.

    Salah satu lawannya berusaha menyerang dengan menyebarkan kebencian terhadap Syiah.

    “Mereka mendatangkan seseorang dari Karachi yang dikenal di seluruh negeri karena retorikanya yang anti-Syiah. Dia menyampaikan pidato di depan massa, mendesak orang-orang untuk tidak memilih kandidat Syiah,” kata Munir Shah.

    Strategi itu tidak berhasil. Orang-orang toh tetap memilih Munir Shah.

    “Kebanyakan orang mengatakan mereka tidak sedang memilih seorang pengkhotbah masjid, tetapi seorang wakil yang kompeten untuk memperjuangkan isu-isu mereka, terlepas dari sekte mereka,” katanya.

    Ia percaya bahwa kuatnya persatuan sosial lahir dari masjid dengan menara baja dan pengeras suara tinggi itu, yang selama kira-kira seabad telah digunakan dan dirawat bersama oleh kelompok Sunni dan Syiah.

    Tonton juga Video: Momen Umat Islam Salat Id di Stadion Piala Dunia Qatar

    (haf/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Berapa Besaran Fidyah yang Harus Dibayarkan? Ini Penjelasannya!

    Berapa Besaran Fidyah yang Harus Dibayarkan? Ini Penjelasannya!

    Jakarta, Beritasatu.com – Dalam Islam fidyah atau fidiah adalah kewajiban yang harus dibayarkan oleh seseorang yang tidak mampu berpuasa di bulan Ramadan karena alasan tertentu, seperti sakit kronis atau usia lanjut. Namun, banyak yang masih bingung mengenai besaran fidyah yang harus dibayarkan.

    Bagi golongan ini, sebagai gantinya mereka diwajibkan membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin sesuai dengan jumlah hari yang ditinggalkan. Lalu, berapa besaran fidyah yang harus dibayarkan?

    Apa Itu Fidyah?

    Fidyah merupakan denda yang wajib dibayarkan seorang muslim ketika meninggalkan kewajiban puasa Ramadan karena alasan tertentu.

    Kata fidyah dari kata fadaa yang berarti membayar atau menebus. Dalam konteks bulan Ramadan, fidyah adalah memberikan makan kepada orang yang kurang mampu sebagai bayaran karena tidak dapat menjalankan ibadah puasa.

    Fidyah ini dibayarkan sebagai bentuk tanggung jawab pengganti puasa yang ditinggalkan, dengan besaran tertentu sesuai dengan syariat Islam. Meski begitu, banyak orang yang masih bingung mengenai berapa besaran yang harus dikeluarkan, serta siapa saja yang benar-benar diperbolehkan mengganti puasa dengan fidyah. Berikut ini penjelasan nya:

    Orang yang Wajib Membayar Fidyah

    Hukum membayar fidyah karena meninggalkan puasa Ramadan telah dijelaskan dalam dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat (184).

    أَيَّامًۭا مَّعْدُودَٰتٍۢ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍۢ فَعِدَّةٌۭ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدْيَةٌۭ طَعَامُ مِسْكِينٍۢ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًۭا فَهُوَ خَيْرٌۭ لَّهُۥ ۚ وَأَن تَصُومُوا۟ خَيْرٌۭ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

    Artinya: “(Yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (QS Al Baqarah: 184).

    Dalam ayat ini dijelaskan bahwa orang-orang yang berat dalam menjalankan ibadah puasa boleh menggantinya dengan membayar fidyah, yaitu memberi makan orang tidak mampu.

    Dilansir dari laman resmi Badan Amil Zakat Nasional (Baznas)  yang dimaksud boleh mengganti puasa dengan membayarkan fidyah dalam ayat ini yaitu.

    Ibu hamil atau menyusui: Ibu hamil atau menyusui yang atas rekomendasi dokter khawatir puasanya membahayakan diri atau bayinya diperbolehkan tidak berpuasa dan menggantinya dengan fidyah.Lansia: Orang tua lanjut usia yang kondisi fisiknya sudah lemah dan tidak memungkinkan untuk menjalankan puasa diperbolehkan menggantinya dengan membayar fidyah.Orang sakit parah: Individu yang menderita penyakit kronis atau berat dengan kemungkinan kecil untuk sembuh tidak diwajibkan berpuasa dan harus membayar fidyah sebagai gantinya.Besaran Fidyah yang Harus Dibayarkan

    Fidyah diberikan dalam bentuk makanan kepada fakir miskin. Beberapa ulama memiliki pendapat yang berbeda dalam besaran fidyah yang wajib dibayarkan.

    Menurut Imam Malik dan imam Syafii besaran fidyah adalah satu mud atau sekitar 675 gram atau 0,75 kg sama seperti ukuran tangan ketika berdoa.

    Sedangkan menurut mazhab Hanafi fidyah yang harus dikeluarkan sebesar dua mud atau setara 1/2 sha’ gandum atau sekitar 1,5 kg beras atau setara dengan satu porsi makanan siap santap.

    Membayar fidyah sesuai dengan berapa banyak puasa yang ditinggalkan. Apabila 30 hari meninggalkan puasa maka wajib membayar 30 fidyah dengan cara memberinya kepada orang tidak mampu.

    Selain itu, menurut beberapa ulama, fidyah dapat dibayarkan langsung dengan uang tunai yang senilai dengan makanan pokok saat itu. Ketua Baznas Noor Achmad menyampaikan bahwa fidyah yang harus dikeluarkan pada tahun 2025 sebesar Rp 60.000 per hari per jiwa untuk daerah jakarta dan sekitarnya.

  • Berdayakan disabilitas, terminal ini layani pijat gratis untuk pemudik

    Berdayakan disabilitas, terminal ini layani pijat gratis untuk pemudik

    Jakarta (ANTARA) – Pengelola Terminal Kampung Rambutan bekerjasama dengan Badan Amil Zakat Nasional/Badan Zakat Infak dan Sedekah (Baznas-Bazis) DKI Jakarta menyediakan layanan pijat gratis untuk pemudik dan sopir bus dengan memberdayakan penyandang disabilitas netra sebagai pemijat.

    “Kita sebagai manusia tidak boleh memandang mereka dengan sebelah mata (oleh sebab itu, diberdayakan),” kata Relawan Program Baznas Bazis DKI Jakarta Muhammad Syahril Alamsyah di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Minggu.

    Mereka (pemijat tuna netra) ini berasal dari panti sosial yang dikelola oleh Dinas Sosial (Dinsos) DKI Jakarta.

    Para disabilitas netra yang bertugas sebagai pemijat berasal dari berbagai kalangan usia, mulai dari usia 20-an hingga 50-an. Dalam satu hari, ada delapan tunanetra yang bertugas.

    Mereka terbagi menjadi dua shift kerja dengan setiap shift-nya terdiri dari empat orang, antara lain shift pertama mulai pukul 09.00-14.00 WIB dan shift kedua pukul 14.00-21.00 WIB.

    Setiap disabilitas netra biasanya mampu memberikan layanan pijat antara lima hingga delapan orang.

    Tak hanya pemudik atau sopir bus, posko layanan pijat oleh disabilitas ini juga melayani masyarakat umum yang beraktivitas di terminal seperti pedagang atau petugas lainnya.

    “Sebenarnya tidak dibatasi, semampunya mereka saja. Aku juga konfirmasi sama mereka, mau lanjut atau istirahat dulu. Paling aku batasi kalau mereka memijat antara 10-15 menit per orang, jadi nggak menguras tenaganya mereka,” kata dia.

    Layanan ini sudah dibuka sejak 26 Maret 2025. Khusus hari Lebaran pada 31 Maret 2025, layanan pijat disabilitas ditutup serta kembali beroperasi pada 1 April 2025 dan berakhir pada 2 April 2025.

    Layanan pijat disabilitas oleh Baznas-Bazis DKI Jakarta tidak hanya berada di Terminal Kampung Rambutan, melainkan juga tersedia di Terminal Pulo Gebang dan Stasiun Pasar Senen.

    Neneng, salah satu disabilitas netra yang bertugas di Terminal Kampung Rambutan mengaku dirinya merasa senang bisa ikut dalam program ini yang tidak hanya bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan melainkan juga mendorong peningkatan rasa percaya diri bagi para disabilitas di tengah masyarakat umum.

    “Disabilitas tuna netra itu terutama bukan karena (faktor) uang, ya. Mungkin kalau uang, di mana-mana orang juga butuh,” katanya.

    Tapi setidaknya, kata dia, mereka ada daya kepercayaan. “Terus percaya diri, mentalnya lebih kuat menghadapi orang-orang. Itu terutama,” kata Neneng.

    Bagi perempuan berusia 55 tahun ini, memberikan layanan pijat untuk masyarakat pada musim mudik Lebaran menjadi momen pertamanya. Di luar kegiatan tahunan ini, para disabilitas yang berusia senior umumnya sudah membuka panti pijat sendiri di rumahnya.

    “Kalau ibu, orang Jakarta. Kalau mudik, paling dua jam sudah sampai. (Teman-teman yang lain) Ada juga yang mudik ke Sukabumi, baru pulang kampung setelah kegiatan di sini selesai,” kata Neneng saat ditanya apakah para disabilitas memiliki rencana untuk mudik.

    Pada Minggu atau H-1 Lebaran, arus mudik di Terminal Kampung Rambutan melandai. Sejak pukul 06.00 hingga 14.00 WIB, tercatat sebanyak 908 penumpang berangkat dari terminal ini menggunakan 80 armada bus.

    Adapun puncak arus mudik di Terminal Kampung Rambutan pada tahun ini terjadi pada H-3 Lebaran atau pada 28 Maret 2025 dengan total penumpang menembus angka 3.324 orang.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025