Event: vaksinasi

  • Petaka Baru Hantam Thailand, Wabah Rabies Meluas-Ancam Manusia

    Petaka Baru Hantam Thailand, Wabah Rabies Meluas-Ancam Manusia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Wabah rabies menghantam Thailand. Departemen Peternakan Thailand telah menetapkan sebagian wilayah Bangkok dan Samut Prakan sebagai ‘zona epidemik’ sementara akibat hal ini. 

    Dengan status ‘zona epidemik’, otoritas setempat melarang pergerakan anjing, kucing, dan mamalia lainnya selama 30 hari. Adapun periodenya mulai 9 September hingga 9 Oktober mendatang. 

    Perintah itu dikeluarkan setelah kasus rabies terdeteksi di Kecamatan Nong Bon, Distrik Prawet, Bangkok. Wabah ini telah diklasifikasikan sebagai ancaman kesehatan serius yang dapat menyebar ke manusia, anjing, kucing, sapi, kerbau, dan mamalia lainnya.

    Zona epidemik meliputi Nong Bon di Distrik Prawet, yang berbatasan dengan Thap Chang, Bang Kaeo, Racha Thewa, dan Bang Chak.

    Pihak berwenang telah menerapkan langkah-langkah ketat, termasuk pembatasan pergerakan hewan dan bangkai, serta kewajiban pelaporan hewan sakit.

    Anjing, kucing, dan bangkainya tidak boleh dipindahkan masuk atau keluar dari area yang telah ditentukan tanpa izin tertulis dari dokter hewan yang berwenang.

    Pemilik harus melaporkan hewan yang sakit kepada pihak berwenang dalam waktu 12 jam. Hewan yang mati harus dibiarkan di tempat kematiannya sampai ada laporan kepada petugas veteriner.

    Pemilik hewan wajib mematuhi semua perintah yang dikeluarkan oleh dokter hewan resmi. Siapa pun yang melanggar atau tidak mematuhinya dapat dikenakan hukuman penjara hingga dua tahun, denda tidak melebihi 40.000 baht (Rp20 jutaan), atau keduanya.

    Unit Pengendalian Rabies Dinas Kesehatan Hewan Bangkok juga telah mengeluarkan peringatan setelah hewan-hewan yang terjangkit rabies ditemukan di Chalerm Phrakiat Rama 9 Soi 49, Kecamatan Nong Bon.

    Warga di area tersebut dan masyarakat sekitar dalam radius 5 km diimbau untuk sangat berhati-hati.

    Selain Nong Bon, zona berisiko tinggi lainnya meliputi Dok Mai dan Prawet di distrik Prawet; On Nut dan Phatthanakan di distrik Suan Luang; Thap Chang; Lat Krabang; Bang Na Nuea; dan Bang Chak.

    Bang Kaeo dan Racha Thewa di Samut Prakan juga dianggap sebagai zona berisiko tinggi.

    Pihak berwenang mengimbau masyarakat untuk menghindari menyentuh hewan liar. Jika mereka digigit atau dicakar, mereka harus segera mencuci lukanya dengan sabun dan air dan segera mendapatkan vaksinasi rabies di rumah sakit.

    Menurut kesaksian warga, hewan rabies menunjukkan tanda-tanda seperti gelisah, menggigit tanpa sebab, kaku, mengeluarkan air liur, atau lidah terjulur. Bagi yang melihat tanda-tanda tersebut pada hewan, diwajibkan untuk melapor ke pihak berwenang di Bangkok.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • KLB Campak di Sumenep Tak Pasti Kapan Berakhir
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        12 September 2025

    KLB Campak di Sumenep Tak Pasti Kapan Berakhir Surabaya 12 September 2025

    KLB Campak di Sumenep Tak Pasti Kapan Berakhir
    Tim Redaksi
    SUMENEP, KOMPAS.com
    – Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, belum dapat memprediksi kapan status kejadian luar biasa (KLB) campak akan dicabut.
    Hal ini disebabkan terus bermunculannya kasus baru campak, sehingga status KLB dinilai belum dapat dihentikan dalam waktu dekat.
    “KLB memang menunggu sampai kasus reda,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan P2KB Sumenep, Ellya Fardasyah, Jumat (12/9/2025).
    Menurutnya, penurunan kasus menjadi faktor penentu apakah status KLB dapat segera dicabut atau perlu diperpanjang.
    “Kalau sudah tidak ditemukan lagi (campak) dan penurunan kasus, itu kalau KLB,” tambahnya.
    Ellya juga menjelaskan bahwa pelaksanaan vaksinasi massal atau Outbreak Response Immunization (ORI) belum mencapai target yang ditetapkan.
    Dari total sasaran 73.969 anak, capaian vaksinasi baru mencapai 56.800 anak atau sekitar 76,8 persen.
    Hingga saat ini, masih ada lebih dari 17.000 anak yang belum divaksinasi, yang menjadi tantangan utama bagi pemerintah daerah (Pemkab) untuk segera mengakhiri status KLB.
    Dinkes P2KB bahkan telah mengajukan perpanjangan waktu vaksinasi karena belum memenuhi target.
    Salah satu penyebab rendahnya capaian vaksinasi adalah adanya penolakan dari sejumlah warga.
    Hingga 11 September 2025, jumlah suspek campak di Kabupaten Sumenep tercatat sebanyak 2.782 orang.
    Dari jumlah tersebut, 2.688 pasien telah sembuh, sementara 20 pasien dilaporkan meninggal dunia.
    Saat ini, 74 orang, yang mayoritas adalah anak-anak, masih dirawat intensif.
    Rinciannya, 23 pasien dirawat di RSUD dr H Moh Anwar, 10 pasien di RSI Kalianget, dan 10 pasien di RSU Sumekar.
    Di RSIA Esto Ebhu, RSUD Abuya, dan RS BHC tidak terdapat pasien campak.
    Selain itu, 31 pasien masih menjalani perawatan di sejumlah puskesmas.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Sambut “World Rabies Day”, Jakbar sterilisasi HPR hingga Gemarikan

    Sambut “World Rabies Day”, Jakbar sterilisasi HPR hingga Gemarikan

    Jakarta (ANTARA) – Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) Jakarta Barat (Jakbar) berencana mensterilkan hewan penular rabies (HPR) hingga menggalakkan gerakan memasyarakatkan makan ikan (Gemarikan) di GOR Tanjung Duren pada Sabtu (13/9) untuk menyambut Hari Rabies Sedunia (World Rabies Day).

    “Kami sudah buka kuota 600 HPR untuk disterilisasi,” kata Kepala Sudin KPKP Jakbar, Novy C. Palit menjawab pers di Jakarta, Rabu.

    Ia juga menyebutkan, nantinya juga akan diisi vaksinasi rabies dan konsultasi kesehatan HPR, termasuk ada pengobatan untuk hewan yang tidak ada kuotanya.

    Adapun vaksinasi dan sterilisasi HPR dapat diakses secara gratis, namun prasyaratnya dapat dilihat pada akun Instagram @sudin_kpkpjb.

    Sementara untuk kegiatan Gemarikan, kata Novy, bakal dilakukan bagi murid-murid dari SD 06 Tanjung Duren Utara, SD Islam Al-Isro Tanjung Duren Utara dan SD Harapan Kasih Tanjung Duren Utara.

    “Gemarikan anak sekolah, kita kampanyekan gerakan memakan ikan dan peserta bakal dikasih paket berisi aneka makanan olahan dari ikan,” kata Novy.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Jumlah Kasus Infeksi HPV Tipe High Risk Lebih Banyak di Indonesia

    Jumlah Kasus Infeksi HPV Tipe High Risk Lebih Banyak di Indonesia

    JAKARTA – Human papillomavirus (HPV) merupakan virus yang dapat menyebabkan berbagai penyakit, salah satunya adalah kanker serviks atau kanker leher rahim. Kanker yang disebabkan oleh HPV ini masih menjadi ancaman serius bagi populasi dunia, termasuk Indonesia.

    Indonesia saat ini menjadi negara dengan kasus kanker serviks tertinggi di Asia Tenggara. Kasus infeksi HPV di Indonesia didominasi dengan yang tipe high risk atau risiko tinggi.

    Seperti diketahui, HPV memiliki lebih dari 200 tipe, dengan kategori risiko tinggi dan risiko rendah. Tipe risiko tinggi (high risk) seperti HPV 16, 18, 52, dan 58, yang bisa memicu berbagai jenis kanker.

    “Mayoritas HPV adalah virus yang risiko tinggi di Indonesia. Risiko yang tinggi itu adalah yang berisiko mengalami kanker. Ada kanker serviks, kanker vagina, kanker anus,” tutur dokter spesialis penyakit dalam, dr. Anshari Saifuddin Hasibuan, Sp.PD, K-AI, saat temu media di Menteng, Jakarta, ditulis Minggu, 31 Agustus 2025.

    Untuk yang risiko rendah (low risk) seperti HPV 6 dan 11, yang biasanya menimbulkan kutil kelamin. Meskipun berisiko rendah, HPV jenis ini harus diwaspadai juga karena penyakitnya bisa menurunkan kualitas hidup.

    “Risiko rendah biasa menyebabkan kutil kelamin. Walaupun risikonya rendah, tetap saja bisa menurunkan kualitas hidup pasien, karena merepotkan sekali untuk terkena kutil tersebut,” jelasnya.

    Dengan berbagai risiko yang bisa ditimbulkan, masyarakat harus memahami penularan dan pencegahan infeksi HPV. Penularannya biasanya terjadi karena aktivitas seksual dan juga non-seksual, seperti ibu ke bayi saat persalinan atau melalui alat medis yang tidak steril.

    Dalam pencegahan utama infeksi HPV adalah dengan melakukan vaksinasi. Vaksin generasi terbaru, yaitu nonavalent, kini tersedia dan mampu melindungi sembilan tipe HPV, termasuk HPV 52 dan 58, yang paling sering ditemukan di Indonesia.

    “Tipe 52 dan 58 yang sering ditemukan di Indonesia tidak tercakup dalam vaksin lama, sehingga revaksinasi HPV dengan vaksin generasi terbaru menjadi sangat penting,” pungkas Dokter Anshari.

  • 20 Anak di Sumenep Meninggal, Menkes: Campak Jauh Lebih Menular daripada COVID

    20 Anak di Sumenep Meninggal, Menkes: Campak Jauh Lebih Menular daripada COVID

    Jakarta

    Sebanyak 20 anak di Sumenep, Jawa Timur, meninggal dunia akibat campak. Data ini merupakan angka akumulatif kematian dari Februari hingga Agustus 2025.

    Menyoroti kejadian luar biasa (KLB) campak di Sumenep, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menargetkan 70 ribu anak di wilayah tersebut segera diimunisasi dalam kurun waktu 2 pekan. Dia juga mengingatkan penularan campak yang jauh lebih tinggi daripada COVID-19.

    “Jadi campak itu adalah penyakit yang paling menular. Kalau dulu COVID-19, ingat pertama kali ada yang namanya reproduction rate. Jadi satu orang nularin ke-2 atau ke-3. Campak itu satu orang bisa nularin ke-18,” kata Budi saat meninjau penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak di Sumenep, Jawa Timur, Kamis (28/8).

    Meski sangat menular, campak bisa dicegah dengan vaksinasi. Di samping itu, ia mengimbau agar masyarakat proaktif mengenali gejala campak yang bisa muncul pada anak seperti demam dan ruam.

    “Sekarang kan banyak berita-berita WhatsApp mengenai jangan imunisasi, jangan vaksinasi. Teman-teman, itu sangat berbahaya dan jahat. Karena kita lihat sampai meninggal 20 anak, hanya gara-gara masyarakat diteror berita-berita itu,” ujar Budi.

    (kna/kna)

  • Bos Badan Kesehatan AS Tiba-tiba Mundur, Ribut dengan Menkes?

    Bos Badan Kesehatan AS Tiba-tiba Mundur, Ribut dengan Menkes?

    Jakarta

    Kepala badan kesehatan publik Amerika Serikat tiba-tiba mengundurkan diri saat dirinya baru empat minggu menjabat. Departemen Kesehatan AS mengumumkan pengunduran dirinya, tanpa menyebutkan alasannya. Ini terjadi menyusul pergeseran pemerintahan Presiden Donald Trump ke arah skeptisisme vaksin.

    “Susan Monarez tidak lagi menjadi direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Kami berterima kasih atas dedikasinya kepada rakyat Amerika,” kata Departemen Kesehatan, yang mengawasi CDC, dalam sebuah pernyataan singkat di media sosial X, dilansir kantor berita AFP dan Al Arabiya, Kamis (28/8/2025).

    Monarez, seorang ilmuwan kesehatan dan pegawai negeri senior, mendapatkan konfirmasi Senat AS untuk jabatan tersebut, dan kemudian dilantik oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Robert F Kennedy Jr pada tanggal 31 Juli lalu.

    The Washington Post, media yang pertama kali melaporkan mundurnya Monarez, mengatakan bahwa ia menolak untuk berkomitmen mendukung perubahan kebijakan vaksinasi yang diupayakan oleh Kennedy, yang dikenal karena skeptisismenya terhadap vaksin.

    Menurut para pejabat yang berbicara dengan syarat anonim, Monarez ditekan untuk mengundurkan diri oleh Menkes tersebut.

    Sejak menjabat Menkes, Kennedy atau dikenal sebagai RFK Jr, telah memulai perombakan besar-besaran kebijakan vaksin AS, memberhentikan para ahli imunisasi ternama, membatasi akses terhadap vaksin COVID-19, dan memangkas dana untuk pengembangan vaksin baru.

    Langkah-langkah tersebut sebagian besar bertentangan dengan konsensus ilmiah, dan telah dikritik oleh para ahli eksternal.

    Ratusan pegawai dan mantan pegawai badan kesehatan tersebut kemudian menandatangani surat terbuka yang mengecam tindakan Kennedy dan menuduh menteri kesehatan tersebut membahayakan orang-orang dengan menyebarkan informasi yang salah, terutama tentang vaksin.

    Kepergian Monarez terjadi di tengah krisis di CDC yang berbasis di Atlanta, yang menjadi sasaran serangan bersenjata pada awal Agustus oleh seorang pria, yang dilaporkan menyalahkan vaksin COVID pada penyakit yang tidak disebutkan namanya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: CDC Diminta Setop Kerja Sama dengan WHO”
    [Gambas:Video 20detik]
    (ita/ita)

  • Benarkah Vaksin HPV Berdampak Buruk pada Kesuburan? Ini Penjelasan Dokter

    Benarkah Vaksin HPV Berdampak Buruk pada Kesuburan? Ini Penjelasan Dokter

    JAKARTA – Human papillomavirus (HPV) adalah virus yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker leher rahim, kanker anogenital, serta kutil anogenital. Kanker ini menjadi ancaman serius bagi populasi dunia, termasuk Indonesia, sehingga butuh dilakukan vaknisasi untuk mencegahnya.

    Namun, proses vaksinasi HPV ini sering mengalami hambatan, salah satunya anggapan salah yang beredar di masyarakat, seperti vaksin HPV bisa berdampak buruk pada kesuburan.

    Padahal vaksin HPV bisa berdampak buruk pada kesuburan tersebut adalah sebuah anggapan yang tidak benar. Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Anshari Saifuddin Hasibuan, Sp. PD, K-AI, menegaskan bahwa tidak ada bukti terkait vaksin HPV mengganggu kesuburan, sehingga anggapan tersebut adalah sebuah kebohongan.

    “Itu tidak benar ya (vaksin HPV berdampak buruk pada kesuburan),” kata Dokter Anshari, saat temu media di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Rabu, 27 Agustus 2025.

    “Sampai saat ini tidak ada penelitian dan bukti terkait itu. Nggak diteliti karena memang tidak ada buktinya ya, karena itu hoaks, tidak benar, bahwa vaksin HPV itu bisa mempengaruhi kesuburan,” tambahnya.

    Ketua Satgas Imunisasi PP PAPDI, Dr.dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, FINASIM, juga menegaskan bahwa hal tersebut tidak benar. Ia mengatakan bahwa vaksin HPV sebenarnya berfungsi untuk membangun kekebalan tubuh lebih baik, untuk mencegah penularan virus HPV.

    Bahan-bahan yang digunakan pada vaksin HPV dan mekanisme vaksinasinya sama sekali tidak mengganggu atau berhubungan dengan organ tubuh lainnya, termasuk organ reproduksi yang berhubungan dengan kesuburan.

    “Bahan dari vaksin ini partikel yang menyebabkan kekebalan tubuhnya meningkat secara spesifik, tetapi tidak menyebabkan sakit. Jadi sama sekali tidak berhubungan dengan reproduksi ataupun organ lainnya,” pungkas Dokter Sukamto.

  • Pantau Langsung KLB Campak, Menkes Bakal ke Sumenep

    Pantau Langsung KLB Campak, Menkes Bakal ke Sumenep

    Jakarta

    Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin akan mengunjungi Sumenep, Jawa Timur dalam waktu dekat. Ini setelah status infeksi campak di Sumenep meningkat menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).

    “Sumenep, rencananya saya besok akan ke sana. Diundur jadi besok pagi,” kata Menkes Budi saat ditemui di Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (27/8/2025).

    Kunjungan Menkes tidak hanya akan berhenti di Sumenep, melainkan di beberapa Kabupaten/Kota di Madura dengan kasus infeksi campak yang termasuk mengkhawatirkan.

    “Nah ini, sebenarnya kan campak bisa dicegah dengan imunisasi. Gimana caranya kita akan drop out imunisasinya lebih baik lagi,” kata Menkes.

    “Sama seperti outbreak polio kemarin kan, itu karena waktu COVID-19, imunisasinya terganggu, sehingga polionya outbreak. Nah ini yang harus kita bikin program akselerasi imunisasi, sehingga tidak ada lagi anak-anak yang kena campak dan ini kan bisa mematikan,” lanjutnya.

    Infeksi Campak Lebih Cepat dari COVID-19

    Kejadian luar biasa campak di Indonesia tidak hanya terjadi di Sumenep, Jawa Timur. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mencatat terjadi 46 KLB campak pasti di 42 kabupaten/kota yang tersebar di 13 provinsi.

    “Campak ini penyakit berbayaha dan menyebabkan kematian, bahkan penularannya lebih cepat dari COVID-19,” kata dr Prima Yosephine, MKM, Direktur Imunisasi Kementerian Kesehatan dalam konferensi pers, Selasa (26/8/2025).

    Jumlah kasus campak di Indonesia di tahun 2025 hingga minggu ke-33 menunjukkan ada 23.128 suspek dengan kasus terkonfirmasi 3.444 pasien. Kasus suspek terbanyak tercatat di Sumenep dengan 2.139 suspek.

    Terjadinya kasus campak di banyak wilayah di Indonesia ini dilatarbelakangi cakupan vaksinasi yang rendah. Capaian imunisasi campak-rubella 1 dan 2 tahun 2025 masih berada di angka 45 persen dari target 95 persen.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/up)

  • Warisan Tirto Utomo dan Jejak Keberlanjutan di Indonesia

    Warisan Tirto Utomo dan Jejak Keberlanjutan di Indonesia

    Jakarta – Perjuangan keberlanjutan ketersediaan air bersih hingga kini terus dilakukan AQUA bagi Indonesia. Semangat itu terus dijaga hingga empat dekade lebih dengan menjalankan program konservasi sumber air, pembangunan sumur resapan, hingga edukasi masyarakat.

    “Ini semua menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap operasi keberlanjutan AQUA,” kata General Secretary Danone Indonesia Vera Galuh Sugijanto dalam keterangan tertulis, Rabu (27/8/2025).

    Vera mengungkapkan melindungi sumber daya air menjadi pemahaman dasar bagi AQUA. Konservasi alam merupakan perkara yang sama pentingnya dengan memastikan setiap mutu air yang sampai ke tangan konsumen tetap berkualitas. Peningkatan edukasi lingkungan terhadap masyarakat sejak dini juga terus dilakukan dengan melibatkan komunitas.

    Tak berhenti di sana, AQUA juga mengusung gerakan daur ulang dan pengurangan sampah plastik. Dengan menggandeng pemerintah, komunitas lokal, dan mitra daur ulang, AQUA menegaskan peranannya sebagai perusahaan yang bertanggung jawab terhadap bumi.

    Sejak 1983 hingga kini, pemakaian galon guna ulang merupakan salah satu inisiatif dalam mengurangi pemanfaatan galon sekali pakai secara signifikan. Langkah ini sekaligus menjadi langkah nyata perusahaan dalam menjaga dan melestarikan alam.

    Langkah itu diperpanjang lagi dengan meluncurkan kampanye gerakan #BijakBerplastik yang melibatkan UMKM, komunitas pemulung, dan bank sampah di berbagai belahan nusantara. Lebih dari 31.500 ton plastik berhasil diolah setiap tahun. Gagasan ini menjadikan Aqua sebagai pelopor gerakan ekonomi sirkular di Indonesia.

    AQUA bukan sekadar air minum dalam kemasan. Ia adalah warisan perjuangan, keberanian, dan komitmen panjang terhadap keberlanjutan. Di bawah Danone Indonesia, AQUA tidak hanya fokus pada kualitas produk, tetapi juga keberlanjutan lingkungan.

    “Indonesia adalah rumah kami. Kami lahir, tumbuh dan, besar bersama bangsa ini,” kata Vera lagi.

    Di balik sebuah botol minuman terdapat sebuah ekosistem yang dibangun. Pada perjalannya, AQUA berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi secara terintegrasi. Hal ini dicapai melalui peningkatan kesejahteraan 10.500 masyarakat yang bergabung pada 20 pabrik di seluruh Indonesia.

    Belum lagi rantai distribusi yang melibatkan sekitar 2 juta pelaku usaha, sopir, agen, ritel di warung-warung terkecil hingga pengecer di level pedagang asongan. Pertumbuhan terhadap ekonomi lokal juga ditambah dengan pelibatan petani lokal dalam sendi-sendi rantai produksi.

    Bahkan disaat-saat krisis, AQUA membangun sistem akses air bersih dan aman sebagai hak dasar masyarakat yang tidak terjangkau akses air. AQUA menilai bahwa air bukan sebuah komoditas belaka tetapi merupakan tanggung jawab kehidupan masyarakat.

    Kemitraan terhadap organisasi lokal dan pemerintah daerah juga dilakukan untuk membantu menumbuhkembangkan perekonomian warga. Pandemi COVID-19 juga tak luput dari perhatian AQUA untuk membantu menjamin kesehatan bagi seluruh masyarakat dengan mendukung pemerintah dalam program vaksinasi dan penyediaan air mineral bagi rumah sakit, relawan, dan masyarakat terdampak.

    Perhatian AQUA pun menembus batas negara. Saat krisis kemanusiaan di Gaza, Palestina, AQUA menyalurkan bantuan bersama organisasi besar seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Kedutaan Besar Palestina di Indonesia, hingga lembaga kemanusiaan lain. Bantuan berupa air mineral, dana, hingga kebutuhan dasar bagi kamp pengungsian berhasil disalurkan.

    “Bagi kami, AQUA bukan sekedar produk. Ia adalah bagian dari kehidupan. Setiap tetesnya membawa makna menjaga kesehatan, menyatukan keluarga, dan mengalirkan harapan,” katanya.

    Di dalam negeri, AQUA menyambut hari kemerdekaan Indonesia ke-80 dengan penguatan komitmen untuk memberi lebih banyak manfaat. Seperti menjaga sumber daya alam, memberdayakan komunitas hinga mengalirkan produk yang mengalirkan kebaikan.

    “Karena setiap tetes AQUA adalah harapan untuk Indonesia yang lebih sehat, kuat, dan berkelanjutan,” katanya.

    (akd/akd)

  • Menkes Bakal Bertolak ke Sumenep Tangani KLB Campak

    Menkes Bakal Bertolak ke Sumenep Tangani KLB Campak

    Jakarta

    Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin buka suara terkait kasus campak di Sumenep, Jawa Timur. Dia mengatakan akan bertolak ke Sumenep dalam rangka penanganan Kasus Luar Biasa (KLB) tersebut.

    “Rencananya saya mau ke sana, saya mau ke sana,” kata Budi Gunadi di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Selasa (26/8/2025).

    Namun, dia belum membeberkan kapan waktu pasti akan menyambangi Sumenep. Di sisi lain, Budi Gunadi mengakui angka kasus campak di Pulau Madura memang meningkat.

    “Sebenarnya nggak hanya di Sumenep, tapi di beberapa kota di Madura itu memang naik (kasusnya),” ucap Budi.

    “Salah satu penyebab utamannya karena memang imunisasinya rendah sekali di sana,” lanjutnya.

    Sebelumnya, kasus campak di Sumenep sudah dinyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB) setelah 17 orang meninggal. Daerah tersebut juga mencatat ada 2.035 kasus suspek yang tersebar di 26 kecamatan.

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) menyebut kasus kematian akibat campak di Sumenep mayoritas tidak memiliki riwayat imunisasi. Kebanyakan pasien meninggal karena campak adalah balita.

    Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan imunisasi terkait campak di Sumenep tergolong rendah. Menurutnya, ada beberapa alasan mengapa orang tua tidak memberikan vaksinasi pada anak.

    “Banyak (alasan keluarga nggak mau vaksinasi anak). Ada yang dikaitkan soal agama, takut karena nanti ada efek samping,” kata Prof Dante kepada wartawan di kantor BRIN, Jakarta Pusat, Senin (25/8).

    “Sebenarnya ini sudah kami kaji. Vaksinasi-vaksinasi yang kami berikan ke masyarakat itu sudah dikaji secara empiris dalam waktu lama, sehingga aman untuk diberikan ke anak,” sambungnya.

    Halaman 2 dari 2

    (ond/maa)