Gondongan Mewabah, Dinkes Kota Yogyakarta Imbau Penderita Tak Keluar Rumah
Tim Redaksi
YOGYAKARTA, KOMPAS.com
– Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta
mengungkapkan, masyarakat yang terkena parotitis atau
gondongan
hanya membutuhkan istirahat.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Waryono mengatakan bahwa penderita parotitis hanya membutuhkan istirahat dan makan banyak.
Waryono mengatakan, banyak mitos tumbuh di masyarakat terkait penyakit gondongan. Salah satunya adalah mengobati dengan mengalungkan buah mengkudu.
Tujuan dari mengalungkan buah mengkudu atau dikenal pace di Yogyakarta adalah untuk mencegah pasien tidak bepergian.
“
Gondongan
di rumah mbahnya minta dikalungi pace aja. Sebetulnya itu disuruh istirahat dan makan yang banyak, karena virus mati saat tubuh kuat dengan banyak makan,” kata Waryono Senin (4/11/2010).
“Makan banyak tubuh kuat, Insya Allah tubuh kuat,” kata dia.
Menurut Waryono sampai saat ini belum ada kasus penderita gondongan sampai rawat inap.
“Sampai sekarang tidak ditemukan gondongan mondok (rawat inap). Semoga tidak jadi wabah,” ujarnya.
Kasi pengendalian penyakit menular (P2M) dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu menyampaikan, Dinkes Kota Yogyakarta juga melakukan edukasi kepada penderita agar tidak keluar rumah untuk mencegah penyebaran, selain itu juga mengedukasi warga menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
“Jika terjadi di sekolah, saran untuk yang sakit tidak boleh masuk sekolah,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (1/10/2024).
Endang menuturkan, Dinkes telah berkoordinasi dengan sekolah-sekolah agar lebih peka terhadap penyakit Parotitis mengingat penyebarannya sangat mudah.
“Hindari orang yang terkena gondongan, memakai masker, dan usahakan yang sakit untuk tidak keluar rumah,” kata dia.
Selain itu Dinkes Kota Yogyakarta juga meminta masyarakat agar melakukan vaksinasi.
“Imbauan untuk vaksin di faskes swasta, karena vaksin untuk gondongan belum disiapkan pemerintah,” kata dia.
Endang menuturkan, selama 2024 hingga Oktober terdapat 169 paparan Parotitis.
“Ada sekitar 169 kasus Gondongan di Kota Yogyakarta, sebagian besar merupakan anak-anak SD,” ujar Endang.
Di sejumlah daerah, gondongan juga mewabah, misalnya di Kota dan Kabupaten Malang, lalu Kota Batu, Kabupaten Tangerang, dan sejumlah daerah lain.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Event: vaksinasi
-
/data/photo/2023/07/20/64b8c9077ab4f.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Gondongan Mewabah, Dinkes Kota Yogyakarta Imbau Penderita Tak Keluar Rumah Yogyakarta 4 November 2024
-

Heboh Bikin Sekolah ‘Lockdown’, Gimana Biar Anak Tak Kena Cacar Air?
Jakarta –
Penyakit cacar air membuat sejumlah sekolah terpaksa ‘lockdown’ dan melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Setidaknya ada 53 siswa di SMPN 8 Tangsel yang terjangkit cacar air.
Selain itu SD di Situbondo juga melakukan PJJ setelah beberapa siswa dan guru terjangkit cacar air.
Kasus cacar air anak memang disebut meningkat karena kurangnya vaksinasi. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut salah satu cara mencegah anak dari penyakit tersebut adalah dengan memutus rantai penularan dengan lockdown.
“Tetap awasi anak-anak dalam berkegiatan dan berinteraksi dengan teman-temannya. Berikan edukasi kepada mereka tentang pentingnya kebersihan pribadi dan menjaga jarak jika ada teman yang sedang sakit,” kata Anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropik IDAI dr Anggraini Alam, SpA (K) kepada ANTARA.
Cacar air bisa menular melalui droplets sehingga akan mudah menulari anak ketika sedang beraktivitas. Untuk itu orang tua diimbau mengajarkan anak menggunakan masker saat berada di sekitar pasien cacar air untuk mencegah penularan.
Langkah pencegahan yang cukup efektif dalam menghindari terjadinya cacar air adalah dengan menjalani vaksinasi. Vaksinasi ini dianjurkan untuk anak kecil dan orang dewasa yang belum melakukan vaksinasi.
Pada anak kecil, penyuntikan vaksin Varicella atau cacar air pertama dilakukan pada umur 12 hingga 15 bulan, dan penyuntikan lanjutan dilakukan ketika anak berusia 2 hingga 4 tahun. Sedangkan anak yang lebih besar dan dan orang dewasa perlu mendapat 2 (dua) kali vaksinasi, dengan perbedaan waktu setidaknya 28 hari.
“Serta yang sudah kita ketahui bersama sebagai bentuk pencegahan penyakit menular adalah dengan vaksinasi sebagai langkah pencegahan utama yang jelas sudah sangat direkomendasikan. Tetap pantau jadwal vaksinasi anak-anak dan lengkapi imunisasi, terutama imunisasi dasar, untuk memberikan perlindungan optimal terhadap penyakit menular,” kata dia.
(kna/kna)
-

Israel Bom Pusat Vaksinasi Polio di Gaza, 4 Anak Terluka
Jakarta –
Israel melancarkan serangan bom ke pusat vaksinasi polio di wilayah utara Kota Gaza. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada enam orang terluka akibat serangan tersebut, empat di antaranya anak-anak.
“Enam orang termasuk empat anak-anak terluka,” kata Ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dilansir AFP, Minggu (3/11/2024).
Peristiwa itu terjadi pada Sabtu (2/11) waktu setempat. Ghebreyesus mengatakan serangan itu terjadi saat para orang tua membawa anak-anaknya untuk menerima vaksinasi polio.
“Pusat layanan kesehatan utama Sheikh Radwan dilanda serangan hari ini ketika orang tua membawa anak-anak mereka ke program vaksinasi polio yang menyelamatkan nyawa,” kata Ghebreyesus.
WHO diketahui meluncurkan putaran kedua vaksinasi polio pada anak-anak di Gaza utara pada hari Sabtu (2/11). Vaksinasi gelombang pertama telah digelar pada 1 September lalu.
“Tim WHO berada di lokasi tepat sebelum serangan hari Sabtu,” kata Ghebreyesus.
WHO mengatakan sekitar 119.000 anak di wilayah utara sedang menunggu vaksinasi dosis kedua. Sementara 452.000 anak telah menerima vaksinasi di Gaza tengah dan selatan.
(ygs/ygs)
-

Horor Serangan Bom Dekat Sekolah Putri di Pakistan, 7 Orang Tewas
Jakarta –
Serangan bom terjadi di dekat sebuah sekolah putri di Pakistan barat dan menewaskan tujuh orang, termasuk lima anak-anak. Serangan bom ini menargetkan para polisi yang mengawal para petugas vaksinasi polio pada hari Jumat (1/11).
“Mobil polisi yang diserang membawa para personel untuk melindungi staf polio,” kata Rahmat Ullah, seorang perwira polisi senior, kepada AFP, Jumat (1/11/2024).
Ia menambahkan bahwa “ada sekolah perempuan di dekat lokasi serangan” di kota Mastung di provinsi Balochistan tersebut.
Pakistan dan negara tetangganya, Afghanistan adalah satu-satunya negara di mana polio masih endemik. Tim vaksinasi sering menjadi sasaran militan yang melancarkan kampanye melawan pasukan keamanan.
“Tujuh orang: satu polisi, lima anak-anak, dan satu penjaga toko” tewas dalam serangan di pasar utama kota itu, kata perwira senior Abdul Fatah kepada AFP.
Menteri Dalam Negeri Pakistan, Mohsin Naqvi sebelumnya menyebutkan jumlah korban tewas adalah tiga anak-anak dan satu polisi.
“Menargetkan anak-anak adalah tindakan brutal,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Sebelumnya pada awal minggu ini, dua polisi yang menjaga petugas vaksinasi polio yang mendatangi rumah-rumah di Pakistan barat laut, ditembak mati dalam sebuah serangan yang dituduhkan kepada para militan.
-

Gaduh SMP di Tangerang Lockdown, IDAI Wanti-wanti Kasus Cacar Air Lagi ‘Ngegas’
Jakarta –
Sebanyak 53 siswa di SMP Negeri 8 Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten beberapa waktu lalu terinfeksi cacar air. Wabah ini bahkan memaksa pihak sekolah untuk melakukan ‘lockdown’ sementara.
Sekolah memutuskan untuk sementara melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Hal ini dilakukan sebagai upaya agar tidak terjadi penularan cacar air kepada siswa-siswa lain.
Merespons hal ini, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso SpA(K) mengatakan kasus cacar air pada anak saat ini jumlahnya kian meningkat.
“Ya ada peningkatan kasus (cacar air),” ujar dr Piprim saat dihubungi detikcom, Jumat (1/11/2024).
dr Piprim menambahkan meningkatkan wabah cacar air ini sayangnya tidak dibarengi dengan jumlah vaksinasi pada anak.
“Vaksinasi cacar air memang belum jadi vaksin program nasional, sehingga cakupan vaksinasi masih rendah. Hanya orang yg bisa membayar vaksinasi cacar air di layanan swasta yang bisa mendapatkan vaksinasi,” katanya.
IDAI Mengimbau untuk Tidak Menyepelekan Cacar Air
Senada, anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropik IDAI Dr dr Anggraini Alam SpA(K) mengimbau kepada masyarakat untuk tidak menganggap enteng penyakit ini. Pasalnya, cacar air bisa menyebabkan komplikasi yang serius jika tidak ditangani dengan tepat.
“Jika disepelekan, penyakit ini tentu saja bisa menyebabkan komplikasi serius, terutama pada anak-anak dengan sistem imun yang lemah,” kata dr Anggraini saat dihubungi detikcom, Jumat (1/11/2024).
“Komplikasi yang mungkin terjadi termasuk infeksi bakteri pada kulit, infeksi paru-paru (pneumonia), penurunan kesadaran, dan penyakit lainnya yang dapat menyerang anak karena kondisi imunitasnya yang sedang turun,” lanjut dia.
Meskipun cacar air bisa menyerang siapa saja, dr Anggraini mengatakan anak-anak di bawah usia 10 tahun lebih rentan terinfeksi. Bahkan, bayi di bawah usia satu tahun pun juga rentan terdampak karena belum bisa menerima vaksin varicella.
(dpy/naf)
-

IDAI Sebut Kasus Cacar Air Anak Meningkat, Ini Kemungkinan Penyebabnya
Jakarta –
Wabah penyakit cacar air (Varicella) pada anak jumlahnya semakin meningkat. Terbaru, ada sekitar 53 pelajar di SMPN 8 Tangerang Selatan, Banten yang terserang penyakit ini. Pihak sekolah pun sampai menggelar pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama dua pekan.
Merespons hal ini, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso SpA(K) mengatakan meningkatnya kasus cacar air pada anak dibarengi dengan jumlah vaksinasi yang rendah.
“Ya ada peningkatan kasus dan vaksinasi cacar air memang belum jadi vaksin program nasional, sehingga cakupan vaksinasi masih rendah. Hanya orang yg bisa membayar vaksinasi cacar air di layanan swasta yang bisa mendapatkan vaksinasi,” ujar dr Piprim saat dihubungi detikcom, Jumat (1/11/2024).
Kemenkes Siapkan Surat Edaran soal Cacar Air
Terpish, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) terus berupaya untuk menekan angka kasus cacar air pada anak. Pihaknya saat ini sedang berproses untuk segera menerbitkan Surat Edaran (SE) Kewaspadaan Penyakit Cacar Air (Varicella) dan Gondongan (Mumps).
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Aji Muhawarman menyebutkan SE tersebut akan diterbitkan oleh Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes kepada seluruh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) provinsi, kabupaten, kota, rumah sakit, dan puskesmas di Indonesia.
“Fasyankes agar terus memperkuat kewaspadaan dan diseminasi informasi kepada masyarakat terkait penyakit cacar air dan gondongan dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakitnya,” kata Aji dikutip dari Antara, Jumat (1/11/2024).
Kemenkes mengimbau kepada masyarakat khususnya para orang tua untuk menjaga kebersihan. Selain itu, jika menemukan anak-anak yang mengalami gejala gondongan atau cacar air untuk segera melakukan isolasi.
“Jika anak-anak usia sekolah mengalami gejala Mumps atau gondongan maupun Varicella atau cacar air, maka segera melakukan isolasi mandiri di rumah serta dapat melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di rumah sampai anak tersebut sembuh,” kata Aji.
(dpy/kna)
-

WHO Desak Produksi Vaksin Kolera Ditingkatkan untuk Atasi Wabah
Dirjen WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut vaksinasi adalah alat utama untuk mengendalikan wabah kolera yang melanda Sudan Selatan. Namun telah terjadi kekurangan vaksin selama lebih dari 2 tahun. Karena itu, WHO mendesak produsen vaksin untuk meningkatkan produksi vaksin kolera.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4656019/original/023236100_1700481252-Banner_Infografis_Heboh_Pelepasan_Nyamuk_Wolbachia_Tekan_Kasus_DBD.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)

