Event: vaksinasi

  • Pelaku UMKM Pangan yang Kantongi Sertifikasi BPOM RI Masih Rendah, Ini Sebabnya

    Pelaku UMKM Pangan yang Kantongi Sertifikasi BPOM RI Masih Rendah, Ini Sebabnya

    Jakarta

    Angka registrasi sertifikasi pelaku usaha mikro, kecil, menengah, di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) masih jauh dari target sasaran. Baru ada 60 ribu pelaku UMKM yang mendaftarkan sertifikasinya dari total 4,3 juta UMKM terkait obat dan makanan. Baik pangan olahan maupun siap saji.

    Kepala BPOM RI Taruna Ikrar mengungkap sejumlah kendala yang dihadapi terkait minimnya sertifikasi pangan di UMKM. Salah satu yang disorot adalah persoalan data.

    Selama ini, pihak BPOM RI masih kesulitan menemukan data real total pelaku UMKM yang bersinggungan dengan wewenang mereka, yakni pangan, obat, hingga kosmetik. Karenanya, menurut Taruna, penting untuk melakukan kerja sama termasuk dengan BUMN dalam sinkronisasi data pelaku UMKM. Sertifikasi diperlukan demi menjaga produk yang beredar relatif aman.

    Di sisi lain, menurut Taruna, masih sedikit pelaku UMKM yang menilai pentingnya memiliki sertifikasi izin BPOM RI dengan anggapan tidak berpengaruh pada pemasaran produk. Faktanya, izin tersebut bisa membantu memperluas sasaran pasaran hingga luar kota bahkan ke seluruh wilayah Indonesia.

    “Kemudian kemarin kita tengah menghadapi pandemi COVID-19, saat itu kita fokus bagaimana menyelesaikan pandemi, fokus utama meningkatkan sasaran vaksinasi, sehingga berbeda fokusnya saat itu,” terang Taruna.

    “Dan yang terakhir menjadi problem adalah persoalan produk, beberapa produk yang selama ini rakyat ini belum tahu, didaftar, diregistrasi, di BPOM RI, mereka belum percaya diri karena ketertutupan, kekakuan, dari bpom yang selama ini seolah-olah belum dekat dengan publik, tetapi kita saat ini transparan penuh,” pungkasnya.

    (naf/naf)

  • Update Perang Rusia di Ukraina: Muncul Bantuan Baru untuk Moskow

    Update Perang Rusia di Ukraina: Muncul Bantuan Baru untuk Moskow

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang antara Rusia dan Ukraina telah memasuki hari ke-1.005 pada Senin (25/11/2024). Saling serang antara dua negara tetangga tersebut terus menjadi perhatian dunia lantaran muncul bantuan internasional untuk Moskow.

    Saat ini Rusia mendapatkan bantuan internasional dari negara sahabat Korea Utara (Korut). Hal ini pun menimbulkan kekhawatiran baru, salah satunya dari Amerika Serikat (AS) yang selama ini menyokong Ukraina.

    Berikut update terbaru perang antara Rusia dan Ukraina, seperti dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber.

    Putin Panggil Negara Arab Ini Ikut Perang Rusia-Ukraina

    Selain warga Korut, Rusia dilaporkan kembali memanggil warga negara asing untuk terlibat dalam perangnya melawan Ukraina. Hal ini dilaporkan oleh Financial Times (FT), Minggu (24/11/2024).

    Dalam laporannya, FT menyebut negara tersebut adalah Yaman, yang saat ini dilanda perang saudara. Mereka dijanjikan upah yang besar hingga kewarganegaraan Rusia bila menyanggupi untuk mengikuti perang Moskow itu.

    “Warga Yaman dijanjikan upah tinggi dan kewarganegaraan Rusia sebelum melakukan perjalanan ke Rusia untuk direkrut secara paksa ke dalam tentara Moskow dan dikirim ke garis depan di Ukraina. Perjalanan tersebut difasilitasi oleh sebuah perusahaan yang terkait dengan pemberontak Houthi Yaman,” tulis laporan itu, yang juga dikutip Newsweek.

    Sebelumnya diketahui, Yaman berada dalam perang saudara yang melibatkan antara pemerintah dan pemberontak Houthi, yang berhaluan syiah dan pro-Iran. Hingga saat ini, Houthi telah berhasil menguasai sejumlah besar wilayah Negeri Hadramaut itu.

    Tidak jelas seberapa dekat Rusia dengan Houthi. Namun konflik ini telah membuat Moskow menjalin hubungan dengan negara-negara yang memusuhi Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

    Serangan Rudal Ukraina ke Wilayah Rusia

    Sistem pertahanan udara Rusia menghancurkan tujuh rudal Ukraina di wilayah Kursk pada Minggu malam, menurut gubernur wilayah Kursk, Alexei Smirnov, di saluran Telegram miliknya.
    Sementara gubernur wilayah Vladislav Shapsha menyebut puing-puing yang jatuh dari pesawat nirawak Ukraina yang hancur memicu kebakaran di fasilitas industri di Kaluga, Rusia. Ia mengatakan tidak ada korban luka dan tiga pesawat nirawak hancur.

    Di sisi lain, Wali Kota Vitali Klitschko di Telegram menyebut pertahanan udara sedang beroperasi di Kyiv sebagai tanggapan atas serangan pesawat nirawak Rusia yang baru.

    Pertahanan udara Ukraina sebelumnya telah menjatuhkan 50 dari 73 pesawat nirawak Rusia yang diluncurkan ke berbagai target, menurut militer Ukraina.

    China Pening Gegara Rusia dan Korut ‘Main Belakang’

    Pemerintah China dilaporkan makin resah dengan kerja sama pertahanan yang kian erat antara Rusia dan Korea Utara (Korut). Hal ini disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Kurt Campbell pada Minggu.

    Dalam pernyataannya, Campbell mengatakan Beijing sangat khawatir dengan bagaimana Pyongyang, dalam kerangka kerja sama ini, mengirimkan pasukannya untuk bertempur dengan Rusia di Ukraina. Menurutnya, China khawatir langkah ini akan membuat Korut mengambil langkah yang tidak sesuai dengan kepentingan nasionalnya.

    “Dalam beberapa diskusi yang telah kami lakukan, tampaknya kami memberitahu mereka tentang hal-hal yang tidak mereka ketahui terkait dengan kegiatan Korut, dan mereka khawatir bahwa dorongan Rusia dapat menyebabkan Korut mempertimbangkan tindakan atau aksi militer yang mungkin tidak sesuai dengan kepentingan China,” ungkapnya dikutip The Guardian.

    “China tidak secara langsung mengkritik Rusia, tetapi kami yakin bahwa meningkatnya koordinasi antara Pyongyang dan Moskow membuat mereka gelisah.”

    Sebelumnya, Korut diketahui telah mengirimkan 10 ribu pasukannya untuk bertempur melawan Ukraina membela Rusia. Hal ini terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong Un menandatangani perjanjian keamanan antara kedua negara.

    Jenderal Korea Utara Terluka Imbas Serangan Rudal Ukraina

    Seorang jenderal senior Korea Utara dikabarkan terluka dalam serangan Ukraina baru-baru ini di wilayah Kursk, Rusia. Hal itu disampaikan seorang pejabat dari negara Barat seperti dikutip dari Wall Street Journal pada Minggu.

    Kabar ini menjadi pertama kalinya seorang perwira tinggi militer Korea Utara menjadi korban dalam konflik Rusia-Ukraina. Seperti diketahui, lebih dari 10.000 tentara Korea dikerahkan di Kursk saat Kremlin mencoba mengusir pasukan Ukraina yang melancarkan serangan di sana pada Agustus.

    Misi Korea Utara untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) belum menanggapi ihwal kabar jenderalnya yang menjadi korban ini. Pyongyang telah mengirim seorang perwira senior, Kolonel Jenderal Kim Yong Bok ke Rusia untuk mengawasi upaya Korea Utara untuk berkoordinasi dengan Rusia.

    Putin Disebut Sakit, Nampak Tanda Tak Biasa dari Tangannya

    Informasi mengenai kondisi kesehatan Presiden Rusia Vladimir Putin terus menerus diberitakan. Pasalnya, orang nomor satu di Rusia itu saat ini sedang banyak disorot lantaran keputusannya untuk menyerang tetangganya, Ukraina.

    Pada Kamis (21/11/2024), sebuah video yang mengunggah pernyataan terkait Putin yang mengonfirmasi penggunaan rudal hipersonik dalam serangan ke Ukraina menunjukkan sebuah gejala tak biasa bagi Presiden Rusia itu. Nampak Putin duduk dengan kedua tangan dalam posisi hampir tak bergerak selama lebih dari 20 menit.

    Hal ini telah memicu spekulasi liar di internet berdasarkan rumor yang beredar tentang kesehatannya. Penasihat Dalam Negeri Ukraina Anton Gerashchenko menyebut, ada yang tidak sinkron antara badannya dengan kepala dan tangan.

    “Jika Anda mempercepat video, terlihat bahwa tangan Putin tidak bergerak dan tampak terpisah dari tubuhnya. Suara dan gerakan bibir terkadang tidak sesuai,” ujarnya di X, seperti dikutip dari Newsweek.

    Gerashchenko kemudian berkomentar, tanggapan dari apa yang disebutnya ‘para bot dan troll Rusia’ membuatnya berpikir ‘memang ada sesuatu di sana’, menunjuk kejadian ini pada kesehatan Putin.

    Pembuat film Patrick Hölscher juga membuat komentar serupa. Menurutnya, banyak editan dalam video konfirmasi Putin itu yang akhirnya menimbulkan pertanyaan terkait apa yang benar-benar terjadi dengan orang nomor satu Negeri Beruang Putih itu.

    Pada Oktober, Kremlin mengeluarkan pernyataan bahwa Putin tidak memiliki masalah kesehatan setelah ia mengunjungi Rumah Sakit Klinik Pusat. Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa Putin sebenarnya berada di sana untuk pemeriksaan medis biasa.

    Putin sebelumnya menyebutkan bahwa ia rutin menjalani pemeriksaan di rumah sakit Moskow.

    “Dokter di Rumah Sakit Klinik Pusat, tempat saya menjalani berbagai pemeriksaan rutin, juga merekomendasikan vaksinasi dengan obat-obatan yang diproduksi di dalam negeri,” katanya kepada menteri kesehatannya Mikhail Murashko.

    Update dari Politik Rusia

    Rusia akan segera menunjuk Alexander Darchiev, yang saat ini menjabat sebagai kepala departemen Amerika Utara Kementerian Luar Negeri, sebagai duta besar barunya untuk Washington, demikian dilaporkan surat kabar Kommersant.

    Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin telah menandatangani undang-undang yang memungkinkan mereka yang mendaftar untuk berperang di Ukraina untuk menghapus utang yang belum dibayar senilai hampir US$100.000.

    (pgr/pgr)

  • Separah Ini Efek Long COVID, Ada yang Masih Sakit Meski Negatif 4 Tahun Lalu

    Separah Ini Efek Long COVID, Ada yang Masih Sakit Meski Negatif 4 Tahun Lalu

    Jakarta

    Wachuka Gichohi (41) masih berjuang mengatasi long COVID yang diidapnya meski telah dinyatakan negatif 4 tahun lalu. Hingga saat ini dia masih mengalami kelelahan, serangan panik dan banyak gejala lainnya yang membuatnya takut mati di malam hari.

    Studi terbaru mengungkap pengalaman jutaan pasien seperti Gichohi. Mereka menunjukkan bahwa semakin lama seseorang sakit, semakin rendah peluangnya untuk pulih sepenuhnya.

    Waktu terbaik untuk pemulihan adalah enam bulan pertama setelah terkena COVID-19. Orang-orang yang gejalanya berlangsung antara enam bulan dan dua tahun cenderung tidak pulih sepenuhnya.

    Gichohi didiagnosis COVID-19 di tahun 2020. Empat tahun setelahnya, gejala yang dia alami tak hilang meski sudah dinyatakan negatif.

    “Bagi pasien yang telah berjuang selama lebih dari dua tahun, peluang untuk pulih sepenuhnya “akan sangat tipis,” kata Manoj Sivan, seorang profesor kedokteran rehabilitasi di Universitas Leeds dan salah satu penulis temuan yang diterbitkan di The Lancet dikutip dari Reuters.

    Long COVID didefinisikan sebagai gejala yang bertahan selama tiga bulan atau lebih setelah infeksi awal, melibatkan serangkaian gejala mulai dari kelelahan ekstrem hingga kabut otak, sesak napas, dan nyeri sendi.

    Gejalanya dapat berkisar dari ringan hingga sangat melumpuhkan, dan belum ada tes diagnostik atau perawatan yang terbukti, meskipun para ilmuwan telah membuat kemajuan dalam teori tentang siapa yang berisiko dan apa yang mungkin menyebabkannya.

    Secara global, diperkirakan ada 62 juta hingga 200 juta orang yang mengalami long COVID.

    “Itu bisa berarti antara 19,5 juta hingga 60 juta orang menghadapi gangguan selama bertahun-tahun berdasarkan perkiraan awal,” kata Sivan.

    Ada beberapa hipotesis mengenai long COVID. Riset menunjukkan mayoritas yang mengalami long COVID-19 ketika pertama kali terinfeksi, belum pernah atau belum berkesempatan mendapatkan vaksinasi.

    “Ini terjadi di semua negara, termasuk di Indonesia, di Indonesia hanya masalah data, tetapi kita bisa melihat sekeliling kita bahkan di keluarga sendiri, yang menjadi mudah sakit, sebelumnya saya bisa jalan lebih jauh, sekarang lebih capek, misalnya,” epidemiolog Dicky Budiman kepada detikcom.

    Di Indonesia sendiri, Fenomena Long COVID di Indonesia pernah diteliti oleh RSUP Persahabatan Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Gejala long COVID paling dominan antara lain:

    Kelelahan 29,41 persenBatuk 15,55 persenNyeri otot 11,7 persenSesak napas 11,2 persenSakit kepala 11 persenNyeri sendi 9 persen

    (kna/kna)

  • Kelompok Ini Paling Rentan Alami Long COVID, Tetap Sakit Meski Sudah Negatif

    Kelompok Ini Paling Rentan Alami Long COVID, Tetap Sakit Meski Sudah Negatif

    Jakarta

    Mereka yang sebelumnya pernah terpapar COVID-19 dan masih mengalami gejala dalam enam bulan atau dua tahun setelahnya memiliki kemungkinan lebih rendah untuk sembuh dari ‘Long COVID’. Banyak dari masyarakat yang tidak menyadari bahwa mereka mengalami keluhan yang ‘menetap’ pasca-terpapar.

    Dikutip dari US National Institutes of Health’s National Library of Medicine (NIH/NLM dan Healio, fase Long COVID ini bisa menyebabkan munculnya gejala-gejala neurologis seperti gangguan tidur, kognitif, penciuman, sakit kepala, dan lainnya.

    Studi menyebutkan kondisi ini paling rentan terjadi pada orang dewasa usia 18 hingga 64 tahun dan wanita. Gejala ini dapat terjadi setelah kasus penyakit yang parah atau ringan.

    Bagaimana Fenomena Long COVID di RI?

    Pakar epidemiologi Dicky Budiman mengatakan kondisi ini paling rentan dialami oleh para penyintas COVID-19 yang belum melakukan vaksinasi.

    “Riset menunjukkan mayoritas itu sebagian besar dari yang mengalami long COVID-19 ketika pertama kali terinfeksi, belum pernah atau belum berkesempatan mendapatkan vaksinasi,” tutur dia kepada detikcom Jumat (22/11/20240.

    “Adapun orang-orang yang ketika pertama terinfeksi sudah pernah mendapatkan vaksinasi, jauh lebih kecil peluang mendapatkan long COVID,” lanjut dia.

    Dicky menambahkan, fenomena ini merupakan masalah masalah bagi banyak negara, termasuk Indonesia.

    “Ini terjadi di semua negara, termasuk di Indonesia, di Indonesia hanya masalah data, tetapi kita bisa melihat sekeliling kita bahkan di keluarga sendiri, yang menjadi mudah sakit, sebelumnya saya bisa jalan lebih jauh, sekarang lebih capek, misalnya,” kata Dicky.

    Bukti lain tingginya kasus long COVID berkaitan dengan peningkatan kasus alzheimer, termasuk di kelompok muda. Sejumlah riset menunjukkan keterkaitan dampak dari COVID-19 pada alzheimer.

    “Termasuk pada mereka yang baru sekali terpapar, atau berulang kali terpapar. Dalam kasus berat, bahkan berkaitan dengan kasus-kasus kardiovaskular, neurologis, yang juga meningkat,” pungkasnya.

    (dpy/suc)

  • Kelompok Ini Paling Rentan Alami Long COVID, Tetap Sakit Meski Sudah Negatif

    RI Dibayangi Fenomena Long COVID, Gejala Tak Hilang Meski Sudah Negatif

    Jakarta

    Pakar epidemiologi Dicky Budiman mewanti-wanti risiko terjadinya ‘tsunami’ long COVID, efek jangka panjang dari wabah COVID-19 selama bertahun-tahun. Banyak yang kemudian tidak menyadari mengalami keluhan ‘menahun’ alias gejala yang ‘menetap’ pasca terpapar.

    Kondisi ini disebutnya paling rentan terjadi pada penyintas COVID-19 yang belum divaksinasi.

    “Riset menunjukkan mayoritas itu sebagian besar dari yang mengalami long COVID-19 ketika pertama kali terinfeksi, belum pernah atau belum berkesempatan mendapatkan vaksinasi,” tutur dia kepada detikcom Jumat (22/11/20240.

    “Adapun orang-orang yang ketika pertama terinfeksi sudah pernah mendapatkan vaksinasi, jauh lebih kecil peluang mendapatkan long COVID,” lanjut dia.

    Dicky membenarkan hal tersebut tidak hanya terjadi di berbagai negara maju yang melaporkan pendataan kasus long COVID-19. Indonesia juga menghadapi fenomena serupa.

    “Ini terjadi di semua negara, termasuk di Indonesia, di Indonesia hanya masalah data, tetapi kita bisa melihat sekeliling kita bahkan di keluarga sendiri, yang menjadi mudah sakit, sebelumnya saya bisa jalan lebih jauh, sekarang lebih capek, misalnya,” kata Dicky.

    Bukti lain tingginya kasus long COVID berkaitan dengan peningkatan kasus alzheimer, termasuk di kelompok muda. Sejumlah riset menunjukkan keterkaitan dampak dari COVID-19 pada alzheimer.

    “Termasuk pada mereka yang baru sekali terpapar, atau berulang kali terpapar. Dalam kasus berat, bahkan berkaitan dengan kasus-kasus kardiovaskular, neurologis, yang juga meningkat,” pungkasnya.

    Sebelumnya diberitakan, para peneliti di Inggris dan Amerika Serikat menemukan tren kasus long COVID meningkat.

    “Bagi pasien yang telah berjuang selama lebih dari dua tahun, peluang untuk pulih sepenuhnya akan sangat tipis,” kata Manoj Sivan, profesor kedokteran rehabilitasi di Universitas Leeds dan salah satu penulis temuan baru yang dipublikasikan di The Lancet.

    Mengacu riset tersebut, berikut gejala yang kerap dikeluhkan pengidap long COVID dan berisiko tak pulih:

    Kelelahan ekstremBrain fog atau sulit fokus pada sesuatu halSesak napasNyeri sendi

    (naf/kna)

  • Kelompok Ini Paling Rentan Alami Long COVID, Tetap Sakit Meski Sudah Negatif

    Pongrengkun Singgung COVID-19 ‘Bio Weapon’, Ini Bantahan Epidemiolog

    Jakarta

    Calon Gubernur Jakarta Dharma Pongrekun kembali menyinggung soal pandemi COVID-19 dalam debat Pilkada Jakarta. Dalam paparannya, ia menyebut pihaknya bakal mengantisipasi munculnya pandemi baru yang ia sebut sudah direncanakan.

    Tak hanya itu, calon nomor urut 2 itu juga menyebut soal senjata biologis atau bio weapon. Menurutnya, itu mungkin akan digunakan untuk memunculkan pandemi selanjutnya.

    “Kalau kita alami pandemi lagi tanda-tandanya sudah sangat jelas. Anggaran sudah ada, WHO sudah amandemen international health regulation (IHR), memungkinkan potensi penggunaan bio weapon untuk membuat pandemi,” beber Dharma dalam debat cagub, Minggu (17/11/2024).

    Pakar epidemiologi Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia menanggapi pernyataan terkait pandemi COVID-19. Menurutnya, imbauan masyarakat perlu bersiap menghadapi pandemi di masa depan sudah tepat, namun memang tidak bisa diprediksi.

    “Namun perlu dipahami bahwa pandemi tidak bisa diprediksi secara pasti kapan akan terjadi. Yang bisa kita lakukan adalah meningkatkan kesiapsiagaan berdasarkan data ilmiah dan pola sejarah,” jelas Dicky kepada detikcom Selasa (19/11/2024).

    “Sejarah menunjukkan pandemi adalah peristiwa berulang, seperti yang terlihat dari flu Spanyol 1918, SARS 2003, MERS 2012, hingga COVID-19. Namun, prediksi spesifik tentang waktu dan jenis patogen sulit dilakukan. Dan yang jelas, risiko tertinggi akan datang dari penyakit zoonosis khususnya virus,” lanjut dia.

    Untuk mencegah terjadinya pandemi baru, organisasi seperti WHO dan jaringan ilmuwan global terus melakukan surveilans terhadap patogen-patogen baru. Terutama yang berasal dari zoonosis atau penyakit dari hewan ke manusia.

    Dari sisi sistem kesehatan, Dicky menekankan perlunya fokus untuk penguatan sistem kesehatan masyarakat. Itu termasuk vaksinasi, laboratorium, dan respons cepat terhadap wabah.

    “Jadi, meskipun pandemi tidak bisa diprediksi secara pasti, masyarakat dan pemerintah harus selalu berada dalam kondisi siap siaga,” lanjutnya.

    NEXT: Kata pakar soal bio weapon

    Simak Video “Video: Kemenkes Bantah Narasi Pandemi Covid-19 Sebagai Rekayasa Global”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Alasan Perempuan Harus Investasi di Kesehatan Organ Reproduksi

    Alasan Perempuan Harus Investasi di Kesehatan Organ Reproduksi

    Jakarta

    Menjaga kesehatan menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh setiap perempuan. Pasalnya, ada sejumlah penyakit yang kerap ‘menghantui’ para perempuan, salah satunya yakni terkait kesehatan organ reproduksi.

    Perempuan perlu menjaga kesehatan organ reproduksi mengingat tingginya risiko penyakit kanker serviks yang menduduki posisi ke-2 sebagai kanker dengan kasus terbanyak pada perempuan Indonesia dan tingkat kematian yang tinggi. Terlebih, seringkali penyakit ini terdeteksi ketika sudah memasuki stadium lanjut.

    Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, Subspesialis Ginekologi Onkologi dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan Dr. dr. Tricia Dewi Anggraeni, Sp.OG (K), Subsp.Onk mengatakan langkah untuk mencegah penyakit tersebut dapat dilakukan dengan melakukan vaksinasi dan deteksi dini sebagai upaya pencegahan kanker serviks.

    “Ketika seseorang menderita kanker serviks, ia akan menjalani serangkaian langkah perawatan untuk menangani kanker yang ia derita, dan kita semua tahu bahwa penanganan kanker membutuhkan waktu, proses yang panjang, dan dengan biaya yang tidak sedikit,” kata dr. Tricia Dewi dalam keterangan tertulis, Senin (18/11/2024).

    Berbagai pilihan langkah pencegahan dan deteksi dini kanker serviks dapat ditemui salah satunya di layanan Oncology Center Mayapada Hospital. Layanan itu dikhususkan untuk pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan perawatan pasca-kanker dengan dukungan tim dokter spesialis kebidanan dan kandungan yang siap memberikan arahan terbaik untuk mencegah kanker serviks.

    Pencegahan kanker serviks sendiri dapat dilakukan di antaranya dengan melakukan vaksinasi HPV dan deteksi dini dengan pap smear rutin dan/atau DNA HPV. Langkah tersebut lebih efisien dan hemat biaya dibandingkan harus melakukan pengobatan kanker serviks stadium lanjut.

    “Pencegahan primer dengan vaksinasi dan deteksi dini memungkinkan pilihan pengobatan yang tidak banyak dan lebih murah, sehingga beban finansial pasien jauh lebih sedikit,” ungkap dr. Tricia.

    Baik vaksinasi maupun pap smear sebagai pencegahan kanker serviks bisa menjadi pilihan investasi jangka panjang bagi para perempuan di generasi milenial dan generasi Z yang berada pada usia produktif saat ini.

    Sementara itu, dr. Fara Vitantri Diah Candrani, Sp.OG (K), Subsp.Onk dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan mengatakan peran wanita sebagai ibu dalam keluarga sangat penting, sehingga kesehatannya harus diperhatikan.

    “Kalau ibu yang sakit, pasti dampaknya juga dirasakan sekeluarga. Suami harus cuti bekerja, anak-anak mungkin akan menjadi tidak terurus dengan baik, dan lain sebagainya,” kata dr. Fara.

    Sebagai langkah pencegahan kanker serviks, vaksinasi HPV dan pap smear jauh lebih murah dibandingkan harus mengeluarkan biaya untuk pengobatan kanker serviks. Untuk mendapatkan vaksinasi HPV maupun pap smear, dapat berkonsultasi lebih lanjut dengan Dokter Tricia, Dokter Fara, atau dokter spesialis kebidanan dan kandungan lainnya yang berpraktik di layanan unggulan Oncology Center Mayapada Hospital yang ada di Jakarta, Tangerang, Bogor, Kuningan, Surabaya, dan Bandung.

    Oncology Center Mayapada Hospital tidak hanya didukung oleh tim dokter ahli dan fasilitas yang lengkap, namun juga memiliki pelayanan berstandar internasional sebagai acuan yang ketat, salah satunya dengan adanya Tumor Board yang aktif untuk memberikan rencana perawatan yang tepat. Selain itu, setiap pasien tidak perlu khawatir dalam menjalani perawatan, karena Oncology Center Mayapada Hospital memiliki layanan Patient Navigator terdiri dari tim dokter dan perawat untuk mendampingi pasien selama perawatan.

    Berkonsultasi dengan dokter spesialis di Oncology Center Mayapada Hospital kini semakin mudah dengan aplikasi MyCare yang dimiliki Mayapada Hospital. Anda dapat melihat jadwal praktek dan booking appointment dengan mudah hanya dalam satu genggaman. MyCare juga telah terhubung dengan berbagai metode pembayaran sehingga mempercepat proses pendaftaran layanan.

    Success story penanganan pasien dan informasi lengkap seputar layanan di Oncology Center Mayapada Hospital dapat Anda temui di aplikasi MyCare dalam fitur Health Articles & Tips. Unduh aplikasi MyCare di Google Play Store dan App Store untuk akses layanan yang mudah. Pengguna yang baru registrasi di MyCare akan mendapatkan reward point yang bisa dipakai untuk mendapat potongan harga layanan.

    (akd/ega)

  • Curhat Wanita Jaktim Kena Pneumonia, Paru-parunya Kolaps gegara Kebiasaan Ini

    Curhat Wanita Jaktim Kena Pneumonia, Paru-parunya Kolaps gegara Kebiasaan Ini

    Jakarta

    Seorang wanita asal Kramatjati, Jakarta Timur, membagikan kisahnya yang terkena pneumonia. Ini merupakan istilah umum yang menggambarkan kondisi kesehatan paru-paru yakni terjadi peradangan atau infeksi pada organ paru. Orang awam menyebut kondisi ini sebagai ‘paru-paru basah’.

    Wanita bernama Nadya berusia 23 tahun itu menceritakan mengalami sesak napas saat sedang bekerja di kantor. Kejadian itu terjadi pada pertengahan Agustus 2024.

    “Sesak napas pas lagi kejadian di kantor. Itu lagi dalam kondisi nggak kenapa-napa. Awalnya melakukan aktivitas biasa, kaya kerja gitukan,” katanya saat ditemui detikcom di Jakarta Selatan, Senin (18/11/2024).

    Awalnya Nadya mengira kondisi sesak napas yang dialami cuma karena menggunakan baju ketat. Namun sesak napas yang dirasakan semakin memburuk, bahkan dirinya sampai jongkok lantaran merasakan sakit yang luar biasa di dadanya.

    “Tetap nggak bisa kekontrol juga kan. Terus disuruh kayak yaudah tahan dulu ya, tahan gitu kan. Dan disitu karena mungkin yang bikin tambah sesaknya itu karena aku nangis juga,” katanya lagi.

    Selain sesak napas, Nadya juga mengalami batuk berdahak. Lantaran hal tersebut, rekan kerjanya langsung membawanya ke IGD RSUD Pasar Minggu.

    Awalnya dokter mendiagnosis Nadya terkena bronkitis. Dirinya bahkan sampai dirawat seminggu di rumah sakit tersebut untuk menjalani pengobatan.

    “Aku dirawat dulu karena mau ngeliat sistem pernapasannya kan. Terus mau dicek serometrinya itu juga. Serometrinya itu buat ngecek seberapa banyak yang bisa kita hasilkan dari uapan itu,” iimbuhnya.

    Dua hari setelah diperbolehkan keluar dari rumah sakit, Nadya memutuskan untuk melakukan pemeriksaan ulang ke rumah sakit tersebut dan bertemu spesialis paru lantaran penasaran kondisi apa yang dialaminya.

    Ketika diperiksa lebih lanjut, dokter menjelaskan bahwa Nadya terkena infeksi paru-paru yang dipicu oleh virus atau disebut pneumonia. Hal ini dikarenakan terlihat seperti ada luka di paru-parunya.

    Kondisi tersebut, kata Nadya, dipicu oleh faktor risiko polusi udara. Nadya mengaku sering keluar rumah tanpa menggunakan masker saat keluar rumah.

    Selain polusi udara, Nadya juga memiliki kebiasaan vaping selama dua tahun dan sering di lingkungan yang penuh asap rokok.

    “Aku termasuk orang yang nggak pernah pakai masker kalau keluar rumah. sedangkan aku itu kan suka berkendara sendiri, membawa motor, atau suka kemana-mana sendiri, itu aku enggak pernah pakai jaket, nggak pernah pakai masker, dan itu ternyata berpengaruh banget buat penapasannya,” lanjutnya lagi.

    Di sisi lain, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Vaksinasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Dr dr Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, FINASIM mengatakan secara tidak langsung, faktor lingkungan seperti asap rokok hingga polusi udara menjadi salah satu faktor risiko dari penyakit pneumonia.

    “Jadi polusi udara itu secara tidak langsung membuat sistem pertahanan tubuh lokal itu rusak. Jadi kuman sebelum masuk ke dalam saluran napas yang menyebabkan infeksi itu, masuk dulu ke hidung dan seterusnya,” katanya saat ditemui di Jakarta Selatan, Senin (18/11)

    “Terus kemudian secara tak langsung menurunkan sistem kekebalan tubuh. Nah kalau sudah turun, kan mudah terjadinya infeksi,”lanjutnya.

    dr Sukamto mengatakan ketika pertahanan barier atau dasar tubuh rusak, kuman pemicu pneumonia menjadi mudah untuk masuk ke saluran napas.

    Meski begitu, dr Sukamto mengatakan polusi udara hingga asap rokok bukanlah penyebab utama dari pneumonia. Kondisi ini disebabkan oleh sejumlah patogen, seperti bakteri, virus, hingga jamur.

    (suc/kna)

  • Hizbullah Terbuka untuk Gencatan Senjata dengan Israel

    Hizbullah Terbuka untuk Gencatan Senjata dengan Israel

    Para sumber dan sejumlah pejabat setempat menyebut bahwa anggota tim transisi Trump dan para anggota parlemen dari Partai Republik yang kini mendominasi Kongres AS menentang kesepakatan itu dan menilai pemerintahan Biden memberikan kesepakatan yang tidak menguntungkan Israel.

    Diungkapkan para sumber dan pejabat diplomatik yang dikutip Al Arabiya bahwa dua poin utama dalam proposal terbaru AS yang mungkin menjadi hambatan adalah bahasa mengenai hak membela diri dan pasukan pemantau internasional untuk memastikan implementasi Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 1701.

    Lebanon menganggap bahasa soal membela diri dalam proposal AS bersifat ambigu, sehingga memungkinkan Israel untuk melanjutkan penerbangan harian ke wilayah udara atau menyerang target-target yang dianggap sebagai ancaman keamanan.

    Sedangkan pasukan pemantau internasional, yang berbeda dengan pasukan penjaga perdamaian PBB atau UNIFIL, akan melibatkan sejumlah negara Arab, Jerman, Inggris, Prancis dan AS. Menurut sejumlah sumber, pasukan ini tidak akan melibatkan pasukan di lapangan.

    Hizbullah, menurut laporan surat kabar Al-Akhbar, menolak keterlibatan Jerman dan Inggris dalam pasukan pemantau internasional tersebut.

    Sementara resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 yang mengakhiri perang antara Israel dan Hizbullah tahun 2006 lalu, tidak pernah dilaksanakan sepenuhnya oleh kedua pihak. Resolusi itu mengatur ketentuan seperti tidak ada senjata yang dibawa oleh pasukan selain Angkatan Bersenjata Lebanon di selatan Sungai Litani, dan pasukan Israel harus menarik diri sepenuhnya dari wilayah Lebanon sebagaimana ditetapkan oleh PBB.

    Terlepas dari itu, para pejabat AS memperingatkan bahwa upaya mengakhiri perang di Lebanon bukannya tidak memiliki batasan. Masih harus dilihat apakah gencatan senjata di Lebanon akan menjadi prioritas bagi pemerintahan Trump yang akan datang, yang akan dihadapkan pada sejumlah dilema kebijakan luar negeri yang ditinggalkan oleh pemerintahan Biden.

    Serangan Israel juga menewaskan dua tentara Lebanon dan melukai lebih banyak tentara lainnya, dalam apa yang disebut Angkatan Bersenjata Lebanon sebagai serangan langsung terhadap posisi mereka di bagian selatan negara tersebut.

    Hizbullah, sementara itu, telah memperkenalkan senjata baru dalam beberapa hari terakhir dan melancarkan serangan lebih jauh ke wilayah Israel.

    Kendati demikian, Hochstein yang merupakan utusan khusus Biden, mengatakan kepada media Axios bahwa dirinya “penuh harapan” mampu mencapai kesepakatan gencatan senjata di Lebanon dan “ada kesempatan” untuk itu.

    Lihat juga Video: Israel dan Hamas Sepakati Gencatan Senjata Demi Vaksinasi Polio di Gaza

    (nvc/ita)

  • Polusi Udara di Jakarta-Tangerang Lagi Jelek, Dokter Wanti-wanti Risiko Pneumonia

    Polusi Udara di Jakarta-Tangerang Lagi Jelek, Dokter Wanti-wanti Risiko Pneumonia

    Jakarta

    Belakangan polusi udara di Jakarta dan sekitarnya seperti Tangerang terpantau buruk, terlebih pada hari Minggu (17/11/2024). Terpantau indeks kualitas udara pada hari Minggu di DKI Jakarta hingga Tangerang melebihi 200 atau sangat buruk pada jam 13.00 WIB menurut data IQAir.

    Indeks kualitas pada hari ini, Senin (18/11) juga terpantau buruk di Jakarta dan Tangerang Menurut data IQAir. Tercatat indeks kualitas udara di lokasi tersebut di atas 100 alias tidak sehat bagi kelompok sensitif.

    Terkait dampaknya, ada banyak bahaya polusi udara bagi kesehatan yang tak bisa disepelekan, khususnya pada organ paru.

    Ketua Satuan Tugas (Satgas) Vaksinasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Dr dr Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, FINASIM mengatakan secara tidak langsung, faktor lingkungan seperti asap rokok hingga polusi udara menjadi salah satu faktor risiko dari penyakit pneumonia.

    Pneumonia sendiri adalah istilah umum yang menggambarkan kondisi kesehatan paru-paru, yakni terjadi peradangan pada organ paru. Orang awam menyebut kondisi ini sebagai ‘paru-paru basah’.

    Pneumonia, katanya, bisa menyerang siapa saja, baik anak-anak maupun dewasa.

    “Jadi polusi udara itu secara tidak langsung membuat sistem pertahanan tubuh lokal itu rusak. Jadi kuman sebelum masuk ke dalam saluran napas yang menyebabkan infeksi itu, masuk dulu ke hidung dan seterusnya,” katanya saat ditemui di Jakarta Selatan, Senin (18/11/2024)

    “Terus kemudian secara tak langsung menurunkan sistem kekebalan tubuh. Nah kalau sudah turun, kan mudah terjadinya infeksi,”lanjutnya.

    dr Sukamto mengatakan ketika pertahanan barier atau dasar tubuh rusak, kuman pemicu pneumonia menjadi mudah untuk masuk ke saluran napas.

    Meski begitu, dr Sukamto mengatakan polusi udara hingga asap rokok bukanlah penyebab utama dari pneumonia. Kondisi ini disebabkan oleh sejumlah patogen, seperti bakteri, virus, hingga jamur.

    (suc/kna)