Kasus Influenza A Meningkat, Puan: Kalau Tak Ditangani, Bebani Fasilitas Kesehatan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti lonjakan kasus Influenza A yang tengah terjadi di Indonesia.
Menurutnya, jika tidak ditangani, peningkatan kasus ini akan membebani fasilitas kesehatan.
“Lonjakan kasus Influenza A ini menunjukkan bahwa kita tidak boleh lengah. Jika tidak ditangani serius, ini bisa membebani fasilitas kesehatan dan mengancam keselamatan masyarakat secara luas,” ujar Puan dalam siaran pers, Sabtu (18/10/2025).
Puan mengungkapkan, peningkatan kasus bukan hanya menjadi indikator risiko kesehatan yang meningkat, tetapi juga peringatan penting agar pemerintah segera memperkuat sistem kesehatan nasional secara menyeluruh.
Oleh karenanya, ia menegaskan pemerintah perlu memberikan respons strategis dan terintegrasi.
“Penguatan sistem kewaspadaan dini di seluruh fasilitas kesehatan, mulai dari tingkat puskesmas hingga rumah sakit, menjadi keharusan. Kita harus memastikan deteksi dan respons cepat agar penanganan dilakukan secara efektif dan tepat sasaran,” paparnya.
Selain itu, Puan mengingatkan pentingnya edukasi kepada masyarakat mengenai protokol kesehatan yang harus terus dijaga.
Edukasi itu meliputi perilaku hidup bersih dan sehat, memakai masker di tempat ramai, menjaga sirkulasi udara yang baik, serta melakukan vaksinasi influenza bila vaksin sudah tersedia.
Ia pun meminta pemerintah memastikan ketersediaan obat-obatan dan fasilitas pelayanan kesehatan memadai, terutama di daerah padat penduduk.
Terlebih, anak kecil dan lansia dilaporkan menjadi kelompok paling rentan terhadap infeksi berat akibat influenza A.
“Maka sistem kesehatan nasional harus diperkuat agar masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang cepat dan tepat saat terinfeksi penyakit,” tegasnya.
Sebagai informasi, Kemenkes mengingatkan potensi lonjakan kasus influenza A, khususnya subtipe H3N2, yang kini mulai mendominasi di kawasan Asia Tenggara.
Mengutip data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui sistem FluNet, Kemenkes menyatakan sebagian besar kasus influenza di Indonesia terkait dengan varian H3N2.
Namun, hingga saat ini belum ada rincian spesifik mengenai wilayah di Indonesia yang mencatat jumlah kasus tertinggi.
Tren peningkatan kasus influenza A juga terlihat di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand yang didominasi virus influenza tipe A.
Kasus influenza A, khususnya subtipe H3N2 kini dilaporkan mendominasi di kawasan Asia Tenggara.
Salah satu lonjakan terbesar terjadi di Thailand, dengan 61 kematian dari 702.308 kasus sejak 1 Januari hingga 8 Oktober 2025.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Event: vaksinasi
-
/data/photo/2025/10/02/68de27fb203a6.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
2 Kasus Influenza A Meningkat, Puan: Kalau Tak Ditangani, Bebani Fasilitas Kesehatan Nasional
-

Kendalikan populasi, 125 kucing disterilisasi di Srengseng Jakbar
Jadi setiap pemilik KTP, bisa mendaftar hingga tiga ekor kucing untuk disterilisasi,
Jakarta (ANTARA) – Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) Jakarta Barat mensterilisasi sebanyak 125 ekor kucing di Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat, Jumat, untuk menekan populasi hewan penular rabies itu.
“Selain kucing peliharaan, kita juga sterilisasi kucing liar,” ujar Kasudin KPKP Jakarta Barat, Novy C Palit di Jakarta, Jumat.
Ia menjelaskan, sterilisasi diperuntukkan bagi warga pemilik kucing ber-KTP dan domisili di wilayah Jakarta Barat.
“Jadi setiap pemilik KTP, bisa mendaftar hingga tiga ekor kucing untuk disterilisasi,” katanya.
Kegiatan itu diharapkan bisa menekan populasi kucing di wilayah Jakarta Barat dan berdampak terhadap upaya menjaga Jakarta tetap bebas rabies.
“Untuk itu, pada kegiatan ini juga dilakukan vaksinasi terhadap 67 ekor, hewan penyebar rabies ” kata Novy.
Selain itu, tambahnya, pihaknya juga memfasilitasi penyuluhan serta konsultasi kesehatan HPR milik warga.
“Kami berkolaborasi dengan dokter hewan praktek. Sama-sama kita ajak untuk mengendalikan populasi kucing dan penyebaran rabies agar Jakarta tetap bebas rabies,” katanya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kasi Peternakan dan Kesehatan Hewan Sudis KPKP Jakbar, Milya Purnamasari menyebut, jumlah HPR yang divaksinasi sebanyak 67 ekor, terdiri atas 59 ekor kucing dan delapan ekor anjing.
“Sedangkan untuk yang mengakses layanan pengobatan hewan ada delapan ekor kucing,” pungkasnya.
Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

Kemenkes Ungkap 800 Ribu Lebih Anak RI ‘Zero Dose’ Imunisasi, Inikah Pemicunya?
Jakarta –
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkapkan jumlah anak yang belum mendapatkan imunisasi sama sekali atau zero-dose di Indonesia masih tinggi. Pada tahun ini, tercatat ada sekitar 836.789 anak di Indonesia yang masih zero-dose.
Angka tersebut sedikit menurun dibandingkan dengan tahun 2024 dengan 973.378 kasus, tapi jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2023 dengan 372.965 kasus.
Hal ini cukup memprihatinkan mengingat pemberian imunisasi rutin sesuai jadwal memiliki peran penting untuk pencegahan penyakit pada anak dan mengantisipasi munculnya wabah atau kejadian luar biasa (KLB).
“Saat ini kita menduduki peringkat keenam, di dunia untuk negara yang jumlah anaknya belum mendapatkan imunisasi,” ujar Direktur Imunisasi Kemenkes Prima Yosephine, ketika ditemui awak media di Jakarta Selatan, Rabu (15/10/2025).
Prima mengungkapkan ada total ada ratusan KLB yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2025 hingga pekan ke-36. Ini meliputi 66 KLB campak pasti di 52 kabupaten/kota, 198 KLB pertusis di 133 kabupaten/kota, dan 57 KLB difteri di 50 kabupaten/kita.
Ia mengatakan kelengkapan imunisasi ini harus terus dikejar. Kalau anak sudah terlanjur terkena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), maka penanganannya akan lebih berat. Terlebih, belum ditambah risiko penyebaran yang lebih luas.
“Kalau kena ya bisa menularkan kepada anak-anak lain di sekitarnya. Kalau anak-anak yang nggak diimunisasi berkumpul di satu tempat, tentu nggak terbentuk kekebalan kelompoknya. Oleh karena itu, tempat daerah itu akan sangat mungkin atau mendapat kejadian luar biasa, wabah dalam konteks kecil, tapi itu sudah wabah,” sambungnya.
Berkaitan dengan masih tingginya angka zero-dose pada anak-anak di Indonesia, Prima menyebut masih ada keraguan soal vaksinasi di tengah masyarakat. Meski edukasi terkait manfaat imunisasi terus digencarkan, ada banyak juga pemahaman yang menentang imunisasi.
Berdasarkan survei yang dilakukan UNICEF Nielsen pada tahun 2023, sebanyak 12 persen persen orang tua takut dengan efek samping sehingga enggan membawa anak imunisasi. Beberapa faktor lain yang juga memengaruhi meliputi takut disuntik lebih dari satu kali, jadwal imunisasi tidak pas, tidak ada ongkos, akses sulit, hingga merasa imunisasi tidak ada manfaatnya.
“Adanya keraguan vaccine hesitancy masyarakat. Karena mereka bingung di satu pihak mereka mendapat kabar pentingnya imunisasi, tapi di lain pihak, gencar juga orang-orang yang menyuarakan ‘hati-hati dengan imunisasi’, ‘yakin imunisasi bikin sehat?’. Kita perlu bergandengan tangan untuk bisa membuat keraguan di masyarakat ini berubah menjadi kepastian,” tandasnya.
Berikut lima wilayah dengan angka zero-dose tertinggi di Indonesia:
Jawa Tengah – 158.941 kasusJawa Timur – 79.973 kasusSumatera Utara – 66.886 kasusJawa Barat – 55.936 kasusLampung – 41.169 kasus
Halaman 2 dari 2
(avk/suc)
-

Kemenkes Ingatkan RI Dibayangi Kenaikan Influenza A, Mulai Ngegas di Asia Tenggara
Jakarta –
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengingatkan kemungkinan meningkatnya kasus influenza A, khususnya subtipe H3N2, yang kini dilaporkan mendominasi di kawasan Asia Tenggara.
Mengutip data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) FluNet, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Aji Muhawarman mengatakan kasus terbanyak paparan influenza di Indonesia juga dilaporkan berkaitan dengan varian influenza A (H3N2).
“Dari data WHO terbanyak influenza A (H3),” ujar Aji, saat dikonfirmasi detikcom, Kamis (16/10/2025).
Namun, ia belum dapat merinci wilayah mana saja di Indonesia yang mencatat jumlah kasus tertinggi.
Menurut Dicky, praktisi global health security, peneliti sekaligus pakar epidemiologi, tren kasus influenza A memang mulai dominan di beberapa negara.
“Secara regional Asia Tenggara bahkan global, tahun ini influenza A, khususnya subtipe A H3N2 dilaporkan dominan di beberapa zona dan berkontribusi besar terhadap peningkatan kasus,” beber Dicky saat dihubungi terpisah.
Ia menjelaskan WHO memang mencatat peningkatan aktivitas influenza A H3N2 di beberapa wilayah Asia Selatan termasuk Asia Tenggara. Salah satu lonjakan terbesar terjadi di Thailand, dengan 61 kematian dari 702.308 kasus sejak 1 Januari hingga 8 Oktober 2025.
“Ini menunjukkan gelombang nyata di kawasan ASEAN,” tambahnya.
Rawat Inap Lebih Lama dan Risiko Komplikasi
Dicky menyebut, sejumlah studi klinis menunjukkan influenza A menjadi penyebab dominan pasien dewasa dirawat karena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dengan rata-rata lama rawat inap 9 hingga 10 hari, lebih panjang dibandingkan paparan virus lain.
“Ini mendukung pengamatan bahwa pada gelombang tertentu, flu A bisa menimbulkan beban rumah sakit yang besar, jadi harus waspada,” jelasnya.
Meski begitu, Dicky menekankan distribusi subtipe flu relatif berbeda di setiap waktu.
“Dominasi flu A H3N2 bersifat spasial dan temporal, tidak otomatis semua negara memiliki pola yang sama,” katanya.
Karena itu, data lokal dan sistem sentinel perlu terus dimonitor untuk memastikan pola penularan di Indonesia. Ia menambahkan, mayoritas kasus flu akan sembuh dalam 1 hingga 2 minggu, tetapi pasien dengan influenza A cenderung mengalami demam lebih lama, batuk berkepanjangan, dan komplikasi seperti pneumonia sekunder yang membuat masa rawat inap lebih panjang.
Dicky menuturkan, anak kecil dan lansia merupakan kelompok paling rentan terhadap infeksi berat akibat influenza A. Selain karena imunitas tubuh yang rendah, faktor lain seperti varian baru, ketidaksesuaian vaksin, atau infeksi ganda dengan COVID-19 juga dapat memperparah kondisi pasien.
“Flu A menyebabkan lebih banyak rawat inap dengan durasi lebih lama karena komplikasi pneumonia sekunder, eksaserbasi asma, atau efek batuk berkepanjangan,” paparnya.
Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, musim influenza tahun ini bahkan disebut memiliki beban rumah sakit yang tinggi dengan potensi kematian lebih besar dibandingkan musim flu sebelumnya.
Menghadapi tren ini, Dicky mengingatkan pentingnya langkah pencegahan sederhana, mulai dari vaksinasi flu musiman hingga menjaga kebersihan diri.
“Kelompok berisiko tinggi harus divaksinasi flu. Gejala berat yang perlu diwaspadai antara lain demam tinggi dan sesak napas,” ujarnya.
Ia juga menekankan vaksinasi flu musiman, mencuci tangan, isolasi saat sakit, serta memakai masker di tempat padat tetap menjadi langkah efektif untuk menekan penularan.
“Untuk masyarakat, bila mengalami demam, batuk, pilek, sebaiknya istirahat di rumah, minum air hangat, dan konsumsi obat pereda demam sesuai anjuran. Jangan berangkat sekolah atau kerja dulu satu-dua hari,” imbaunya.
Dicky juga menyarankan vaksinasi flu bagi ibu hamil, anak di bawah 5 tahun, lansia di atas 50 tahun, orang dengan penyakit kronis, serta mereka yang sering bepergian.
Meskipun mayoritas kasus influenza A dapat sembuh tanpa komplikasi, gelombang besar seperti yang terjadi di Thailand menjadi peringatan bagi Indonesia untuk memperkuat sistem surveilans dan kesiapsiagaan fasilitas kesehatan.
“Dalam menghadapi lonjakan kekhawatiran ini, penting untuk memastikan data lokal diperbarui secara rutin dan fasilitas kesehatan siap menghadapi potensi peningkatan pasien influenza A,” kata Dicky.
-

Dua Sapi Mati Mendadak di Pacitan, DKPP Periksa Dugaan PMK dan Anthrax
Pacitan (beritajatim.com) – Kasus kematian mendadak hewan ternak kembali membuat resah para peternak di Kabupaten Pacitan. Dua ekor sapi dilaporkan mati tanpa menunjukkan gejala sebelumnya. Masing-masing sapi tersebut milik warga Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Pacitan, dan Kecamatan Donorojo.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Pacitan, Sugeng Santoso, membenarkan adanya laporan tersebut. Ia mengatakan, tim medis dan paramedis veteriner telah diterjunkan ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan dan langkah pencegahan.
“Memang ada dua kasus kematian sapi. Tapi hasil laboratorium belum keluar, jadi belum bisa dipastikan apakah karena anthrax atau **PMK (Penyakit Mulut dan Kuku),” jelas Sugeng, Kamis (16/10/2025).
Dari hasil penelusuran sementara, sapi yang mati diketahui merupakan hewan baru yang dibeli dari luar daerah. Karena itu, DKPP segera berkoordinasi dengan Balai Besar Veteriner (BBVET) Wates untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap sampel jaringan dan tanah di sekitar lokasi kejadian.
“Petugas kesehatan hewan sudah melakukan langkah antisipasi di wilayah yang ditemukan kematian ternak, untuk mencegah penularan ke ternak lain,” tambahnya.
Hingga saat ini, belum ada laporan tambahan terkait kematian ternak di Pacitan. Meski begitu, DKPP tetap meningkatkan kewaspadaan dan mempercepat program vaksinasi PMK dan anthrax dengan memanfaatkan alokasi vaksin dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Sugeng mengingatkan, penyakit pada hewan ternak sering kali sulit terdeteksi sejak dini. “Kadang secara fisik tampak sehat, tapi belum tentu betul-betul sehat,” ujarnya.
Ia berharap para peternak lebih waspada dan segera melapor ke petugas kesehatan hewan jika menemukan tanda-tanda penyakit pada ternaknya. (tri/kun)
-

Jaga Kondisi! Kemenkes Sebut Flu-COVID dan Sejenisnya Ngegas Lagi Belakangan Ini
Jakarta –
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut telah terjadi peningkatan tren kasus penyakit influenza atau sejenisnya (ILI, ISPA, COVID) di Indonesia dalam beberapa minggu terakhir. Data diperoleh dari laporan oleh fasyankes ke SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons).
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Aji Muhawarman mengatakan hal serupa juga terjadi di negara-negara tetangga dan disebabkan oleh varian virus tertentu.
“Kasus juga terjadi di beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand yang disebabkan didominasi virus influenza tipe A,” kata Aji dalam keterangannya saat dihubungi detikcom, Kamis (16/10/2025).
“Di negara-negara tropis, termasuk Indonesia, virus influenza bersirkulasi sepanjang tahun. Namun aktivitasnya meningkat pada masa/waktu tertentu. Saat ini mulai adanya peralihan ke musim hujan dan kualitas udara yang buruk di beberapa kota di Indonesia,” sambungnya.
Aji menambahkan, meningkatnya kasus influenza atau ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) di musim hujan atau dingin memang normal terjadi. Ini karena pada saat itu suhu udara lebih rendah dan kelembapan tinggi sehingga membuat virus mudah bertahan, mereplikasi, dan menyebar luas.
Upaya Kemenkes Mengantisipasi Lonjakan
Kemenkes terus berupaya untuk menekan lonjakan kasus penyakit influenza atau sejenisnya. Pertama dengan Pengamatan kasus influenza melalui SKDR, dan surveilans sentinel ILI/SARI.
Tak berhenti di sini, Kemenkes juga akan melakukan komunikasi risiko kepada masyarakat melalui berbagai platform media.
“Terapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), konsumsi makanan bergizi, istirahat cukup, rutin aktivitas fisik, jaga kebersihan diri dan lingkungan,” kata Aji.
“Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun (CTPS) atau hand sanitizer. Gunakan masker bagi masyarakat yang sakit atau jika di keramaian dan terapkan etika batuk/bersin,” lanjutnya.
Apabila diperlukan dapat melakukan vaksinasi influenza setahun sekali, khususnya bagi pelaku perjalanan dan masyarakat kelompok berisiko tinggi seperti tenaga kesehatan, lansia, ibu hamil, dan individu dengan penyakit kronis.
Kemenkes menekankan jika gejala terus memberat, segera dapatkan bantuan dokter atau ke fasyankes terdekat untuk meminimalisir risiko kondisi yang lebih serius.
Halaman 2 dari 2
(dpy/up)
Cuaca Terik Menyengat
10 Konten
Cuaca terik menyengat diprediksi akan berlangsung hingga akhir Oktober 2025. Menurunnya daya tahan tubuh membuat keluhan flu dan batuk meningkat.
Konten Selanjutnya
Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya
-

Ribuan Siswa Terinfeksi Influenza, Malaysia Liburkan Sekolah-sekolah
Kuala Lumpur –
Sekitar 6.000 siswa sekolah di berbagai wilayah Malaysia telah terinfeksi influenza beberapa waktu terakhir. Otoritas Kuala Lumpur pun memutuskan untuk meliburkan sejumlah sekolah demi keselamatan anak-anak dan para staf.
“Kita sudah memiliki pengalaman luas dalam menangani penyakit menular dari pandemi COVID-19,” kata Direktur Jenderal Kementerian Pendidikan Malaysia, Mohd Azam Ahmad, dalam pernyataan video yang diunggah media lokal Malaysia dan dilansir Channel News Asia, Rabu (15/10/2025).
“Kita telah mengingatkan sekolah-sekolah untuk mematuhi pedoman ini, mendorong penggunaan masker wajah dan mengurangi aktivitas dalam kelompok besar di antara siswa,” ucap Mohd Azam dalam pernyataan yang dirilis pada Senin (13/10) waktu setempat.
Dia tidak menjelaskan lebih lanjut soal jumlah sekolah yang diliburkan imbas mewabahnya influenza di kalangan siswa. Namun disebutkan bahwa infeksi sejauh ini terdeteksi di beberapa wilayah di berbagai wilayah Malaysia.
Pekan lalu, Kementerian Kesehatan Malaysia melaporkan sekitar 97 klaster influenza di seluruh wilayah negara tersebut. Angka tersebut naik drastis dari 14 klaster influenza pada minggu sebelumnya.
Sebagian besar klaster influenza tersebut dilaporkan di sekolah-sekolah dan taman kanak-kanak.
Laporan media lokal Malaysia, The Star, menyebut bahwa wilayah Selangor saat ini memiliki jumlah klaster influenza tertinggi dengan 43 klaster, diikuti oleh Kuala Lumpur dan Putrajaya dengan 15 klaster, Penang dengan 10 klaster, Johor dengan 9 klaster, dan Kedah dengan 5 klaster.
Menanggapi situasi tersebut, Menteri Kesehatan Malaysia, Dzulkefly Ahmad, mengatakan kementeriannya akan berdiskusi dengan Kementerian Pendidikan mengenai tindakan lebih lanjut untuk menangkal penyebaran virus di sekolah-sekolah.
Dia juga berusaha meyakinkan publik bahwa situasi tetap terkendali meskipun terdapat sejumlah wabah yang mengkhawatirkan.
Sementara itu, pakar kesehatan masyarakat Sharifa Ezat Wan Puteh mengatakan bahwa perhatian khusus harus diberikan kepada anak-anak karena sebagian besar kasus influenza terdeteksi di sekolah.
“Anak-anak juga dianjurkan untuk mendapatkan vaksin flu. Vaksinasi tahunan diperlukan karena virus influenza berubah seiring waktu, dan vaksin diperbarui setiap tahun. Vaksin cocok untuk individu berusia enam bulan ke atas,” kata Sharifa kepada The Star.
Halaman 2 dari 2
(nvc/nvc)
-

Polisi Pakistan Tewas Ditembak saat Kawal Petugas Vaksinasi Polio
Jakarta –
Seorang petugas kepolisian Pakistan tewas ditembak orang-orang bersenjata saat menjaga petugas vaksinasi polio. Pakistan saat ini melakukan kampanye nasional vaksinasi polio di tengah peningkatan kasus.
“Dua pria tak dikenal dengan sepeda motor melepaskan tembakan dan menewaskan petugas polisi yang ditugaskan untuk melindungi tim polio,” kata seorang petugas polisi yang ditempatkan di Swat, Naseer Khan, tempat serangan itu terjadi, seperti dilansir AFP, Selasa (14/10/2025),
“Tim polio sepenuhnya aman,” tambah Khan.
Pakistan adalah salah satu dari dua negara, bersama Afghanistan, di mana polio masih endemik. Akan tetapi militan telah membunuh ratusan petugas polisi dan petugas kesehatan selama dekade terakhir sebagai bagian dari kampanye melawan negara Pakistan.
Taliban Pakistan adalah militan paling aktif, tetapi belum ada kelompok yang mengklaim serangan tersebut.
Sejauh ini tahun ini, tercatat 29 kasus polio. Khyber Pakhtunkhwa menyumbang 18 kasus, tertinggi di negara tersebut.
Polio, virus yang sangat menular yang terutama menyerang anak-anak balita, dapat mengakibatkan kelumpuhan seumur hidup tetapi mudah dicegah dengan pemberian beberapa tetes vaksin secara oral.
Serangan itu terjadi sebulan setelah pemerintah meluncurkan program HPV untuk melindungi anak perempuan Pakistan dari kanker serviks, yang dirusak oleh informasi yang salah.
(lir/lir)
-

Jepang Ketar-ketir Dihantui Wabah Flu, Lebih dari 4 Ribu Dirawat-RS Sampai Kewalahan
Jakarta –
Jepang tengah menghadapi krisis kesehatan yang mengkhawatirkan setelah kasus influenza melonjak jauh lebih cepat dari perkiraan. Pemerintah secara resmi telah menyatakan epidemi flu nasional, menyusul peningkatan tajam kasus rawat inap dan penutupan sekolah yang menekan sistem kesehatan masyarakat.
Menurut laporan media Jepang, Kementerian Kesehatan Jepang mengonfirmasi bahwa rata-rata nasional telah melampaui ambang batas epidemi, yakni 1,04 pasien per fasilitas medis, angka yang belum pernah tercatat sedini ini dalam satu musim. Para ahli memperingatkan bahwa virus flu mungkin berkembang lebih cepat, menimbulkan tantangan baru bagi otoritas kesehatan.
Biasanya musim flu di Jepang memuncak pada akhir November atau Desember, namun tahun ini wabah muncul sekitar lima minggu lebih awal. Laporan menyebutkan rumah sakit kini penuh dan banyak sekolah di berbagai prefektur terpaksa ditutup untuk menekan penularan.
Hingga 3 Oktober, lebih dari 4.000 orang telah dirawat di rumah sakit, meningkat empat kali lipat dibanding minggu sebelumnya. Setidaknya 135 sekolah dan pusat penitipan anak ditutup sementara, terutama di Tokyo, Okinawa, dan Kagoshima.
Salah satu kasus terjadi di Prefektur Yamagata, 22 dari 36 siswa di sebuah sekolah dasar mengalami gejala flu, sehingga sekolah harus ditutup sementara, mencerminkan cepatnya penyebaran infeksi di kalangan anak-anak.
Pakar kesehatan menduga lonjakan cepat ini menandakan pergeseran perilaku virus flu.
“Musim flu tahun ini datang jauh lebih awal, dan dalam kondisi global yang terus berubah, pola seperti ini bisa menjadi hal yang umum di masa depan,” kata Profesor Yoko Tsukamoto dari Health Sciences University of Hokkaido.
Ia menambahkan, mobilitas penduduk dan perjalanan internasional dapat mempercepat kemampuan virus beradaptasi.
“Masyarakat perlu mengambil langkah pencegahan sederhana seperti vaksinasi, mencuci tangan, dan menghindari penularan,” ujarnya.
Menurutnya, pola ini juga terlihat di berbagai negara lain, yang menunjukkan bahwa beberapa strain influenza mungkin telah berevolusi menjadi lebih mudah menular atau lebih tahan terhadap pengobatan standar.
Rumah Sakit Kewalahan
Lonjakan pasien membuat rumah sakit di Jepang kembali menghadapi antrean panjang dan kekurangan tenaga medis, mengingatkan pada situasi pandemi COVID. Otoritas kesehatan meminta masyarakat tidak datang ke rumah sakit tanpa gejala berat dan segera mencari nasihat medis jika muncul tanda-tanda flu.
Pemerintah juga mendorong vaksinasi dini, khususnya bagi lansia, anak-anak, serta individu dengan penyakit kronis.
“Bagi sebagian besar orang sehat, flu mungkin hanya terasa tidak nyaman, tetapi bagi kelompok rentan, vaksinasi dini sangat penting.” imbuh Profesor Yoko Tsukamoto.
Halaman 2 dari 2
(suc/suc)
