Event: vaksinasi

  • Kasus ISPA Merebak, Dokter: Jangan Dianggap Remeh

    Kasus ISPA Merebak, Dokter: Jangan Dianggap Remeh

    Yogyakarta, Beritasatu.com – Kasus infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) kembali marak belakangan ini. Tak hanya di Jakarta, tetapi juga daerah lainnya termasuk Yogyakarta. Menanggapi kondisi ini, dr Farindira Vesti Rahmasari mengingatkan peningkatan kasus ISPA saat ini harus menjadi perhatian serius terutama untuk anak balita, individu pemilik komorbid, dan orang lanjut usia (lansia).

    Berdasarkan data nasional, prevalensi ISPA pada anak balita mencapai 34,2%, meningkat dibandingkan data pada survei sebelumnya.

    “Anak-anak balita dan lansia merupakan kelompok yang paling rentan terhadap ISPA. Penyakit ini bahkan menjadi salah satu penyebab utama kematian pada anak balita,” kata dr Farindira saat ditemui Rabu (29/10/2025).

    “Kalau kita lihat dari data Dinas Kesehatan Yogyakarta,  khususnya di Kabupaten Bantul, kasus ISPA naik hingga dua kali lipat dibandingkan 2024,” tambahnya.

    Dokter Farindira menilai kenaikan kasus ISPA ini, selain karena cuaca yang tidak menentu  dan polusi udara juga dikarenakan meningkatnya aktivitas masyarakat pascapandemi. Ia menekankan, jika tidak segera ditangani, ISPA bisa berkembang menjadi komplikasi berat seperti bronkitis, pneumonia, hingga gagal napas.

    “Infeksi yang awalnya hanya di saluran pernapasan atas bisa berkembang menjadi radang paru, dan dalam kondisi berat dapat menyebar ke organ lain hingga menyebabkan sepsis. Kondisi ini berbahaya karena bisa menyebabkan penurunan kesadaran bahkan kematian,” tegasnya.

    Sebagai langkah pencegahan Farindira mengimbau masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama setelah bepergian atau saat batuk dan bersin, menutup mulut dan hidung menggunakan tisu atau siku bagian dalam jika sedang batuk atau bersin, menutup mulut dan hidung menggunakan tisu atau siku bagian dalam.

    “Pakai masker saat berada di tempat yang ramai atau ketika ada orang sakit. Jangan lupa vaksinasi, seperti vaksin influenza dan pneumonia karena ini membantu menurunkan risiko infeksi saluran pernapasan berat. ISPA bukan penyakit sepele,” tutup dr Farindira.

  • Khofifah optimistis integrated farming Pasuruan dongkrak produksi susu

    Khofifah optimistis integrated farming Pasuruan dongkrak produksi susu

    Produksi susu dari Jatim bukan hanya mampu memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga memasok Industri Pengolah Susu (IPS) di provinsi lain.

    Surabaya (ANTARA) – Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa optimistis penerapan sistem integrated farming di Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP) Setia Kawan Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan, mampu meningkatkan produksi susu nasional dan mengurangi impor.

    “Di KPSP ini, setelah menerapkan integrated farming dan replacement dengan bibit sapi perah yang memiliki genetik unggul, saat ini sapi perah yang sebelumnya produksi mulai dari 12-15 liter menjadi 20-25 liter per hari. Dengan harapan kita akan bisa mengurangi impor susu, di mana saat ini kebutuhan susu di Indonesia 65 persen masih impor,” ujarnya dalam keterangan diterima di Surabaya, Rabu.

    Dia meyakini produksi susu dari Jatim bukan hanya mampu memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga memasok Industri Pengolah Susu (IPS) di provinsi lain, seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DKI Jakarta.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2025, saat ini Jatim mampu memproduksi susu segar sebanyak 468.712 ton per tahun atau berkontribusi 58 persen terhadap produksi susu nasional sebesar 808.352 ton.

    Khofifah mencontohkan Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu daerah yang memiliki kebutuhan susu segar tinggi untuk IPS dan masih bergantung dari Jatim.

    “Belum lagi market dari MBG (Makan Bergizi Gratis),” katanya pula.

    Khofifah juga memberikan masukan bagaimana jika konsumsi susu untuk anak-anak dalam program MBG adalah susu pasteurisasi tanpa kemasan pabrikan, tetapi disediakan kemasan besar (galon dari kaca atau stainless steel) kemudian diminum dengan gelas, sehingga mengurangi limbah kemasan dan anak-anak minum susu sesuai kebutuhan.

    “Selain itu lebih mendekatkan akses terhadap sentra-sentra produksi susu. Ini artinya market susu segar sangat besar,” ujar Khofifah menambahkan.

    Selain pasar domestik, Khofifah menyebut potensi ekspor juga terbuka, khususnya ke Eropa berupa keju dari susu organik. KPSP Setia Kawan Nongkojajar telah menerapkan pemeliharaan sapi perah dengan sistem organik pada beberapa kelompok ternak.

    “Mereka juga sudah mengembangkan pakan organik yang telah diasesmen oleh Badan Standardisasi Pangan Organik. Jadi kalau kita memasarkan susu dengan pakan sapi organik saya rasa pasar Eropa akan melirik ke sini. Ini menjadi peluang untuk meningkatkan daya saing dan peternak naik kelas,” katanya lagi.

    Khofifah menegaskan seluruh sapi perah di KPSP Setia Kawan dalam kondisi sehat dan bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

    Pemerintah Provinsi Jatim terus melakukan vaksinasi dan pemberian vitamin secara berkala kepada ternak.

    “Ketika ada titik temuan PMK, maka saya minta agar pasar hewannya ditutup sementara sampai semuanya clear untuk dilakukan vaksinasi dan vitamin baik sapi perah maupun sapi potong,” ujarnya.

    Melihat seluruh potensi tersebut, Khofifah optimistis KPSP Setia Kawan Nongkojajar dapat menjadi rujukan nasional bagi peternak sapi perah.

    “Saya rasa banyak hal yang dunia peternakan ini bisa belajar ke Setia Kawan Nongkojajar. Dan saya rasa marketnya akan luar biasa karena semua marketnya ingin produksi makanan dan minuman yang sehat dan antara lain dari bahan baku yang berkualitas,” katanya pula.

    Pewarta: Willi Irawan
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Investasi Kesehatan Seumur Hidup, Ini Waktu Terbaik untuk Vaksin HPV

    Investasi Kesehatan Seumur Hidup, Ini Waktu Terbaik untuk Vaksin HPV

    Jakarta

    Investasi tidak selalu tentang uang, emas, atau saham. Ada jenis investasi lainnya yang tidak kalah penting, yaitu investasi kesehatan seumur hidup. Selain dapat meningkatkan kualitas hidup, investasi kesehatan juga mengurangi risiko penyakit sehingga dapat menjalankan rutinitas sehari-hari dengan maksimal.

    Salah satu jenis investasi kesehatan seumur hidup yang bisa dilakukan perempuan adalah melalui vaksinasi Human papillomavirus (HPV). Vaksinasi ini bertujuan untuk mencegah penyakit seperti kanker serviks. Sebagai informasi, kanker serviks menjadi salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Lantas, mengapa vaksin HPV penting? Dan kapan waktu terbaik untuk mendapatkan vaksin HPV?

    Apa Itu Virus HPV?

    Foto: Dok. Istimewa

    HPV adalah virus yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker leher rahim (kanker serviks), kanker anogenital, serta kutil anogenital. Virus HPV memiliki 200 tipe yang beredar di dunia. Tipe HPV risiko tinggi sering menyebabkan kanker, sementara tipe HPV risiko rendah sering menyebabkan kutil anogenital.

    Kanker yang disebabkan oleh HPV menjadi ancaman serius bagi populasi di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Menurut laporan WHO, diperkirakan ada 660 ribu perempuan terdiagnosis kanker serviks di seluruh dunia pada 2022.

    Laporan WHO juga menyebutkan bahwa di Indonesia, kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua pada perempuan Indonesia dengan 36 ribu kasus baru dan 21 ribu kematian setiap tahunnya. Jumlah perempuan yang akan terdampak kanker leher rahim akan terus meningkat.

    Sementara itu dilansir dari Mayo Clinic, kanker serviks adalah jenis kanker yang terjadi pada sel-sel leher rahim, yaitu bagian bawah rahim yang terhubung ke vagina. Berbagai jenis HPV dan infeksi menular seksual berperan dalam menyebabkan sebagian besar kanker serviks.

    Pada umumnya, kanker serviks berkembang perlahan dan baru menunjukkan gejala ketika memasuki stadium lanjut. Untuk itu, mendeteksi kanker serviks sejak dini menjadi hal penting yang perlu dilakukan.

    Mengapa Vaksin HPV Penting?

    Foto: Dok. Istimewa

    Vaksin HPV menjadi penting dalam mencegah infeksi HPV penyebab kanker dan penyakit terkait HPV lainnya, baik pada pria maupun perempuan. Sebab jika tidak ditangani, bisa berakibat fatal hingga menyebabkan kematian.

    Data WHO mencatat lebih dari 95 persen kasus kanker serviks di Indonesia disebabkan oleh infeksi HPV risiko tinggi. Ketua Umum POGI Prof. Dr. dr. Yudi Mulyana Hidayat, Sp.OG, Subsp. Onk pun menjelaskan di Indonesia, tipe HPV risiko tinggi yang paling umum ditemukan adalah tipe 52, 16, 18, dan 58, yang sebagian besar ditularkan melalui aktivitas seksual.

    “Kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV, dan jika tidak ditangani, dapat berakibat fatal hingga menyebabkan kematian. Kabar baiknya, infeksi HPV dapat dicegah melalui vaksinasi HPV. Oleh karena itu, sangat dianjurkan seseorang melakukan vaksinasi HPV sebelum aktif secara seksual, seperti pada fase pranikah,” ungkap Prof Yudi dalam keterangannya, Rabu (29/10/2025).

    Senada, Dr. dr. Fitriyadi Kusuma, Sp.OG, Subsp.Onk mengatakan vaksinasi sebelum aktivitas seksual juga dapat mencegah hingga 90 persen kanker terkait HPV. Di sisi lain, bagi perempuan yang sudah aktif secara seksual, vaksin HPV dapat membantu dalam mengurangi risiko dan memberikan perlindungan dari kanker serviks.

    Ia juga menjelaskan vaksinasi HPV pada masa pascapersalinan bisa menjadi bagian integral dari kunjungan nifas.

    “Vaksinasi HPV dapat diberikan untuk ibu menyusui dan dapat diberikan bersamaan dengan layanan skrining serviks. Kami menyusun panduan ini agar dokter, bidan, dan tenaga kesehatan memiliki acuan praktis dan konsisten dalam memberikan edukasi dan layanan vaksinasi HPV, khususnya bagi kelompok wanita dewasa yang belum tercakup,” jelasnya..

    Berdasarkan alasan tersebut, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) resmi mengeluarkan rekomendasi klinis terbaru untuk vaksinasi. Rekomendasi sini menargetkan dua kelompok kunci, yaitu perempuan pra-nikah dan perempuan pascapersalinan.

    Rekomendasi ini juga mendapat dukungan dari PT Merck Sharp & Dohme Indonesia (MSD Indonesia), yang konsisten mendorong edukasi dan perluasan akses vaksinasi HPV di Indonesia.

    Kapan Vaksin HPV Sebaiknya Dilakukan?

    Foto: Istimewa

    Vaksinasi HPV diharapkan mampu menekan angka kematian akibat kanker serviks dan mempercepat tercapainya target eliminasi secara nasional dan global. Namun, perlu dipahami, vaksinasi HPV hanya dapat mencegah infeksi HPV baru, tetapi tidak mengobati infeksi atau penyakit HPV yang sudah ada. Oleh karena itu, vaksinasi HPV sebaiknya dilakukan sedini mungkin.

    Adapun vaksinasi HPV bisa diberikan pada anak perempuan mulai 9 tahun. Hal ini sesuai dengan rekomendasi IDAI 2023 dan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2020, yaitu diberikan pada anak perempuan usia 9-14 tahun atau sebelum aktif secara seksual. Sementara untuk dewasa, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) telah mengeluarkan jadwal imunisasi dewasa, yaitu vaksinasi HPV bisa diberikan mulai usia 19 tahun.

    Pentingnya Revaksinasi HPV dengan Vaksin yang Tepat

    Pada tahun 2023, terdapat enam vaksin HPV yang tersedia secara global, dan tiga vaksin HPV yang tersedia di Indonesia. Dikutip dari WHO, semuanya melindungi terhadap tipe HPV risiko tinggi yang menyebabkan sebagian besar kanker leher rahim dan anogenital, yaitu tipe 16 dan 18. Vaksin ini pun telah terbukti aman dan efektif dalam mencegah infeksi HPV, kanker leher rahim dan anogenital.

    Namun, terdapat tipe HPV risiko tinggi selain tipe 16 dan 18, yaitu tipe 52 dan 58 yang masih mendominasi. Teknologi vaksin terbaru memungkinkan adanya pilihan vaksin yang melindungi lebih banyak virus, termasuk HPV tipe 52 dan HPV tipe 58.

    Oleh karena itu, PAPDI mendorong masyarakat untuk aktif melakukan vaksinasi HPV dan revaksinasi HPV demi perlindungan yang lebih lengkap dan menyeluruh.

    Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Anshari Saifuddin Hasibuan, Sp.PD, K-AI mengungkapkan saat ini, sudah tersedia pilihan vaksin HPV yang memiliki cakupan proteksi yang lebih luas hingga sembilan tipe HPV. Vaksin ini memungkinkan perlindungan lebih komprehensif terhadap subtipe yang paling umum menjadi penyebab kanker leher rahim.

    “Yang perlu diwaspadai, tipe HPV yang dominan di Indonesia seperti HPV 52 dan 58 ternyata tidak tercakup dalam vaksin HPV generasi lama. Oleh karena itu, masyarakat dapat melakukan revaksinasi HPV yaitu dengan vaksinasi HPV terbaru yang dapat melindungi dari 9 tipe virus, termasuk tipe 52 dan 58 yang paling sering ditemukan di Indonesia. Masyarakat bisa memulai dengan berdiskusi dengan tenaga kesehatan untuk mendapat info yang lebih mendalam dan menyeluruh dalam kaitannya dengan vaksinasi ini,” tuturnya.

    Senada, Ketua Satgas Imunisasi PP PAPDI, Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, FINASIM mendorong masyarakat yang sudah divaksin dengan vaksin HPV generasi sebelumnya, untuk melakukan revaksinasi HPV generasi baru.

    “Kami mendorong masyarakat mengambil langkah untuk mencegah infeksi HPV dengan vaksinasi HPV sesuai rekomendasi PAPDI. Bagi yang sudah divaksin dengan generasi sebelumnya, revaksinasi HPV dengan vaksin HPV generasi baru dapat dipertimbangkan. Bagi yang belum divaksinasi, bisa mempertimbangkan vaksinasi generasi baru agar mendapat perlindungan yang lebih luas. Vaksinasi HPV terbaru akan memberikan perlindungan yang lebih optimal terhadap beberapa jenis HPV penyebab kanker leher rahim seperti HPV tipe 52 dan HPV tipe 58,” ucapnya.

    Itulah penjelasan tentang pentingnya vaksin HPV penting sebagai investasi kesehatan seumur hidup bagi perempuan. Bagi Anda yang belum menerima vaksinasi HPV atau memiliki riwayat medis tertentu, segera konsultasi dengan tenaga kesehatan demi mendapatkan informasi dan rekomendasi yang sesuai.

    (akd/ega)

  • Flu Kucing Bisa Dicegah, Ini Gejala dan Perawatannya

    Flu Kucing Bisa Dicegah, Ini Gejala dan Perawatannya

    Jakarta, Beritasatu.com – Kucing bisa terkena flu, yang biasanya dikenal dengan istilah cat flu. Penyakit ini cukup umum terjadi pada kucing dari segala usia, terutama pada anak kucing atau kucing yang belum divaksin. 

    Cat flu dapat disebabkan oleh berbagai virus dan bakteri. Beberapa penyebab paling umum antara lain Feline herpesvirus (FHV-1), Feline calicivirus (FCV), Bordetella bronchiseptica, Chlamydia felis, dan jarang terjadi, Influenza A.

    Gejala cat flu bisa ringan hingga berat, tergantung pada usia kucing, kondisi imun, dan status vaksinasi. Kucing yang terinfeksi biasanya mengalami bersin-bersin, hidung dan mata berair, demam, lesu, dan nafsu makan berkurang. Beberapa kucing juga mengalami batuk dan kesulitan bernapas.

    “Cat flu sangat menular antarkucing, terutama yang tinggal di lingkungan yang sama atau di penampungan. Penularan ke manusia atau anjing jarang terjadi. Virus atau bakteri penyebab flu kucing dapat menyebar melalui kontak langsung antarkucing, droplet pernapasan dari bersin atau batuk, serta permukaan yang terkontaminasi,” tulis Pet MD, Senin (27/10/2025). 

    Untuk mendiagnosis cat flu, dokter hewan biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik lengkap, mengambil swab hidung atau mata untuk PCR atau kultur virus/bakteri, melakukan tes darah untuk menilai kondisi kesehatan umum, dan bila diperlukan, melakukan X-ray pada dada untuk mendeteksi komplikasi seperti pneumonia.

    Perawatan cat flu tergantung pada tingkat keparahan gejala. Jika gejalanya ringan, perawatan dapat dilakukan di rumah dengan memberikan istirahat cukup, penggunaan humidifier, dan memastikan kucing tetap terhidrasi. Untuk kasus sedang hingga berat, dokter hewan mungkin memberikan antibiotik untuk mengatasi infeksi sekunder, antivirus atau lysine untuk mendukung penanganan FHV-1, obat mata untuk infeksi bakteri, nebulizer untuk membantu pernapasan, serta saline drops untuk hidung tersumbat. 

    “Kasus berat bahkan mungkin memerlukan rawat inap dengan pemberian oksigen, nutrisi, dan cairan intravena,” tulis Pet MD.

    Pencegahan cat flu dapat dilakukan dengan vaksinasi, terutama vaksin FVRCP, yang sangat membantu mencegah infeksi atau setidaknya mengurangi keparahan gejala jika kucing terinfeksi. Dengan vaksinasi dan perawatan yang tepat, risiko komplikasi dapat diminimalkan, dan kucing dapat tetap sehat serta aktif.

  • Daftar Negara yang Paling Sehat di Dunia, Ada Negara Tetangga RI

    Daftar Negara yang Paling Sehat di Dunia, Ada Negara Tetangga RI

    Jakarta

    Ada banyak parameter yang bisa digunakan untuk menilai peringkat suatu negara, mulai dari Produk Domestik Bruto (PDB), biaya hidup, upah minimum, infrastruktur, hingga kualitas pendidikan. Namun, salah satu faktor paling penting adalah kesehatan.

    Meskipun gaya hidup sehat merupakan tanggung jawab pribadi, banyak negara yang terus berupaya menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan dan kesehatan masyarakat secara menyeluruh.

    Menurut Bloomberg Global Health Index, beberapa faktor yang digunakan untuk menilai kesehatan suatu negara meliputi:

    Risiko kesehatan (seperti penggunaan tembakau, tekanan darah tinggi, dan obesitas)

    Ketersediaan air bersihRata-rata harapan hidupTingkat malnutrisiPenyebab kematian utama

    Dikutip dari Economy Middle East, berikut daftar negara yang termasuk paling sehat di dunia.

    1. Spanyol (Skor: 92,75/100)

    Spanyol menempati peringkat pertama sebagai negara paling sehat di dunia berdasarkan Bloomberg Global Health Index. Pola makan Mediterania, yang menekankan konsumsi makanan segar, mentah, dan minyak zaitun, memberikan dampak positif bagi kesehatan.

    Dikombinasikan dengan layanan kesehatan berkualitas tinggi dan tingkat perokok yang rendah, hal ini menjadikan Spanyol sebagai contoh sukses dalam menciptakan masyarakat sehat.

    Negara ini memiliki angka kematian akibat penyakit yang bisa dicegah tergolong rendah dan telah menerapkan berbagai inisiatif untuk meminimalkan faktor risiko. Tingkat skrining kanker dan vaksinasi di Spanyol umumnya di atas rata-rata Uni Eropa.

    Rendahnya angka rawat inap akibat gagal jantung dan diabetes mencerminkan sistem perawatan primer dan layanan kesehatan terpadu yang berfungsi baik. Spanyol juga mencatat harapan hidup tertinggi di Uni Eropa, yakni 83,2 tahun pada 2022. Meski sempat turun tajam antara 2019-2020 akibat pandemi COVID-19, angka tersebut kembali meningkat dalam beberapa tahun berikutnya.

    2. Italia (Skor: 91,59/100)

    Italia berada tak jauh di belakang Spanyol. Sama seperti tetangganya, pola makan khas Mediterania dengan bahan segar dan lokal berperan penting dalam menjaga kesehatan warganya. Didukung sistem kesehatan yang kuat serta fokus pada pencegahan penyakit, Italia terus menunjukkan performa baik di sektor kesehatan publik.

    Tingkat kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dan diobati di Italia tercatat lebih rendah dari rata-rata Uni Eropa dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menunjukkan rendahnya prevalensi faktor risiko serta efektivitas sistem kesehatan dalam menangani penyakit serius.

    Meski akses terhadap layanan kesehatan umumnya baik, pandemi COVID-19 sempat menimbulkan gangguan besar. Sekitar 23 persen penduduk Italia melaporkan tertunda mendapat layanan kesehatan selama 12 bulan pertama pandemi, sedikit lebih tinggi dibanding rata-rata Uni Eropa yang sebesar 21 persen.

    3. Islandia (Skor: 91,44/100)

    Islandia termasuk salah satu negara paling sehat di kawasan Nordik. Warga Islandia menjalani gaya hidup sehat di tengah keindahan alam yang luar biasa, dengan kebiasaan aktif di luar ruangan serta pemanfaatan sumber daya panas bumi untuk energi berkelanjutan.

    Angka kematian akibat penyakit yang dapat dicegah di Islandia tergolong rendah dibandingkan sebagian besar negara Uni Eropa. Kasus kematian akibat alkohol, kecelakaan fatal, dan kanker paru juga jauh lebih sedikit.

    Selain itu, Islandia memiliki salah satu tingkat kematian terendah untuk penyakit yang dapat diobati, menandakan bahwa sistem kesehatannya sangat efektif dalam menyelamatkan pasien dari kondisi yang berpotensi mematikan.

    4. Jepang (Skor: 91,38/100)

    Jepang dikenal sebagai negara dengan harapan hidup tertinggi di dunia. Budaya yang menekankan pada pencegahan penyakit, olahraga rutin, serta pola makan sehat berkontribusi besar terhadap kesehatan masyarakatnya.

    Harapan hidup saat lahir di Jepang meningkat dari 81,1 tahun pada tahun 2000 menjadi 84,5 tahun pada 2021. Negara ini juga memiliki angka kematian bayi dan kematian ibu terendah di dunia, mencerminkan keberhasilan sistem kesehatannya yang stabil dan berorientasi pada pencegahan.

    5. Swiss (Skor: 90,93/100)

    Swiss tak hanya terkenal dengan jam tangan dan pegunungannya, tetapi juga sebagai pelopor dalam bidang medis dan kesehatan publik. Negara ini memiliki standar kesehatan nasional yang sangat tinggi berkat sistem asuransi kesehatan universal yang menekankan pada pengobatan preventif dan gaya hidup aktif di alam terbuka.

    Sistem kesehatan Swiss bersifat terdesentralisasi, setiap kanton (negara bagian) memiliki peran penting dalam pengelolaannya. Pendanaannya berasal dari premi peserta, pajak (terutama dari pemerintah daerah), iuran sosial, dan pembayaran pribadi (out-of-pocket). Semua penduduk diwajibkan untuk memiliki asuransi dari penyedia nirlaba swasta.

    6. Swedia (Skor: 90,24/100)

    Swedia menempati posisi keenam sebagai salah satu negara dengan masyarakat paling sehat di dunia. Kombinasi jaminan sosial yang kuat, akses layanan kesehatan yang merata, dan budaya aktif berolahraga membuat tingkat kesehatannya tinggi.

    Negara ini memiliki angka kematian rendah akibat kanker paru, konsumsi alkohol, serta kecelakaan lalu lintas, berkat kebijakan kesehatan publik yang kuat. Rendahnya tingkat kematian akibat penyakit yang dapat diobati juga menunjukkan efektivitas sistem kesehatannya.

    7. Australia (Skor: 89,75/100)

    Australia menempati posisi berikutnya dalam daftar. Warga Australia dikenal dengan gaya hidup sehat, konsumsi makanan segar, dan kecintaan pada aktivitas luar ruangan.

    Negara ini memiliki program asuransi kesehatan publik universal yang dikelola secara regional dan dibiayai melalui pajak umum serta pungutan pemerintah. Warga secara otomatis terdaftar dan mendapatkan layanan rumah sakit publik gratis, termasuk cakupan besar untuk konsultasi medis, obat-obatan, dan layanan kesehatan lainnya.

    Harapan hidup di Australia meningkat dari 79,7 tahun pada tahun 2000 menjadi 83,1 tahun pada 2021, menunjukkan keberhasilan kebijakan kesehatan yang berfokus pada pencegahan dan akses universal.

    8. Singapura (Skor: 89,29/100)

    Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Singapura memiliki salah satu sistem kesehatan terbaik di dunia dalam hal kualitas dan aksesibilitas. Hal ini berkat standar pelatihan medis yang tinggi, teknologi kesehatan canggih, dan sistem pelayanan yang efisien.

    Negara ini juga dikenal memiliki udara dan air yang sangat bersih, yang membantu mencegah penyakit pernapasan dan berbagai gangguan kesehatan lainnya. Tingkat penyakit menular seperti tuberkulosis dan HIV-AIDS juga sangat rendah, berkat program kesehatan publik yang kuat seperti kampanye vaksinasi dan sistem pemantauan penyakit yang efektif.

    9. Norwegia (Skor: 89,09/100)

    Norwegia termasuk negara paling sehat di dunia berkat sistem layanan kesehatan universal, gaya hidup aktif di alam terbuka, serta ketersediaan pangan bergizi dan layanan kesehatan berkualitas tinggi.

    Negara ini memiliki sistem kesehatan berbasis pajak yang menjamin akses perawatan dasar bagi semua warganya. Kualitas layanan medisnya pun sangat baik, terlihat dari rasio tenaga kesehatan yang tinggi, yaitu 4,9 dokter serta 18,3 perawat dan bidan per 1.000 penduduk.

    Sementara menurut World Population Review Global Health Index 2024, Singapura menduduki peringkat pertama sebagai negara paling sehat di dunia dengan skor 95,3. Kemudian disusul oleh Jepang, 95,1, Korea Selatan, 94,3, Taiwan, 94,2 Israel, 94,2 hingga Norwegia dengan skor 93,6.

    Halaman 2 dari 4

    (suc/kna)

  • Diduga Terserang Flu Burung, Puluhan Ayam di Madiun Mati Mendadak
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        24 Oktober 2025

    Diduga Terserang Flu Burung, Puluhan Ayam di Madiun Mati Mendadak Surabaya 24 Oktober 2025

    Diduga Terserang Flu Burung, Puluhan Ayam di Madiun Mati Mendadak
    Tim Redaksi
    MADIUN, KOMPAS.com
    – Puluhan ayam milik warga Desa Bantengan, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur dilaporkan mati mendadak pada Jumat (24/10/2025).
    Diduga, puluhan ayam tersebut mati mendadak lantaran terserang flu burung.
    Kabid Peternakan DKPP Kabupaten Madiun, Harris Imballo R Siregar menyatakan bahwa kematian puluhan ayam kampung milik Agik diduga akibat penyakit virus avian influenza, atau dikenal sebagai flu burung.
    Hal ini terlihat dari ciri-ciri ayam sebelum mati yang mengalami kematian mendadak.
    Selain itu, kematian ayam terjadi dalam jumlah banyak, yakni 23 ekor dari 50 ekor populasi, dalam kurun waktu yang cepat, dan kematian yang bersifat akut.
    “Dari analisis kronologi dan ciri-cirinya, kesimpulan sementara ini diakibatkan penyakit virus AI (flu burung). Untuk lebih jelasnya, kami masih melakukan pengambilan sampelnya dan mengujinya lebih lanjut,” kata Harris.
    Tak kali ini saja, kata Harris, kasus kematian mendadak pada unggas dalam jumlah banyak telah diterima DKPP dua kali.
    Kasus pertama terjadi di wilayah Kresek dalam lingkup rumah tangga, namun disimpulkan akibat penyakit malaria.
    “Kalau ini memang sementara mengarah ke AI. Untuk pencegahan, kami berikan vitamin dan besok akan kami kirimkan desinfektan,” ucap Harris.
    Ia mengatakan, ciri-ciri ayam yang terjangkit AI biasanya dijumpai dengan jengger pucat atau dari warna merah menjadi biru karena hipoksia atau kekurangan oksigen.
    Selain itu, terdapat bercak atau pendarahan di organ pencernaan, tepatnya di kerongkongan dan usus.
    Ia mengatakan bahwa perubahan musim yang ekstrem menjadi faktor utama penyebaran penyakit dan virus terhadap unggas, utamanya di lingkup rumah tangga.
    Sebab, saat musim pancaroba, kondisi lembap menyebabkan virus cepat tumbuh dan berkembang serta penularan tinggi.
    Untuk itu, ia mengimbau peternak untuk tetap menjaga kebersihan kandang.
    Bila memiliki populasi besar, harus dilakukan vaksinasi rutin dan disinfeksi kandang.
    Sementara itu, Agik Saputra Wijaya menyatakan bahwa kematian ayamnya secara mendadak mulai terjadi tiga hari yang lalu.
    Tak hanya itu, siang tadi ayamnya juga banyak yang mendadak mati setelah sebelumnya mengalami lemas.
    “Tiga hari lalu, tiga ekor ayam yang mati. Kemudian tadi pagi ada 13 ekor yang mati. Terus tadi siang juga ada beberapa yang mati. Totalnya ada 20 ekor yang mati,” ujar Agik.
    Ia mengatakan, ayam yang mati mendadak diketahui mengalami pucat pada kepala atau jengger yang membiru. Beberapa jam kemudian, ayam tersebut mati.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Antisipasi ISPA Saat Pancaroba, Pemkot Surabaya Gratiskan Vaksin PCV untuk Balita
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        23 Oktober 2025

    Antisipasi ISPA Saat Pancaroba, Pemkot Surabaya Gratiskan Vaksin PCV untuk Balita Surabaya 23 Oktober 2025

    Antisipasi ISPA Saat Pancaroba, Pemkot Surabaya Gratiskan Vaksin PCV untuk Balita
    Tim Redaksi
    SURABAYA, KOMPAS.com
    – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya gratiskan vaksinasi pneumonia bagi para balita untuk antisipasi penyebaran infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) selama musim pancaroba.
    Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina mengatakan, berdasarkan data yang dihimpunnya, kasus ISPA menunjukkan angka fluktuatif selama 10 tahun terakhir.
    “Sangat dipengaruhi oleh perubahan musiman, kondisi lingkungan, serta dinamika kepadatan dan mobilitas penduduk kota metropolitan,” kata Nanik, saat dikonfirmasi, Kamis (23/10/2025).
    Musim pancaroba merupakan periode kritis dalam mencegah lonjakan kasus ISPA.
    Dengan demikian, Dinkes Surabaya gratiskan imunisasi
    pneumococcal conjugate vaccine
    (PCV) untuk balita.
    “Selain program pemerintah, masyarakat yang butuh perlindungan tambahan terhadap influenza, vaksinasi dapat dilakukan secara mandiri di fasyankes (fasilitas pelayanan kesehatan) swasta,” ucapnya.
    Di sisi lain, Dinkes Surabaya memberi instruksi kepada seluruh tenaga kesehatan untuk mendeteksi dini indikasi ISPA.
    Tujuannya, mencegah penyakit itu berkembang menjadi pneumonia.
    “Kami menerapkan pelaporan kasus secara
    real-time
    melalui aplikasi Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) Kemenkes RI,” kata dia. 
    “Sistem ini memungkinkan Dinkes menganalisis tren kasus untuk menilai potensi KLB (kejadian luar biasa) dan mengambil langkah cepat bila ditemukan lonjakan kasus di suatu wilayah,” ucap dia. 
    Nanik mengimbau agar masyarakat menjaga daya tahan tubuh dengan selalu mengonsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup, serta rutin olahraga
    “Dan segera memeriksakan diri ke fasyankes jika muncul gejala ISPA seperti demam, batuk, atau sesak napas, terutama pada balita dan lansia, untuk deteksi dan penanganan dini,” ujar dia. 
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kasus Wabah Flu di Thailand Ngegas Lebih dari 700 Ribu, Ternyata Ini Biang Keroknya

    Kasus Wabah Flu di Thailand Ngegas Lebih dari 700 Ribu, Ternyata Ini Biang Keroknya

    Jakarta

    Otoritas kesehatan Thailand melaporkan kasus influenza yang melonjak tajam di seluruh negeri tersebut. Direktur Kantor Pengendalian Penyakit Wilayah 9 Nakhon Ratchasima, Dr Taweechai Visanuyothin bahkan menyebut situasinya semakin mengkhawatirkan.

    Dari 1 Januari hingga 8 Oktober, terdapat 702.238 kasus influenza di seluruh Thailand, dengan angka kejadian 1.081,83 per 100.000 penduduk.

    Sebanyak 61 pasien meninggal dunia, mayoritas lansia dan anak kecil. Kelompok usia 5-9 tahun menjadi yang paling banyak terinfeksi, diikuti anak-anak di bawah 4 tahun dan usia 10-14 tahun.

    Sementara itu, kematian tertinggi tercatat pada kelompok usia 60 tahun ke atas, disusul 50-59 tahun, 40-49 tahun, serta anak di bawah empat tahun.

    Apa Pemicunya?

    “Perubahan cuaca dari akhir musim hujan ke awal musim dingin menjadi faktor utama,” ujar Dr Taweechai.

    Kondisi ini, lanjutnya, dapat meningkatkan risiko infeksi saluran napas, terutama influenza yang penyebarannya tahun ini lebih mudah daripada biasanya.

    Di samping itu, otoritas kesehatan Thailand menyarankan masyarakat menghindari kerumunan, memakai masker, serta rajin mencuci tangan.

    Vaksinasi sangat dianjurkan bagi tujuh kelompok berisiko tinggi, yaitu:

    ibu hamil (minimal usia kehamilan 4 bulan),anak usia 6 bulan-2 tahun,pengidap penyakit kronis (PPOK, asma, jantung, stroke, gagal ginjal, kanker yang sedang kemoterapi, dan diabetes),lansia berusia 65 tahun ke atas,pengidap talasemia atau gangguan imun,individu obesitas, sertapenyandang disabilitas neurologis yang tidak dapat merawat diri sendiri.

    Kelompok ini disarankan mendapat vaksin flu setiap tahun untuk mencegah komplikasi berat dan kematian.

    Otoritas kesehatan Thailand juga terus memantau situasi dan memastikan distribusi vaksin berjalan di seluruh wilayah. Pihaknya juga mengimbau untuk tetap waspada dan menjalankan langkah pencegahan secara disiplin seiring meningkatnya musim flu tahun ini.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Daftar 6 Kelompok Orang yang Tidak Boleh Donor Darah

    Daftar 6 Kelompok Orang yang Tidak Boleh Donor Darah

    Jakarta

    Donor darah merupakan salah satu tindakan sederhana yang bisa menyelamatkan banyak nyawa. Dengan menyumbangkan darah, seseorang bisa membantu pasien yang membutuhkan transfusi.

    Kendati demikian, tidak semua orang bisa menjad pendonor darah. Ada beberapa kondisi kesehatan dan faktor risiko yang membuat seseorang tidak diperbolehkan mendonorkan darah.

    Syarat Mendonorkan Darah

    Sebelum mengetahui siapa saja yang tidak dibolehkan untuk mendonorkan darah, ketahui apa saja persyaratan untuk donor darah. Dikutip dari laman PMI Kota Bandung dan PMI Jakarta Barat, berikut di antaranya:

    Sehat jasmani dan rohaniUsia 17-65 tahunBerat badan minimal 45 kgTekanan darah: Sistole 100-70 dan diastole 70-100Kadar hemoglobin 12,5% sampai dengan 17,0 g%Interval donor minimal 12 minggu atau 3 bulan sejak donor darah sebelumnya (maksimal 5 kali dalam 2 tahun).Suhu tubuh 36,5-37,5 CWanita tidak sedang hamil, menstruasi, dan menyusuiTidak bertato dan tindik, kecuali sudah lebih dari 6 bulanTidak pecandu alkohol dan narkotikTidur malam sebelum donasi minimal 5 jam dan tidak begadangSudah makan 3-4 jam sebelum donor darahKelompok Orang yang Tidak Boleh Mendonorkan Darah

    Berikut kelompok orang yang tidak boleh mendonorkan darah:

    1. Orang yang Sedang Flu-Penyakit Lainnya yang Menyebabkan Demam

    Orang yang sedang mengidap pilek atau flu saat ingin mendonorkan darah harus melakukan jadwal ulang donor selama 7 hari setelah gejala hilang. Meski pilek atau flu tidak memengaruhi darah, namun Unit Transfusi Darah (UTD) akan menolak donor darah dari orang sakit, sebagai upaya mengurangi penyebaran flu. Tak hanya flu, orang yang demam juga tidak akan diizinkan untuk mendonorkan darah.

    2. Hemoglobin Rendah

    Hemoglobin merupakan protein dalam sel darah merah yang berperan penting dalam mengangkut oksigen ke organ dan jaringan tubuh serta ke,bali ke paru-paru. Protein ini juga mengandung banyak zat besi.

    Apabila pernah kesulian dalam mendonorkan darah sebelumnya, sebab kadar zat besi/hemoglobin yang rendah, atasi kekurangan ini dengan mengonsumsi makanan kaya zat besi, terutama daging dan produk hewani. Untuk vegetarian, roti dan pasta, kacang-kacangan, kacang tanah, tahu, dan telur merupakan sumber zat besi yang baik.

    3. Orang yang Sedang Mengonsumsi Obat atau Antibiotik Tertentu

    Sebagai aturan umum, sebagian obat bebas yang dikonsumsi masih bisa membuat seseorang diterima untuk mendonorkan darah. Namun, untuk lebih jelasnya, doker akan menjelaskan kepada donor saat pemeriksaan tentang boleh atau tidaknya pendonoran saat mengonsumsi obat tertentu.

    Adapun obat-obaan yang paling sering dibicarakan dalam pembatasnnya yaitu:

    Aspirin, harus menunggu 3 hari penuhPengencer darah, tidak diizinkan mendonorkan darahInsulin, bisa mendonorkan darah selama diabetes terkendali dengan baik.

    4. Orang yang Baru Divaksinasi

    Orang yang baru menerima vaksinasi atau imunisasi mungkin diminta menunggu selama beberapa waktu sebelum memenuhi syarat donor darah. Misalnya, pada saat ini UTD PMI menyatakan bahwa donor darah bisa diterima jika seseorang divaksinasi dengan vaksin COVID-19 dengan ketentuan:

    Hari keempat setelah vaksin 1 tanpa ada gejala KIPIHari ke delapan setelah vaksin 2 atau vaksin 3 tanpa ada gejala KIPIJika terdapat KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi), donor darah sebaiknya ditunda dalam satu bulan.

    5. Bepergian ke Tempat Tertentu pada Waktu yang Salah

    Perjalanan bisa menghadapkan seseorang pada budaya, kebiasaan, dan penyakit yang berbeda. Beberapa penyakit tersebut bisa memengaruhi kemampuan seseorang untuk mendonokan darah.

    6. Orang yang Memiliki Masalah Kesehatan terkait Darah

    Orang dengan penyakit berkaitan dengan masalah darah dan pendarahan seringkali tidak dibolehkan untuk donor darah. Jadi, jika seseorang mengidap hemofilia, penyakit Von Willebrand, hemokromatosis heredier atau sickle cell trait, maka dia tidak bisa mendonorkan darah.

    (elk/up)

  • 10.000 pelajar di Jaksel bakal divaksin DBD

    10.000 pelajar di Jaksel bakal divaksin DBD

    Jakarta (ANTARA) – Sebanyak 10.000 pelajar Kelas 3 dan 4 Sekolah Dasar (SD) di Jakarta Selatan bakal disuntik vaksin Demam Berdarah Dengue (DBD).

    “Sebanyak 20.000 dosis vaksin dengue (vaksin DBD) akan diberikan kepada 10.000 pelajar Kelas 3 dan 4 SD di wilayah Kota Jakarta Selatan,” kata Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kota Administrasi Jakarta Selatan, Sayid Ali saat dikonfirmasi di Jakarta, Ahad.

    Sayid mengatakan, pemberian vaksin ini sebagai upaya untuk menurunkan angka kasus DBD di Jakarta Selatan (Jaksel).

    Vaksin yang diberikan bermerek Qdenga dari Takeda Vaccines Inc. Pemberian Vaksin DBD dilaksanakan sebanyak 2 tahap.

    Tahap pertama dilakukan untuk sebanyak 10.000 dosis dan tiga bulan setelahnya masuk tahap kedua sebanyak 10.000 dosis lagi. Setiap anak diberikan vaksin masing-masing dua dosis.

    “DBD masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat, tanpa memandang usia maupun status sosial,” ujarnya.

    Terkait teknis pelaksanaan, kegiatan ini melibatkan sebanyak sembilan Puskesmas di Jakarta Selatan, 106 SD serta 10 rumah sakit rujukan.

    Pemerintah Kota Administrasi Jaksel berkomitmen mendukung pelaksanaan penelitian ini melalui koordinasi lintas sektoral, pemantauan aktif kasus serta menggerakkan partisipasi masyarakat.

    Terkait hal tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meluncurkan Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue sebagai langkah strategis dalam memperkuat perlindungan masyarakat dari ancaman DBD.

    Data Kementerian Kesehatan RI mencatat hingga 22 September 2025, terdapat 7.274 kasus DBD di Jakarta dengan 12 kematian.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.