Event: vaksinasi

  • Pemprov Jatim Distribusikan 870 Ribu Dosis Vaksin PMK ke 38 Kab/Kota

    Pemprov Jatim Distribusikan 870 Ribu Dosis Vaksin PMK ke 38 Kab/Kota

    Surabaya (beritajatim.com) – Pemprov Jatim mendistribusikan bantuan sebanyak 870 ribu dosis vaksin Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) ke 38 kabupaten/kota se-Jatim di Kantor Dinas Peternakan Provinsi Jatim pada Selasa (11/2/2025).

    Pendistribusian vaksin PMK ini dilakukan sebagai wujud tindak lanjut atas Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 100.3.3.1/31/013/2025 tentang Status Keadaan Darurat Bencana Non Alam Akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Provinsi Jawa Timur yang diterbitkan pada Januari lalu.

    Bantuan Vaksin PMK ini didistribusikan secara simbolis oleh Pj. Gubernur Jatim Adhy Karyono kepada lima daerah yaitu, Kabupaten Pamekasan 14.500 dosis, Kabupaten Kediri 28.750 Dosis, Kabupaten Bojonegoro 25.250 dosis, Kota Probolinggo 1.600 dosis, dan Kabupaten Pasuruan 18 ribu dosis.

    “Alhamdulillah kami mendapat dukungan vaksin sebanyak 1,7 juta dosis dari Kementan RI melalui Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Hari ini kami mendistribusikan 520 ribu dosis dan tambahan tahap kedua dari Kementan 350 ribu yang akan dibagikan ke 38 Kab/Kota bagi yang jumlah rentan ternaknya banyak,” ungkap Pj. Gubernur Adhy kepada wartawan.

    Ia mengatakan, hingga saat ini Jatim telah mengantongi total 2,2 Juta dosis. Sementara, kebutuhan vaksin PMK di Jatim setiap tahunnya mencapai 6,6 juta dosis. Sehingga masih diperlukan 4,4 juta dosis vaksin guna menekan laju penyebaran Wabah PMK di Jawa Timur.

    Untuk itu, Pj. Gubernur Adhy Karyono juga menghimbau seluruh Pemerintah Kab/Kota di Jawa Timur agar bisa mengalokasikan APBD-nya sebagai upaya penanggulangan wabah PMK di wilayahnya masing-masing.

    “Kami sudah dapat laporan bahwa beberapa Kab/Kota sudah mengalokasikan berdasarkan surat darurat kami,” ucap Adhy.

    Tidak hanya itu, Adhy juga mengajak masyarakat utamanya peternak untuk bisa melakukan vaksinasi mandiri bagi hewan ternaknya.

    Ia mengatakan, pemerintah pusat melalui Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) di Jawa Timur telah menyediakan vaksin dengan harga terjangkau. Harapannya, peternak yang berbasis perusahaan dan koperasi bisa ikut melakukan vaksinasi secara mandiri.

    “Jadi target kita adalah maayarakat yang memiliki ternak secara mandiri harus kita bantu. Sementara, dari Pusvetma Kementan itu menjual vaksin sangat murah. Daripada melihat nilai jual sapi atau kambing yang mahal lebih bagus alokasikan sedikit untuk menyelesaikan PMK,” tutur Adhy.

    Upaya bersama ini disebut Adhy Karyono juga sebagai bentuk dukungan Pemprov Jatim sebagai Lumbung Ternak dan Lumbung Pangan Nasional. Berdasarkan data yang dihimpun Dinas Peternakan Provinsi Jatim, Jatim menjadi provinsi dengan populasi sapi potong dan perah terbanyak yang mencapai 3,3 juta ekor. Angka tersebut berkontribusi 62 persen untuk sapi perah dan 28% untuk sapi potong dari total populasi nasional.

    Oleh sebab itu, penanganan wabah PMK di Jatim disebut akan sangat berdampak secara nasional. Pasalnya, arus perpindahan ternak lebih banyak dari Jawa Timur dibandingkan provinsi lain di Indonesia.

    “Kami memastikan bahwa langkah-langkah yang dilakukan dan disarankan oleh Kementan RI kita lakukan. Kalau ternak di Jatim itu selesai vaksinasinya maka berdampak ke provinsi lain,” ujar Adhy.

    “Walau dengan Inpres No.1 ini anggaran kita berkurang, tapi kami tetap upayakan bahwa ini adalah prioritas utama. Salah satu prioritas utama untuk mengendalikan populasi hewan ternak kita,” pungkas Adhy.

    Senada, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan RI Dr. Drh. Agung Suganda mengatakan bahwa bantuan vaksin PMK ini merupakan bentuk komitmen pemerintah pusat dan daerah untuk pengendalian wabah PMK di Indonesia.

    Ia mengatakan, dari alokasi vaksin nasional sebanyak 4 juta dosis, 1,7 juta diberikan kepada Jawa Timur. Harapannya agar Jawa Timur bisa segera mengendalikan kasus PMK agar Jatim tetap menjadi lumbung ternak nasional.

    “Tadi kami juga mengapresiasi Pemprov Jatim yang telah mengeuarkan darurat bencana non alam sehingga bisa mengakses anggarannya untuk pengadaan vaksin,” ucapnya.

    Oleh sebab itu, ia menekankan bahwa upaya penanganan wabah PMK merupakan upaya gotong royong dari seluruh pihak. Ditambah dengan strategi pelaksanaan vaksinasi serentak diharapkan bisa mengendalikan laju penyebaran virus PMK.

    Sementara itu, Ketua DPRD Jatim Dra M Musyafak dalam sambutannya mengaku siap dan mendukung seluruh upaya pemerintah pusat dan daerah guna menekan laju wabah PMK di Jawa Timur. Ia mengatakan, wabah PMK merupakan persoalan bersama yang akan berdampak pada persoalan-persoalan lain di masyarakat.

    “Oleh karena itu kami bersama Pemprov Jatim akan terus menerus memperhatikan apa yang dibutuhkan dalam upaya penanganan PMK, walaupun dalam keadaan APBD yang banyak mendapat pengurangan,” tegasnya.

    Sebagai informasi, tidak hanya vaksin PMK, turut didistribusikan pula obat-obatan untuk penanganan PMK dan Penyakit ikutannya, yaitu 10 ribu botol Analgesik, 11 ribu botol Antihistamin, 11 ribu botol Vitamin ATP dan 8.500 botol Vitamin ADE. [tok/beq]

  • Cegah Penyebaran PMK, 21.000 Dosis Vaksin Didistribusikan ke Peternak Banyuwangi

    Cegah Penyebaran PMK, 21.000 Dosis Vaksin Didistribusikan ke Peternak Banyuwangi

    Liputan6.com, Banyuwangi – Sebanyak 21.000 dosis vaksin Penyakit Mulut dan Kuku (Vaksin PMK) bakal segera didistribusikan ke peternak di Banyuwangi. Langkah ini merupakan bagian dari upaya Pemkab Banyuwangi untuk mengendalikan dan mencegah penyebaran PMK pada hewan ternak.

    “Rencana datang vaksin tanggal 11 Februari, kita bagikan ke teman-teman lapangan tanggal 12 atau 13 Februari dan setelahnya bisa dilaksanakan vaksin kepada hewan ternak,” kata Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dispertan Banyuwangi, Nanang Sugiharto, Senin (10/2/2025).

    Upaya ini dilakukan mengingat adanya ledakan kasus PMK pada hewan ternak di Banyuwangi. Menurut data laporan Dispertan Banyuwangi, saat ini tercatat sebanyak 399 kasus PMK dengan rincian 229 ternak sakit, 165 ternak sudah sembuh, 3 mati dan 2 ternak dipotong paksa.

    Nanang mengungkap, bahwa vaksinasi PMK telah berjalan sejak 2022 hingga sekarang terus diberikan. Namun karena tahun 2025 ini kembali meningkat secara drastis. “Apalagi di bulan Januari hingga saat ini puncak musim hujan, jadi proses penyebaran virus tersebut semakin cepat,” ujarnya.

    Bukan hanya itu, menjelang bulan suci Ramadan kebutuhan daging hewan ternak dipastikan akan meningkat. Tingginya kasus PMK bakal mengganggu perekonomian peternak untuk itu pengawasan lalu lintas hewan juga lebih diintensifkan. Nanang menyebut, pihaknya juga memperkuat sinergi dengan Balai Karantina Hewan dan Polresta Banyuwangi untuk melakukan pengawasan lalu lintas hewan ternak masuk di gerbang-gerbang Banyuwangi. Diantaranya Pelabuhan Ketapang.

    “Kita akan memperketat pengawasan terhadap ternak yang masuk dari luar daerah, khususnya dari Bali, NTB, dan NTT, yang memiliki risiko tinggi membawa virus PMK. Selain itu memastikan setiap hewan yang masuk ke Banyuwangi memiliki sertifikasi kesehatan dari daerah asalnya. Pengawasan di pelabuhan dan jalur perbatasan juga akan diperketat,” imbuh Nanang. 

    Upaya lain seperti penyemprotan Disinfektan di pasar hewan dan kandang ternak untuk menekan penyebaran virus juga gencar dilaksanakan. Termasuk sosialisasi edukasi tentang kesehatan hewan ternak dengan menggandeng Bhabinkamtibmas juga tetap dijalankan.

  • Cerita Wanita Malaysia yang Terkena Flu seperti Barbie Hsu di Jepang, Keluhkan Biaya Rumah Sakit – Halaman all

    Cerita Wanita Malaysia yang Terkena Flu seperti Barbie Hsu di Jepang, Keluhkan Biaya Rumah Sakit – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang wanita Malaysia mengalami masalah kesehatan serius setelah tertular flu selama perjalanannya ke Jepang pada awal Januari lalu.

    Namun ia merasa sangat beruntung karena berhasil selamat dari kondisi tersebut.

    Qin Yufen, nama wanita tersebut, mengalami gejala flu yang mirip dengan aktris Taiwan, Barbie Hsu, yang baru-baru ini meninggal dunia akibat pneumonia terkait influenza di Jepang.

    Dalam wawancara dengan China Press, Yufen menceritakan bahwa ia kesulitan bernapas saat berada di puncak gunung di Hokkaido.

    Pada awalnya, ia mengira kondisi tersebut hanyalah reaksi terhadap cuaca dingin.

    Putranya dan sopir sewaan mereka mencoba mencari obat di lebih dari 10 apotek, tetapi mereka diberitahu bahwa inhaler asma hanya bisa didapatkan melalui rawat inap di rumah sakit.

    Ketika dirawat di rumah sakit, Yufen diberikan bantuan pernapasan karena kekurangan oksigen.

    Namun, komunikasi dengan staf medis terhambat oleh kendala bahasa.

    Beruntung, ia bertemu dengan penerjemah yang bisa berbahasa Mandarin.

    “Saya menjelaskan kondisi saya, tetapi staf rumah sakit hanya memberikan oksigen sekali dan melanjutkan dengan infus, meskipun saya masih kesulitan bernapas,” katanya.

    Meski memiliki asuransi perjalanan, Yufen harus membayar biaya rumah sakit sebesar RM15.000 (sekitar Rp55 juta) per hari secara tunai.

    Karena khawatir dananya tidak mencukupi, ia memutuskan untuk kembali ke Malaysia untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

    “Saya memberi tahu rumah sakit bahwa saya tidak punya cukup uang tunai, sehingga mereka meminta saya menandatangani surat pernyataan bahwa mereka tidak akan bertanggung jawab atas kondisi saya setelah saya keluar dari rumah sakit,” ungkap Yufen.

    “Keluarga saya sangat khawatir karena saya tidak bisa makan.”

    “Saya hanya menghembuskan napas tetapi tidak bisa menarik napas dengan benar, dan setelah minum Panadol, saya mulai muntah keesokan harinya.”

    Setelah tiba di Malaysia, Yufen segera dirawat di rumah sakit.

    Kadar oksigen dalam darahnya menurun drastis.

    Sementara pasien flu biasa hanya memerlukan dua jenis obat, ia diberikan lebih dari 10 jenis obat pada malam itu.

    “Dokter mengatakan saya perlu dirawat di ICU karena kadar oksigen saya tidak kunjung membaik,” jelasnya.

    Yufen dirawat selama lima hari empat malam di rumah sakit.

    Setelah pulih, ia mengisolasi diri sebelum akhirnya kembali beraktivitas.

    Saat mengajukan klaim asuransi dan meninjau laporan medisnya, Yufen terkejut mendapati bahwa gejalanya mirip dengan yang dialami Barbie Hsu.

    “Saya merasa sangat beruntung bisa selamat dari flu ini,” katanya.

    Permintaan Vaksin Influenza Meningkat Setelah Kematian Barbie Hsu

    Kematian Barbie Hsu memicu lonjakan permintaan vaksin influenza di berbagai negara.

    Di Singapura, lebih dari 2.000 orang membuat janji vaksinasi pada 4 Februari, sehari setelah berita kematian Hsu diumumkan.

    Sebagai perbandingan, hanya sekitar 3.000 janji vaksinasi yang dibuat sepanjang Januari, menurut laporan The Straits Times.

    Barbie Hsu, yang dikenal lewat perannya di serial drama Meteor Garden, meninggal pada 2 Februari di usia 48 tahun akibat pneumonia terkait influenza saat sedang berada di Jepang bersama keluarganya.

    Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) meyakinkan publik bahwa stok vaksin influenza di Singapura cukup memadai.

    Permintaan vaksin juga melonjak di Taiwan dan Hong Kong setelah berita kematian Hsu.

    Taiwan bahkan harus menambah 100.000 dosis vaksin karena stok yang didanai publik diperkirakan akan habis dalam waktu seminggu, lapor Focus Taiwan pada 6 Februari.

    MOH menganjurkan agar kelompok yang berisiko tinggi terkena infeksi influenza berat, seperti lansia dan orang-orang dengan kondisi medis tertentu, segera berkonsultasi dengan dokter dan mendapatkan vaksinasi influenza.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Penyebab dan Gejala Pneumonia, Penyakit yang Mewabah di Jepang – Halaman all

    Penyebab dan Gejala Pneumonia, Penyakit yang Mewabah di Jepang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM –  Simak penyebab dan gejala pneumonia, penyakit paru-paru yang saat ini mewabah di Jepang.

    Pneumonia sebenarnya tak hanya berada di Jepang. Namun beberapa tahun ini kasus pneumonia meningkat, termasuk di Indonesia.

    Pneumonia makin tersiar setelah aktris asal Taiwan, Barbie Hsu meninggal dunia karena penyakit ini.

    Bahkan presenter Fenita Arie juga sempat terpapar pneumonia setelah liburan dari Jepang pada 10 Januari 2025 lalu.

    Dikutip dari situs Kemenkes, pneumonia biasa disebut sebagai paru-paru basah.

    Di mana kondisi peradangan terjadi pada jaringan paru-paru.

    Peradangan tersebut mengakibatkan kantong udara terisi cairan sehingga paru-paru tidak berfungsi dengan baik.

    Pasien yang terkena pneumonia dapat mengalami kegagalan fungsi organ tubuh.

    Lantas apa penyebab dan gejala pneumonia?

    Pneumonia disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, termasuk bakteri, jamur, protozoa, dan virus.

    Ada pula beberapa faktor pemicu pneumonia, di antaranya:

    1. Kebiasaan Merokok

    Merokok dapat merusak paru-paru dan menurunkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi, sehingga meningkatkan risiko pneumonia.

    2. Penyakit Jantung Kronis 

    Penyakit jantung dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko pneumonia.

    3. Diabetes Melitus

    Diabetes dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga meningkatkan risiko pneumonia.

    4. Kelemahan Struktur Organ Pernapasan

    Kelemahan struktur organ pernapasan dapat membuat paru-paru lebih rentan terhadap infeksi.

    5. Penurunan Tingkat Kesadaran

    Penurunan tingkat kesadaran dapat meningkatkan risiko aspirasi, yang dapat menyebabkan pneumonia.

    Masih dalam laman yang sama, gejala pneumonia biasanya dimulai dengan beberapa tanda. Di antaranya:

    1, Demam disertai nyeri kepala dan tubuh menggigil.

    2. Batuk tidak berdahak, atau berdahak dengan cairan mengandung nanah yang berwarna kekuningan.

    3, Nyeri dada yang terasa ketika bernapas hingga napas yang pendek.

    4. Mual, muntah, dan diare.

    5. Rasa nyeri pada otot, sendi, serta mudah lelah.

    6. Denyut nadi yang melemah hingga 100 kali per menit.

    Jika merasakan gejala tersebut hingga kesulitan bernapas segera mencari pertolongan medis.

    Dokter akan melakukan penanganan terhadap pneumonia dengan terapi kausal, terapi suportif umum, terapi inhalasi, dan fisioterapi dada.

    Dokter di Thailand menyarankan agar warganya mempertimbangkan untuk berencana ke Jepang saat ini.

    Dr. Jade Boonyawongwiroj, asisten direktur Rumah Sakit Maharat Nakhon Ratchasima, menggambarkan wabah influenza di Jepang saat ini berada di level “parah”, dengan rata-rata 66.132 kasus baru dilaporkan setiap hari selama 144 hari terakhir.

    Ia menekankan beberapa daerah di Tokyo memiliki tingkat infeksi yang tinggi, dengan beberapa rumah sakit menolak menerima pasien kecuali mereka dalam kondisi serius.

    Institut Penyakit Menular Nasional Jepang memperkirakan bahwa dari 2 September 2024 hingga 26 Januari 2025, negara tersebut mencatat sekitar 9,52 juta kasus flu, menurut data yang dirilis pada 31 Januari.

    Melansir dari laman Telegraph, wabah pneumonia di Jepang dilaporkan sudah disoroti sejak akhir 2024 lalu, yang mana dinilai sebagai wabah pneumonia terburuk yang terjadi selama lebih dari 20 tahun.

    Pada akhir 2024 tercatat hampir 6.000 kasus pneumonia mikoplasma, jumlah tersebut meningkat lebih dari 10 kali lipat dibanding tahun sebelumnya.

    Juga, merupakan jumlah tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 1999.

    Guna memerangi penyebaran penyakit ini, para ahli dari lima asosiasi medis Jepang menganjurkan untuk memakai masker kembali dan meningkatkan ventilasi dalam ruangan.

    “Masyarakat harus cermat dalam mengambil tindakan pencegahan dasar untuk menghentikan penyebaran penyakit, seperti memakai masker dan mencuci tangan,” kata Mukae Hiroshi, Profesor di Universitas Nagasaki dan anggota Masyarakat Pernapasan Jepang, dikutip Kamis (6/2/2025).

    Imbauan Kemenkes RI

    Juru bicara Kemenkes drg Widyawati berpesan bagi WNI yang ingin melancong ke Jepang untuk selalu berperilaku hidup sehat dan bersih.

    “Himbauannya selalu menjaga kesehatan, berperilaku hidup bersih dan sehat. Tidak ada pelarangan ke Jepang tetapi intinya adalah jaga kesehatan,” kata dia saat ditemui di kantor Kemenkes, Jakarta, Jumat (7/2/2025).

    Bagi mereka yang berisiko tinggi seperti anak dibawah dua tahun, lansia maupun orang dengan komorbid, disarankan untuk melengkapi diri dengan vaksinasi pneumonia maupun influenza.

    Juga rutin mencuci tangan dengan sabun untuk membantu mencegah kuman yang dapat menyebabkan pneumonia.

    Melalui pola hidup yang sehat maka bisa memperkuat sistem kekebalan tubuh dalam mencegah pneumonia.

    Jika mungkin, hindari kontak dekat dengan orang yang sakit, terutama mereka yang memiliki infeksi saluran pernapasan.

    “Jadi kembali lagi menjaga kesehatan, untuk mengantisipasi penyakit itu. Lakukan persiapan diri ketika hendak berpergian ke luar negeri,” ungkap dia. (*)

    (Tribunnews.com/ Siti N/ Rina Ayu) (Kompas.com/ Yoga Sukmana)

  • Singapura Temukan 1 Kasus Polio Paralitik, Anak Usia 5 Bulan Asal RI

    Singapura Temukan 1 Kasus Polio Paralitik, Anak Usia 5 Bulan Asal RI

    Jakarta – Kementerian Kesehatan Singapura mengonfirmasi satu kasus impor polio paralitik di negaranya. Kasus ini teridentifikasi pada
    pasien anak usia lima bulan asal Indonesia. Ia memang datang ke Singapura pada 26 Januari untuk perawatan medis.

    Anak tersebut disebut mengalami gangguan kekebalan tubuh dan sebelumnya sudah mendapatkan vaksin polio oral (OPV) dan satu dosis vaksin polio inaktif (IPV) di Indonesia.

    “Dia mengalami demam, lemas akut, dan kelumpuhan pada tungkai bawah pada bulan Desember 2024 saat berada di Indonesia. Polio tidak dicurigai oleh dokternya saat itu,” kata kementerian tersebut.

    Pada 26 Januari, dia dievakuasi secara medis untuk perawatan gejalanya dan langsung dirawat di Rumah Sakit Universitas Nasional (NUH) setibanya di Singapura. Bayi tersebut saat ini dalam kondisi stabil.

    “Temuan kami sejauh ini menunjukkan risiko rendah penularan di masyarakat. Kasus tersebut dibawa langsung ke NUH setibanya di Singapura dan diisolasi setelah masuk. Dia juga ditempatkan di bawah tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat untuk mencegah penyebaran lebih lanjut setelah diduga terinfeksi polio,” kata MOH.

    “Saat ini tiga kontak dekat, yang merupakan anggota keluarga atau pengasuh kasus tersebut, telah dikarantina sebagai tindakan pencegahan.”

    Baca juga:

    Poliomielitis disebabkan oleh virus polio dan terutama ditularkan melalui makanan yang terinfeksi bahan feses.

    Vaksinasi adalah perlindungan paling efektif terhadap poliomielitis, di samping menjaga standar kebersihan dan sanitasi yang tinggi, kata kementerian kesehatan.

    Ada dua vaksin untuk polio OPV, yang mengandung virus polio yang dilemahkan, dan IPV, yang tidak mengandung virus polio hidup.

    Banyak negara secara bertahap beralih ke IPV, dan Singapura berhenti menggunakan OPV pada tahun 2021, kata MOH.

    “Poliomielitis paralitik terkait vaksin merupakan kejadian buruk yang sangat langka yang terjadi ketika seseorang mengalami polio paralitik setelah menerima OPV. Risikonya lebih tinggi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, yang mana IPV direkomendasikan sebagai pengganti OPV.”

    Singapura belum melaporkan kasus polio yang didapat secara lokal sejak 1978. Kasus polio terakhir yang dilaporkan pada 2006 merupakan kasus impor, imbuh kementerian tersebut.

    “Singapura telah mempertahankan status bebas polio dengan melanjutkan cakupan vaksinasi polio yang tinggi, standar kebersihan dan sanitasi lingkungan yang tinggi, dan memiliki sistem pengawasan yang mapan untuk mendeteksi kemungkinan kasus poliomielitis.”

    Berdasarkan Jadwal Imunisasi Anak Nasional (NCIS), anak-anak menerima total lima dosis vaksin – tiga dosis IPV untuk bayi pada usia dua bulan, empat bulan, dan enam bulan, dengan dua dosis penguat IPV lainnya pada usia masing-masing 18 bulan dan 10 hingga 11 tahun.

    “Karena IPV tidak mengandung virus hidup, maka tidak ada risiko polio paralitik terkait vaksin. Vaksinasi di NCIS tersedia gratis untuk semua anak Singapura di klinik dan poliklinik Dokter Umum Community Health Assist Scheme,” kata kementerian tersebut.

    Baca juga:

    (naf/naf)

  • Nana Mirdad dan Andrew White Ditunjuk Jadi Edukator HPV, Bantu Edukasi Cegah Kanker Serviks – Halaman all

    Nana Mirdad dan Andrew White Ditunjuk Jadi Edukator HPV, Bantu Edukasi Cegah Kanker Serviks – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Pasangan artis Nana Mirdad dan Andrew White ditunjuk sebagai edukator HPV (Human Papillomavirus) 2025.

    HPV merupakan virus penyebab kanker serviks, kanker terbanyak kedua pada perempuan.

    Nana mengungkapkan, pencegahan menjadi kunci penting untuk melawan kanker serviks seperti dengan melakukan vaksinasi dan menerapkan hidup sehat.

    “Kami menyadari betapa pentingnya melakukan langkah pencegahan untuk proteksi dini. Karenanya, kami berupaya menerapkan berbagai upaya pencegahan infeksi HPV, di antaranya dengan menerapkan pola hidup sehat, rutin melakukan skrining sejak beberapa tahun lalu, serta melakukan vaksinasi,” ujar Nana dalam kegiatan yang diusung oleh MSD Indonesia di Jakarta, Selasa (4/2/2025).

    Hal senada juga diamini oleh Andrew White.

    Ia mengatakan, menjadi bagian kampanye ini merupakan bukti nyata untuk membantu mengurangi beban penyakit akibat HPV, terutama kanker.

    Nana Mirdad dan Andrew White (Instagram @nanamirdad_)

    Bukan tanpa tantangan, banyaknya stigma yang kurang tepat serta misinformasi yang merebak seputar HPV.

    “Masih banyak ditemui di tengah masyarakat. Banyak yang menganggap HPV bukan hal yang serius, padahal dampaknya bisa sangat fatal untuk kesehatan semua,” ujar dia.

    Platform NgobrolinHPV.com serta situs sosial media lainnya, menjadi medium yang dekat dan mudah diakses masyarakat, untuk mendapatkan informasi yang tepat seputar HPV. Masyarakat juga diajak untuk lebih terbuka dan berani berdiskusi seputar HPV dan penyakit yang disebabkan virus ini.

    Andrew menambahkan, dengan mendapatkan informasi yang akurat, dirinya berharap semakin banyak masyarakat yang lebih proaktif dalam melakukan berbagai langkah pencegahan, salah satunya melalui vaksinasi.

    “Jangan sampai terlambat. Ayo lindungi diri dan orang terkasih dari ancaman infeksi HPV melalui vaksinasi!,” imbuh Nana. 

    Dikesempatan yang sama, Dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dr. Darrell Fernando, SpOG, MRCOG, MM, MARS, FICS, Int. Aff. RANZCOG.  menjelaskan, terdapat lebih dari 100 tipe HPV dan banyak diantaranya dikategorikan sebagai high-risk yang dapat menyebabkan kanker.

    Namun, yang paling sering dan berbahaya ada 7 tipe.

    Sebagian besar penularan HPV terjadi karena hubungan seksual, bisa juga kontak kelamin dengan kelamin, kontak kelamin dengan anus, maupun karena oral seks.

    Maupun bergesekan kulit bisa jadi transmisi penularan HPV.

    “Sangat penting bagi masyarakat, terutama perempuan, untuk memahami bahaya virus ini, serta terbuka dan berupaya melakukan pencegahan melalui langkah-langkah yang direkomendasikan,” ujar dokter Darrell.

    Merujuk data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 99 persen kasus kanker serviks disebabkan oleh HPV.

    Kanker serviks menempati urutan kedua dari jenis kanker yang paling umum ditemukan di perempuan, dengan sekitar 36.964 kasus baru dan angka kematian 20.708.

    Padahal, kanker serviks merupakan satu-satunya kanker yang dapat dicegah, salah satunya melalui imunisasi HPV yang terbukti efektif mengurangi risiko terjadinya kanker serviks hingga lebih dari 90 persen.

    Tak hanya kanker serviks, infeksi HPV ternyata menjadi penyebab berbagai jenis kanker berbahaya lainnya, seperti kanker vagina, kanker vulva, kanker orofaring (tenggorokan), dan kanker penis. 

    Di Indonesia, kanker leher rahim menduduki urutan kedua kanker paling berisiko bagi perempuan dengan 36.964 kasus baru pada tahun 2022, dan menjadi salah satu beban pembiayaan kesehatan terbesar. 

    Imunisasi menjadi bagian dari rangkaian penanggulangan dan pencegahan kanker serviks. 

    Selain vaksinasi, penerapan hidup bersih dan sehat (PHBS),  melakukan hubungan seksual yang aman dan hindari kontak seksual berisiko juga menjadi upaya yang harus dilakukan guna mencegah kanker serviks.

    Langkah pencegahan lain adalah dengan deteksi dini di usia 35-55 tahun.

  • Kematian Pneumonia di RI Nanjak 3 Kali Lipat, Ini Gejala Flu yang Bisa Jadi Komplikasi

    Kematian Pneumonia di RI Nanjak 3 Kali Lipat, Ini Gejala Flu yang Bisa Jadi Komplikasi

    Jakarta

    Kasus pneumonia di Indonesia meningkat lebih dari tiga kali lipat, begitu juga dengan total kematian dalam setahun. Kementerian Kesehatan RI mencatat 188 kematian akibat pneumonia pada 2024, sementara pada 2023 ‘hanya’ 52 jiwa.

    Kenaikan kasus pneumonia kerap dilaporkan di penghujung tahun Desember hingga awal Januari. Berikut datanya:

    2023

    2024

    Januari 2025

    Pneumonia merupakan salah satu komplikasi penyakit dari influenza. Spesialis penyakit dalam dr Rusli Zainudin lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai perbedaan gejala flu mulai memburuk atau rentan mengalami komplikasi.

    Flu yang umumnya termasuk dalam kategori ringan, disertai demam, hidung tersumbat, tetapi pulih dengan sendirinya dalam empat hingga sembilan hari. Sementara flu dengan komplikasi membutuhkan waktu perawatan lebih lama.

    “Biasanya tidak sembuh gejala flunya setelah empat hingga sembilan hari, demam makin tinggi, batuk menghebat,” terang pria yang kini menjabat Ketua Komite Medik RS Mary Cileungsi dan Kepala Instalasi HD di RSUD Ciawi, saat dihubungi detikcom, Sabtu (8/2/2024).

    “Timbul gejala sesak yang makin bertambah, nyeri dada, batuk-batuk dan demam yang tinggi.”

    dr Rusli juga mewanti-wanti risiko komplikasi flu yang mulai mengarah ke infeksi otak seperti meningitis. Pada kasus ini, kesadaran seseorang bisa menurun.

    Kondisi komplikasi influenza lebih rentan terjadi pada anak balita, lansia 65 tahun ke atas, wanita hamil, orang dengan gangguan imunitas rendah, hingga pasien asma dan penyakit paru obstruksi menahun (PPOK).

    Salah satu upaya mencegah risiko flu menjadi komplikasi adalah vaksinasi. Peluang keberhasilan mencegah gejala berat setelah divaksinasi mencapai 70 persen.

    “Mereka menjadi lebih sedikit terkena penyakit flu parah dan komplikasi,” pungkasnya.

    (sao/sao)

  • Pneumonia Mewabah di Jepang, Ini Imbauan Kemenkes untuk WNI yang Ingin Berlibur – Halaman all

    Pneumonia Mewabah di Jepang, Ini Imbauan Kemenkes untuk WNI yang Ingin Berlibur – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA — Kasus pneumonia di Jepang meningkat, Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) beri imbauan bagi warga negara Indonesia yang ingin berlibur ke negara matahari terbit itu.

    Juru bicara Kemenkes drg Widyawati berpesan bagi WNI yang ingin melancong ke Jepang untuk selalu berperilaku hidup sehat dan bersih.

    “Himbauannya selalu menjaga kesehatan, berperilaku hidup bersih dan sehat. Tidak ada pelarangan ke Jepang tetapi intinya adalah jaga kesehatan,” kata dia saat ditemui di kantor Kemenkes, Jakarta, Jumat (7/2/2025).

    Bagi mereka yang berisiko tinggi seperti anak dibawah dua tahun, lansia maupun orang dengan komorbid, disarankan untuk melengkapi diri dengan vaksinasi pneumonia maupun influenza.

    Juga rutin mencuci tangan dengan sabun untuk membantu mencegah kuman yang dapat menyebabkan pneumonia.

    Melalui pola hidup yang sehat maka bisa memperkuat sistem kekebalan tubuh dalam mencegah pneumonia.

    Jika mungkin, hindari kontak dekat dengan orang yang sakit, terutama mereka yang memiliki infeksi saluran pernapasan.

    “Jadi kembali lagi menjaga kesehatan, untuk mengantisipasi penyakit itu. Lakukan persiapan diri ketika hendak berpergian ke luar negeri,” ungkap dia.

    Sebelumnya, artis serial televisi Meteor Garden Barbie Hsu meninggal dunia saat berlibur ke Jepang. Ia tutup usia akibat komplikasi influenza yang berujung pneumonia.

    Selain Barbie Hsu, artis dan presenter Fenita Arie juga mengalami hal serupa sepulangnya ia dan suami Arie Untung dari Jepang.

    Fenita Arie didiagnosis pneumonia. Ia sempat mengalami kondisi kesehatan yang menurun.

    Fenita kini sudah dinyatakan sembuh dan kembali beraktivitas, setelah sempat dirawat di RS.

    “Alhamdulillah, sejak pulang dari Jepang tanggal 10, mimi masuk rumah sakit baru bisa beraktivitas hari Sabtu lalu dengan diagnosis pneumonia, padahal nggak pernah ada riwayat,” tulis Arie Untung dalam unggahannya.

    “Bulan lalu aku juga dirawat dengan diagnosis yang sama, ketika melihat berita Barbie Hsu meninggal dengan penyakit yang sama bahkan belum sempat kembali ke negaranya, bikin kita bersyukur atas segala nikmat kesembuhan ini,” lanjutny postingan tersebut.

    Gejala Pneumonia

    Selalu waspada dengan Pneumonia pada anak, mari pahami dan cari tahu bagaimana cara mencegahnya lewat langkah-langkah berikut ini (Shutterstock)

    Dikutip dari laman kemenkes, pneumonia atau yang sering disebut sebagai paru-paru basah, merupakan kondisi peradangan yang terjadi pada jaringan paru-paru.

    Akibatnya alveolus (kantong udara) terisi oleh cairan, sehingga paru-paru tidak dapat berfungsi dengan baik.

    Berikut ini adalah gejala-gejala yang biasanya muncul:

    • Demam disertai nyeri kepala dan tubuh menggigil.
    • Batuk tidak berdahak, atau berdahak dengan cairan mengandung nanah yang berwarna kekuningan.
    • Nyeri dada yang terasa ketika bernapas hingga napas yang pendek.
    • Mual, muntah, dan diare.
    • Rasa nyeri pada otot, sendi, serta mudah lelah.
    • Denyut nadi yang melemah hingga 100 kali per menit.

    Jika anggota keluarga mengalami kesulitan bernapas atau terjadi peningkatan frekuensi napas, segeralah bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang tepat. 

     

  • Stok Vaksin di Taiwan Menipis, Diborong Warga pasca Kematian Barbie Hsu

    Stok Vaksin di Taiwan Menipis, Diborong Warga pasca Kematian Barbie Hsu

    Jakarta

    Sejumlah rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Taiwan melaporkan lonjakan permintaan vaksin flu setelah aktris Taiwan Barbie Hsu meninggal di Jepang akibat pneumonia terkait influenza.

    Diberitakan VN Express, di Kota Tainan, lebih dari 7.400 dosis vaksin flu gratis awalnya tersedia, tetapi semuanya ludes dalam kurun waktu tiga jam setelah kabar meninggalnya Barbie Hsu.

    Departemen Kedokteran Keluarga di Rumah Sakit Taichung, di bawah Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan, juga melaporkan peningkatan tajam jumlah pasien pada sore itu. Lonjakan permintaan bahkan membanjiri situs web CDC Taiwan.

    Banyak orang memutuskan untuk divaksinasi setelah mengetahui kematian Hsu. Keluarganya mengonfirmasi bahwa dia meninggal karena pneumonia terkait influenza, dengan mencatat dia telah menunjukkan tanda-tanda peringatan kesehatan yang parah sebelum kematiannya.

    Hung Wei-chieh, Direktur Departemen Kedokteran Keluarga di Rumah Sakit E-Da, mengatakan kepada Taiwan News pada Selasa bahwa sebelum Tahun Baru Imlek, hanya ada sedikit minat untuk vaksinasi flu. Namun, dalam dua hari terakhir, banyak orang yang sebelumnya ragu-ragu telah secara proaktif mencari lokasi vaksinasi.

    Dalam konferensi pers darurat pada hari Senin (3/1), CDC Taiwan merilis statistik flu terbaru. Dari tanggal 19 hingga 25 Januari, terdapat 162.352 kunjungan rawat jalan dan gawat darurat untuk penyakit mirip flu, jumlah tertinggi untuk periode tersebut dalam 10 tahun terakhir.

    Pemerintah Taiwan juga akan membeli 100.000 dosis tambahan vaksin flu, yang diperuntukkan bagi kelompok berisiko tinggi, untuk memenuhi permintaan yang meningkat pada musim flu ini.

    Perdana Menteri Cho Jung-tai (卓榮泰) pada hari Kamis menyetujui pembelian 100.000 dosis tambahan vaksin yang didanai publik. Vaksin tersebut akan diberikan kepada kelompok berisiko tinggi, khususnya mereka yang berusia di atas 65 tahun, balita di atas 6 bulan, anak-anak prasekolah, dan individu lain yang ditetapkan CDC sebagai berisiko tinggi terkena influenza.

    (kna/naf)

  • Kasus Kanker di RI Diprediksi Meningkat 70 Persen di 2050, Inikah Pemicunya?

    Kasus Kanker di RI Diprediksi Meningkat 70 Persen di 2050, Inikah Pemicunya?

    Jakarta

    Jumlah kasus kanker di Indonesia terus mengalami peningkatan, bahkan diprediksi melonjak lebih dari 70 persen pada 2025. Hal ini bisa terjadi apabila langkah pencegahan dan deteksi dini tidak diperkuat.

    Saat ini, sekitar 400 ribu kasus baru kanker terdeteksi setiap tahunnya, dengan angka kematian mencapai 240 ribu kasus. Tanpa intervensi yang efektif, beban kanker akan semakin besar, baik dari segi kesehatan masyarakat maupun ekonomi.

    Wakil Menteri Kesehatan RI Prof Dante Saksono Harbuwono menegaskan bahwa kanker tidak hanya menjadi tantangan medis, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi yang kompleks.

    Biaya pengobatan yang tinggi, hilangnya produktivitas, serta dampak psikologis bagi pasien dan keluarga menjadi beban berat yang harus ditangani.Oleh karena itu, deteksi dini menjadi strategi utama yang terus diperkuat.

    Di Indonesia, deteksi dini kanker masih menjadi tantangan. Banyak pasien datang dalam kondisi stadium lanjut, sehingga tingkat keberhasilan pengobatan menurun dan biaya perawatan meningkat.

    Padahal, hingga 50 persen kasus kanker bisa dicegah dengan pola hidup sehat seperti menjaga pola makan, rutin berolahraga, tidak merokok, menghindari alkohol, serta menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala.

    Di sisi lain, Kemenkes bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggelar skrining kanker serviks gratis selama bulan Februari di seluruh Puskesmas bagi perempuan yang sudah menikah.

    Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta drg Ani Ruspitawati menekankan bahwa kanker payudara dan kanker serviks menjadi jenis kanker dengan angka kejadian tertinggi di Indonesia. Oleh karena itu, akses masyarakat terhadap layanan skrining harus diperluas agar deteksi dini bisa dilakukan lebih masif.

    Pemerintah juga terus mendorong vaksinasi HPV bagi anak perempuan usia 11-12 tahun untuk mencegah kanker serviks sejak dini. Program ini telah menjadi bagian dari Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dan terus diperluas cakupannya.

    Selain pendekatan medis, pemerintah mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pengendalian kanker. Stigma terhadap pasien kanker seringkali menjadi hambatan dalam deteksi dini dan pengobatan. Dukungan moral, empati, dan kepedulian dari lingkungan sekitar sangat dibutuhkan agar pasien dapat menjalani perawatan dengan lebih baik.

    Peringatan Hari Kanker Sedunia menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa kanker bisa dicegah dan dideteksi lebih awal. Dengan skrining rutin, pola hidup sehat, serta kolaborasi semua pihak, angka kejadian dan kematian akibat kanker dapat ditekan.

    “Jangan menunggu sakit untuk peduli terhadap kesehatan. Pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Mulailah dengan pola hidup sehat dan rutin lakukan pemeriksaan kesehatan,” ujar Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dikutip dari laman Kemenkes.

    (suc/suc)