Event: vaksinasi

  • Sebelum Terlambat! Lakukan 10 Cara Ini untuk Mencegah Usus Buntu

    Sebelum Terlambat! Lakukan 10 Cara Ini untuk Mencegah Usus Buntu

    Jakarta, Beritasatu.com – Penyakit usus buntu atau apendisitis merupakan kondisi peradangan pada usus buntu yang dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan cepat. Salah satu langkah penting dalam menjaga kesehatan pencernaan adalah memahami cara mencegah penyakit usus buntu dengan menerapkan gaya hidup sehat.

    Beberapa faktor risiko, seperti pola makan yang buruk, dehidrasi, dan kebiasaan tidak sehat, dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya apendisitis. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui langkah-langkah efektif dalam mencegah kondisi ini.

    Berikut ini 10 cara mencegah penyakit usus buntu, dikutip dari laman Medical News Today, Rabu (26/2/2025).

    Cara Mencegah Penyakit Usus Buntu

    1. Menjaga hidrasi yang cukup

    Asupan cairan yang cukup sangat penting untuk mendukung kesehatan sistem pencernaan. Dehidrasi dapat menyebabkan konstipasi, yang berisiko menyumbat usus dan memicu peradangan. Disarankan untuk mengonsumsi minimal 8 gelas air per hari atau lebih jika memiliki aktivitas fisik yang tinggi. Menjaga tubuh tetap terhidrasi adalah salah satu cara mencegah penyakit usus buntu yang paling sederhana dan efektif.

    2. Mengonsumsi makanan kaya serat

    Serat membantu memperlancar pencernaan dan mencegah konstipasi, yang dapat menjadi pemicu peradangan usus buntu. Sumber serat yang baik meliputi buah-buahan seperti apel dan pir, sayuran seperti brokoli dan wortel, serta biji-bijian utuh seperti oatmeal dan beras merah. Pola makan tinggi serat tidak hanya baik untuk usus buntu, tetapi juga mendukung kesehatan pencernaan secara keseluruhan.

    3. Rutin berolahraga

    Aktivitas fisik dapat meningkatkan motilitas usus, sehingga membantu mencegah konstipasi dan menjaga kesehatan sistem pencernaan. Olahraga seperti berjalan cepat, bersepeda, atau yoga setidaknya 150 menit per minggu dapat membantu mengurangi risiko gangguan pencernaan.

    4. Menghindari makanan olahan

    Makanan tinggi lemak jenuh dan rendah serat, seperti makanan cepat saji dan makanan olahan, dapat memperlambat pencernaan dan meningkatkan risiko penyumbatan pada usus. Sebaiknya kurangi konsumsi makanan ini dan ganti dengan makanan alami yang lebih bergizi untuk menjaga kesehatan usus.

    5. Mengelola stres dengan baik

    Stres dapat berdampak negatif pada sistem pencernaan dan meningkatkan risiko gangguan usus. Teknik relaksasi seperti yoga, meditasi, atau latihan pernapasan dapat membantu mengurangi stres dan menjaga keseimbangan pencernaan. Dengan mengelola stres dengan baik, risiko terkena penyakit usus buntu juga dapat diminimalkan.

    6. Menghindari kebiasaan merokok

    Merokok dapat memengaruhi fungsi usus dan meningkatkan risiko peradangan pada saluran pencernaan, termasuk usus buntu. Berhenti merokok tidak hanya membantu menjaga kesehatan usus tetapi juga mengurangi risiko berbagai penyakit kronis lainnya.

    7. Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin

    Pemeriksaan medis secara berkala dapat membantu mendeteksi masalah pencernaan sejak dini. Beberapa kondisi yang memiliki gejala mirip dengan apendisitis, seperti divertikulitis, dapat dicegah melalui diagnosis dan perawatan yang tepat waktu.

    8. Mendapatkan vaksinasi dan pengobatan infeksi

    Infeksi tertentu, seperti tifus dan infeksi saluran pencernaan, dapat meningkatkan risiko peradangan usus buntu. Mendapatkan vaksinasi dan menjalani pengobatan yang tepat untuk penyakit menular dapat membantu mengurangi risiko terkena apendisitis.

    9. Mewaspadai gejala awal

    Memahami gejala awal apendisitis, seperti nyeri perut yang tajam di sisi kanan bawah, mual, muntah, dan demam, sangat penting untuk mendapatkan perawatan medis tepat waktu. Semakin cepat kondisi ini ditangani, semakin kecil kemungkinan terjadinya komplikasi serius seperti perforasi usus.

    10. Segera kunjungi dokter

    Jika mengalami nyeri perut yang tidak biasa, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter. Mengabaikan gejala apendisitis dapat menyebabkan infeksi menyebar ke seluruh perut, yang dapat berakibat fatal.

    Menerapkan pola hidup sehat merupakan langkah utama dalam cara mencegah penyakit usus buntu. Dengan menjaga pola makan, hidrasi, serta kebiasaan sehari-hari yang baik, risiko terkena apendisitis dapat diminimalkan. Kesadaran akan pentingnya pencegahan tidak hanya membantu melindungi kesehatan usus, tetapi juga mendukung kesejahteraan tubuh secara keseluruhan.

  • Hotman Paris Digigit Berang-Berang, Ini Pertolongan Pertama yang Harus Dilakukan – Halaman all

    Hotman Paris Digigit Berang-Berang, Ini Pertolongan Pertama yang Harus Dilakukan – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Pengacara kondang Hotman Paris digigit berang-berang saat sedang bermain dengan binatang peliharaannya tersebut dan membuatnya harus dilarikan ke Singapura untuk menjalani pengobatan.

    Belajar dari kasus Hotman Paris, meski jarang terjadi gigitan berang-berang ke manusia.

    Namun hal itu bisa menjadi fatal seperti yang terjadi Belarusia. Seorang nelayan menghembuskan nafas usai digigit berang-berang pada 2013.

    Selain anjing dan kucing, berang-berang dimungkinkan juga bisa menularkan rabies menurut berbagai sumber.

    Karena itu penting untuk melakukan vaksinasi rutin untuk hewan peliharaan.

    Dikutip dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), berikut penanganan luka gigitan/cakaran oleh hewan  penular Rabies.

    Segera cuci luka gigitan/cakaran anjing, kucing, kera, dan hewan penular rabies lainnya dengan menggunakan deterjen/sabun dan air mengalir selama 15 menit kemudian berikan antiseptic.

    Segera kunjungi Puskesmas atau RS terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesuai SOP.

    Segera hubungi Dinas Peternakan untuk melaporkan hewan penggigit.

    Ciri-ciri rabies pada manusia berupa demam, mual, sakit tenggorokan, sakit kepala hebat, gelisah, takut air (hydrophobia), takut cahaya (photophobia), air liur berlebihan (hipersalivasi).

    Sebelumnya, Hotman Paris ambruk di persidangan. Kondisi kesehatan Hotman Paris drop diduga karena gigitan berang-berang

    Hotman Paris menceritakan ihwal sakitnya dalam postingan Instagram pribadinya.

    Pada 8 Februari 2025 pukul 04.00 pagi, Hotman sempat berenang di kolam renang pribadi bersama berang-berang peliharaannya.

    Namun naasnya, berang-berang tersebut kemudian menggigit Hotman. Pasca kejadian itu, ia langsung mendapatkan suntikan tetanus.

    “Binatang peliharaan saya menggigit saya, kemudian saya berangkat injeksi tetanus,” lanjutnya.

    Setelah kejadian itu, Hotman kembali sibuk bekerja dan menjalani berbagai syuting hingga membuat ia kelelahan dimana puncaknya ia jatuh pingsan di persidangan Razman Nasution pada Kamis lalu.

    Hotman mengaku sebelum menjadi sidang itu, dirinya harus begadang untuk melakoni rapat maraton.

    Ia sempat dirawat intensif di RS di Jakarta selama dua hari setelah pingsan.

    Kesehatannya menurun karena HB darah drop sehingga harus dilakukan transfusi darah.
    Meski sudah membaik, putra sulungnya,  Frank Alexander Hutapea tetap memboyong sang ayah untuk pemeriksaan lengkap di Singapura.

    Tak tanggung-tanggung, sang putra bahkan sampai menyiapkan pesawat pribadi untuk mengantarkan Hotman.

    Laporan Reporter: Rina Ayu Pancarini

  • Gigitan Berang-berang seperti Dialami Hotman Paris Bisa Berakibat Kematian, Ketahui Penanganannya – Halaman all

    Gigitan Berang-berang seperti Dialami Hotman Paris Bisa Berakibat Kematian, Ketahui Penanganannya – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengacara kondang, Hotman Paris melakukan pemeriksaan lanjutan  ke rumah sakit di Singapura usai ambruk di persidangan baru-baru ini.

    Menurunnya kondisi kesehatan pria asal Batak ini diduga berawal dari dirinya yang digigit berang-berang, hewan peliharaannya di rumah.

    Ia menceritakan ihwal sakitnya dalam postingan Instagram pribadinya.

    Pada tanggal 8 Februari lalu, sekira pukul 04.00 pagi, Hotman sempat berenang dengan berang-berang.

    Namun naasnya, berang-berang itu menggigit Hotman.

    Pascakejadian, ia langsung mendapatkan suntikan tetanus.

    BERANG-BERANG – Binatang berang-berang bukan untuk dipelihara di rumah. Meski jinak, berang-beramg memiliki naluri liar sebagai makhluk di alam bebas. (Newscientist/ Kompas.com)

    “Binatang peliharaan saya menggigit saya, kemudian saya berangkat injeksi tetanus,” lanjutnya.

    Setelah kejadian itu, Hotman kembali sibuk bekerja dan menjalani berbagai syuting hingga membuat ia kelelahan.

    Puncaknya, Hotman jatuh pingsan di persidangan Razman Nasution pada Kamis lalu.

    Hotman mengaku sebelum menjadi sidang itu, dirinya harus begadang untuk melakoni rapat maraton.

    Ia sempat dirawat intensif di RS di Jakarta selama dua hari setelah pingsan.

    Kesehatannya menurun karena HB darah drop sehingga harus dilakukan transfusi darah.

    Meski sudah membaik, putra sulungnya, Frank Alexander Hutapea tetap memboyong sang ayah untuk pemeriksaan lengkap di Singapura.

    Tak tanggung-tanggung, sang putra bahkan sampai menyiapkan pesawat pribadi untuk mengantarkan Hotman.

    Belajar dari kasus Hotman, meski jarang terjadi gigitan berang-berang pada manusia.

    Namun, hal itu bisa menjadi fatal seperti yang terjadi Belarusia. Seorang nelayan menghembuskan napas usai digigit berang-berang pada 2013.

    Selain anjing dan kucing, berang-berang dimungkinkan juga bisa menularkan rabies menurut berbagai sumber.

    Karena itu penting untuk melakukan vaksinasi rutin untuk hewan peliharaan.

    Dikutip dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), berikut penanganan luka gigitan/cakaran oleh hewan penular Rabies.

    Segera cuci luka gigitan/cakaran anjing, kucing, kera, dan hewan penular rabies lainnya dengan menggunakan deterjen/sabun dan air mengalir selama 15 menit kemudian berikan antiseptic.

    Segera kunjungi Puskesmas atau RS terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesuai SOP.

    Segera hubungi Dinas Peternakan untuk melaporkan hewan penggigit.

    Adapun ciri-ciri Rabies pada manusia berupa demam, mual, sakit tenggorokan, sakit kepala hebat, gelisah, takut air (hydrophobia), takut cahaya (photophobia), air liur berlebihan (hipersalivasi).

     

  • Rayakan Hut Immunicare ke-6: Bio Farma Gelar Fun Run “Enam Tahun Dedikasi

    Rayakan Hut Immunicare ke-6: Bio Farma Gelar Fun Run “Enam Tahun Dedikasi

    JABAR EKSPRES – Klinik Vaksinasi Imunicare Bio Farma merayakan hari jadi ke-6 dengan menggelar kegiatan Fun Run dengan tema Enam Tahun Dedikasi – Solution to Immunity di Kantor Pusat Bio Farma, Bandung, Minggu 23 Februari 2025.

    Kegiatan ini diikuti oleh 500 peserta yang terdiri dari karyawan Bio Farma, stakeholder Bio Farma, komunitas pelari, serta masyarakat umum.

    Rangkaian Fun Run HUT Immunicare ke – 6 yang terdiri atas Fun Run dengan rute sejauh 6 kilometer, Fun Football Match, Talkshow Kesehatan, serta Vaksinasi & Layanan Pemeriksaan Kesehatan.

    Baca juga : Kolaborasi Percepatan Penanganan Pandemi, Bio Farma Terima Kunjungan dari CEO CEPI

    Kegiatan dibuka Direktur Medis dan Hubungan Kelembagaan Bio Farma, Sri Harsi Teteki dan dihadiri Ketua Forum Jawa Barat Sehat, Atalia Praratya, serta turut hadir sebagai bintang tamu, Pemain Legenda Klub Sepakbola Persib Bandung, di antaranya Tantan Dzalikha dan Atep Rizal.

    Direktur Medis dan Hubungan Kelembagaan Bio Farma, Sri Harsi Teteki menyampaikan bahwa pola hidup sehat dapat dimulai dengan hal yang relatif sederhana dan terjangkau.

    “Menjaga kesehatan itu dapat dilakukan dengan banyak cara. Di antaranya menerapkan pola hidup sehat, mengkonsumsi makanan bergizi, berkegiatan olahraga secara teratur, serta istirahat yang cukup. Namun di saat cuaca yang tidak menentu seperti sekarang, kami dari Immunicare juga memberikan rekomendasi untuk melakukan Update Imun secara berkala, salah satunya dengan vaksinasi,” ungkap Teki usai membuka rangkaian kegiatan.

    Teki memastikan, Bio Farma melalui Immunicare akan terus berkontribusi agar menjadi Solusi Kesehatan Masyarakat.

    “Dengan produksi vaksin di Bio Farma yang telah teruji kualitasnya serta sebaran layanan klinik vaksinasi Immunicare. Kami harap dengan seiring bertambahnya usia, Immunicare dapat senantiasa memberikan kontribusi lebih kepada masyarakat dan dapat menjadi Solusi bagi kesehatan dan imunitas Masyarakat Indonesia,” jelas Teki.

    Baca juga : Bio Farma Group Dukung UMKM Binaan dalam Inacraft 2025: Wujud Nyata Sustainability dan Kolaborasi

    Selain kegiatan Fun Run, HUT Immunicare ke-6 dimeriahkan dengan acara Talkshow “Pencegahan Influenza dan Kanker Serviks” dengan Ketua Forum Jawa Barat Sehat, Atalia Praratya sebagai narasumber.

  • PWI Malang Raya dan PDHI Jatim II Gelar Pemeriksaan Hewan Gratis di CFD, Warga Antusias

    PWI Malang Raya dan PDHI Jatim II Gelar Pemeriksaan Hewan Gratis di CFD, Warga Antusias

    Malang (beritajatim.com) – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Malang Raya bersama Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Jatim II menggelar pemeriksaan kesehatan hewan peliharaan secara gratis di Car Free Day (CFD) Jalan Ijen, Kota Malang, Minggu (23/2/2025).

    Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2025 serta Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 PWI Malang Raya.

    Antusiasme masyarakat cukup tinggi terhadap acara ini. Banyak pemilik hewan peliharaan, seperti anjing dan kucing, yang memanfaatkan layanan pemeriksaan gratis. Koordinator Bidang Sosial Masyarakat PDHI Jatim II, drh. Hari Setiyono, menjelaskan bahwa pemeriksaan yang dilakukan meliputi penimbangan berat badan, pengecekan suhu tubuh, serta pemeriksaan detak jantung jika diperlukan.

    Selain itu, kegiatan ini juga menjadi ajang kampanye kesadaran terhadap pentingnya perawatan hewan peliharaan secara rutin. “Kuotanya ada 50. Kami sebelumnya telah membuka link pendaftaran, sehingga peserta yang sudah registrasi tinggal menunjukkan bukti data mereka di lokasi,” ujar Hari.

    Bagi pemilik hewan yang datang tanpa mendaftar sebelumnya, PDHI Jatim II dan PWI Malang Raya tetap memberikan layanan selama kuota masih tersedia. Hingga pukul 08.15 WIB, lebih dari lima peserta tercatat datang secara on the spot untuk memanfaatkan layanan ini.

    Hari menekankan pentingnya pemeriksaan rutin bagi hewan peliharaan, terutama dalam pencegahan penyakit rabies yang bisa membahayakan hewan maupun pemiliknya. “Kami cukup fokus pada pencegahan rabies. Idealnya, hewan peliharaan harus mendapatkan vaksinasi booster secara berkala, sesuai dengan jenis vaksinnya,” ujarnya.

    Selain pemeriksaan kesehatan, PDHI Jatim II juga membagikan susu gratis kepada pengunjung CFD yang melewati area stand mereka. Inisiatif ini merupakan bagian dari dukungan terhadap program pemerintah dalam meningkatkan konsumsi makanan bergizi di masyarakat.

    Salah satu warga Kota Malang, Jordan, mengaku senang dengan adanya layanan pemeriksaan hewan gratis ini. Ia membawa dua anjing peliharaannya, yaitu anjing Kintamani dan Husky, untuk diperiksa kesehatannya.

    “Saya baru pertama kali ke CFD membawa anjing peliharaan, dan kebetulan teman-teman komunitas memberi tahu ada pemeriksaan gratis. Saya ingin memastikan kondisi kesehatannya sebelum nanti divaksin,” ujar Jordan.

    Ketua PWI Malang Raya, Cahyono, menuturkan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk sinergi antara profesi wartawan dan dokter hewan dalam memberikan manfaat bagi masyarakat.

    “Melalui HPN ini, kami merangkul organisasi lintas profesi, salah satunya PDHI Jatim II. Kami ingin menunjukkan bahwa keberadaan PWI bukan hanya sebatas pemberitaan, tetapi juga bisa memberikan dampak positif melalui kegiatan sosial seperti ini,” ujar Cahyono. [luc/suf]

  • Pendidikan di Pakistan Dapat Sorotan, Menutup Kesenjangan Infrastruktur dan Sumber Daya – Halaman all

    Pendidikan di Pakistan Dapat Sorotan, Menutup Kesenjangan Infrastruktur dan Sumber Daya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sekolah-sekolah di Pakistan kekurangan infrastruktur dan fasilitas dasar. 

    Hal tersebut berdampak terhadap kualitas pendidikan hingga meningkatkan angka putus sekolah. 

    Dikutip dari Islam Khabar, Sabtu (22/2/2025), sekitar 26 juta anak Pakistan masih belum mendapatkan pendidikan dasar formal pada 2024.

    Bahkan, sekitar 80 persen anak-anak putus sekolah, tidak melanjutkan sekolah karena orang tua mengkhawatirkan rendahnya kualitas pendidikan di sekolah negeri Pakistan. 

    Fakta itu dikutip dari Laporan Indeks Kinerja Pendidikan Distrik terbaru dari Komisi Perencanaan.

    Pakar pendidikan Pakistan Nazeer Ahmed Arijo menyinggung pernyataan politikus di sana, yang menurutnya adalah bualan. Terutama, terkait reformasi revolusioner di sektor pendidikan. Dia mengatakan putranya menolak pergi ke sekolah karena panas terik dan kurangnya listrik. 

    “Seluruh bangunan sistem pendidikan negeri kita berdiri di atas fondasi yang rapuh, infrastruktur yang rusak, buku teks yang sudah ketinggalan zaman, dan kurikulum yang gagal mempersiapkan siswa menghadapi dunia modern,” kata Arijo.

    Sekitar setengah dari sekolah negeri di Pakistan tidak memiliki fasilitas toilet dasar. Termasuk ruang kelas yang layak, ungkap Laporan Statistik Pendidikan Pakistan. 

    Hal ini menunjukkan betapa situasi di daerah-daerah terpencil dan terlantar sangat memprihatinkan. Sekitar 77 persen sekolah dasar di provinsi Balochistan tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman.

    Sementara itu, di Kashmir yang dikelola Pakistan, jumlah tersebut mencapai 69 persen. Bahkan toilet hilang di 77 persen dan 58 persen sekolah dasar di Balochistan dan Kashmir yang dikelola Pakistan.

    Menurut Laporan Statistik Pendidikan Pakistan terbaru, angka putus sekolah adalah 38 persen. Kurangnya infrastruktur yang memadai menjadi penyebab utama tingginya angka putus sekolah. Hal tersebut, disebabkan kesalahan tata kelola dan kelalaian birokrasi.

    “Meskipun pentingnya pendidikan tidak dapat disepelekan, bukankah pemerintah melakukan pelanggaran konstitusi jika banyak anak-anak di negara ini putus sekolah?” kata Direktur Regional Institut Diplomasi dan Hak Asasi Manusia AS yang berbasis di Washington DC, Muhammad Asad.

    Gaji Guru Tak Layak

    Guru di Pakistan disebutkan terpaksa melakukan kegiatan non-inti seperti pendaftaran pemilih dan vaksinasi polio.

    Sementara banyak guru terlibat dalam membina hubungan politik.

    Hal ini telah menyebabkan keruntuhan pendidikan, kata analis ekonomi Gulab Umid. 

    “Alih-alih membina generasi muda, banyak guru yang berfokus pada mempertahankan kesetiaan politik untuk mengamankan posisi mereka. Hal ini berkontribusi pada penurunan cepat standar akademik di seluruh negeri,” katanya.

    Indikator utama pendidikan di Pakistan buruk meskipun terdapat banyak inisiatif kebijakan, hal ini disebabkan oleh implementasi kebijakan yang tidak konsisten, ketidakstabilan politik, inefisiensi birokrasi, dan kurangnya akuntabilitas, kata peneliti dan analis kebijakan Amal Kamal. 

    “Sistem pendidikan Pakistan menghadapi banyak sekali tantangan, dengan kelemahan struktural dan kebijakan yang menghambat kemampuannya untuk memberikan pendidikan berkualitas bagi bangsa. Selain itu, pendidikan di negara kita mengalami kekurangan dana yang kronis, sehingga menyebabkan kekurangan sumber daya dan kesulitan memenuhi kebutuhan populasi yang terus bertambah,” katanya.

    Anggaran Pendidikan Tak Mengalir

    Banyak sekolah di Pakistan, khususnya yang berada di daerah pedesaan tidak memiliki peralatan dasar dan bahkan listrik.

    Provinsi Khyber Pakhtunkhwa tidak mengeluarkan satu sen pun meskipun ada alokasi anggaran. 

    “Kami membutuhkan 30 kipas langit-langit lagi tetapi tidak punya uang untuk membelinya. Sekolah kami terletak di daerah kanton. Jika kondisinya sangat memprihatinkan, Anda bisa membayangkan hal-hal yang terjadi di sekolah-sekolah negeri yang beroperasi di daerah-daerah terpencil di provinsi ini,” kata seorang guru dari Khyber Pakhtunkhwa.

    Rusaknya infrastruktur sekolah negeri menghalangi siswa untuk bersekolah dan kuliah, kata Mushtaq Chhapra, salah satu pendiri The Citizen Foundation (TCF), jaringan sekolah amal terbesar di Pakistan. 

    “Sekolah-sekolah pemerintah ditutup. Mereka berada dalam kondisi terpuruk. Guru tidak pergi ke sekolah. Tidak ada toilet, tidak ada perabotan, dan bahkan tidak ada buku. Tidak ada seorang pun yang bertanggung jawab, itulah inti masalah dalam sistem kami,” katanya.

    Umid mengatakan korupsi yang merajalela dan salah urus yang dilakukan oleh penguasa telah menyebabkan jutaan anak tidak memiliki pendidikan dasar, sehingga membuat mereka tidak siap menghadapi tantangan modern. 

    “Penyebab utama kejatuhan ini adalah pengabaian pemerintah terhadap pendidikan. Kesengsaraan ekonomi, kesenjangan sosial, dan ketidakstabilan politik di Pakistan semuanya terkait dengan rendahnya pendidikan penduduk. Masa depan Pakistan tergantung pada keseimbangan,” katanya.

    SUMBER

  • Cacar Api Bisa Sebabkan Nyeri Saraf Bertahun-Tahun, Ini Penjelasan Ahli – Halaman all

    Cacar Api Bisa Sebabkan Nyeri Saraf Bertahun-Tahun, Ini Penjelasan Ahli – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Herpes Zoster atau yang lebih dikenal dengan cacar api merupakan penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella-Zoster (VZV).

    Virus ini awalnya menyebabkan cacar air dan tetap berada dalam tubuh dalam kondisi tidak aktif selama bertahun-tahun.

    Namun, pada kondisi tertentu, terutama ketika sistem kekebalan tubuh melemah, virus ini dapat kembali aktif dan menyebabkan Herpes Zoster.

    Penyakit ini lebih sering terjadi pada orang dewasa, khususnya mereka yang berusia di atas 50 tahun.

    Seiring bertambahnya usia, daya tahan tubuh seseorang semakin menurun, sehingga risiko terkena Herpes Zoster pun meningkat.

    Selain itu, mereka yang memiliki penyakit penyerta, seperti diabetes, penyakit kardiovaskular, atau gangguan autoimun, juga lebih rentan terhadap infeksi ini.

    “Seiring bertambahnya usia, sistem imun tubuh melemah, sehingga risiko seseorang terkena Herpes Zoster semakin tinggi,” kata Head of Medical Adult Vaccine GSK Indonesia, dr Johan Wijoyo di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (20/2/2025).

    “Lansia juga lebih rentan mengalami komplikasi serius akibat penyakit ini, seperti nyeri berkepanjangan atau gangguan saraf,” lanjutnya.

    Cacar api biasanya ditandai dengan munculnya ruam merah yang terasa nyeri di satu sisi tubuh atau wajah.

    Ruam ini dapat berkembang menjadi lepuhan yang berisi cairan dan membutuhkan waktu pemulihan sekitar dua hingga empat minggu.

    Sebelum ruam muncul, penderita seringkali mengalami gejala awal seperti sensasi terbakar atau nyeri pada area tertentu di tubuh, demam ringan, sakit kepala, dan kelelahan.

    Salah satu komplikasi paling umum dari cacar api adalah Nyeri Pasca Herpes (NPH), yaitu nyeri saraf yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah ruam sembuh.

    Menurut dr. Johan, kondisi ini dapat berdampak signifikan terhadap kualitas hidup pasien, terutama lansia.

    “Beberapa pasien yang mengalami NPH mengeluhkan kesulitan tidur, sulit bergerak, dan bahkan mengalami gangguan emosional seperti depresi karena nyeri yang tak kunjung hilang,” jelasnya.

    Selain NPH, cacar api juga dapat menyebabkan komplikasi lain seperti gangguan penglihatan apabila infeksi terjadi di sekitar mata, gangguan pendengaran dan keseimbangan jika virus menyerang saraf di sekitar telinga, serta infeksi bakteri pada luka lepuhan.

    Pada kasus yang lebih parah, penyakit ini bahkan bisa menyebabkan radang otak atau ensefalitis.

    Karena tingginya risiko yang ditimbulkan oleh Herpes Zoster, pencegahan menjadi langkah terbaik untuk melindungi kesehatan, terutama bagi lansia.

    Selain menjaga pola hidup sehat, vaksinasi telah terbukti sebagai cara efektif untuk mengurangi risiko infeksi dan komplikasinya.

    Satgas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) telah merekomendasikan vaksinasi cacar api bagi orang dewasa berusia di atas 50 tahun serta individu berusia 18 tahun ke atas dengan kondisi imunokompromais.

    “Dengan meningkatnya populasi lansia di Indonesia, penting bagi kita untuk menyadari risiko penyakit yang bisa dicegah dengan vaksinasi, termasuk Cacar api. Vaksinasi bukan hanya melindungi individu, tetapi juga membantu mengurangi beban kesehatan di masyarakat,” tutur dr​ Johan.

    Cacar api bukan sekadar penyakit ringan yang bisa diabaikan. Dengan memahami risikonya dan mengambil langkah pencegahan yang tepat, masyarakat dapat melindungi diri serta orang-orang terdekat dari dampak penyakit ini.

     

  • Kementan Catat Kasus PMK Sapi Menurun, Ini Datanya

    Kementan Catat Kasus PMK Sapi Menurun, Ini Datanya

    Jakarta

    Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat penurunan jumlah kasus penyakit mulut dan kuku (PMK). PMK sempat mencapai 2.412 kasus per minggu pada awal Januari 2025.

    Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan Agung Suganda mengatakan saat ini kasus menurun drastis menjadi hanya 182 kasus pada pekan ketiga Februari 2025.

    “Kita tidak boleh lengah. Pengawasan lalu lintas ternak harus tetap diperketat, dan vaksinasi akan terus kami tingkatkan,” tegas Agung, dalam keterangannya, Kamis (20/2/2025).

    Kementan memastikan akan terus menggenjot vaksinasi PMK. Sebagai langkah strategis pengendalian PMK, Kementerian Pertanian sejak awal tahun sudah menyalurkan 1,4 juta dosis vaksin PMK ke berbagai provinsi untuk mendukung Bulan Vaksinasi PMK Februari 2025.

    “Distribusi ini menjadi langkah strategis dalam pengendalian PMK agar tidak kembali merebak,” terangnya.

    Direktur Kesehatan Hewan Kementan, Imron Suandy mengungkapkan untuk terus menekan jumlah kasus, pihaknya akan mendorong kolaborasi dengan pemerintah daerah dan swasta.

    “Di samping menyalurkan vaksin PMK dari Kementan, kami juga mendorong partisipasi pemerintah daerah dan sektor swasta untuk pengadaan dan operasionalisasi vaksin sebagai bentuk tanggung jawab bersama pengendalian dan penanggulangan PMK,” terangnya.

    Bersambung ke halaman berikutnya. Langsung klik

    Sebelumnya, Provinsi Jawa Timur yang merupakan wilayah endemis, tampak mulai bangkit. Program vaksinasi efektif dalam menekan jumlah kasus. Misalnya, Lamongan, pemerintah daerah menggelar vaksinasi serentak sebagai upaya pencegahan. Di Kota Kediri, vaksinasi masif sejak tahun lalu berhasil menekan angka kasus, dengan target rampung sebelum April 2025.

    “Perkembangannya cukup baik, tapi vaksinasi harus tetap berjalan,” ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Kediri M. Ridwan.

    Di Mojokerto, sebanyak 38 ribu dosis vaksin telah diberikan dengan target nol kasus pada saat Ramadan nanti . Kemudian di Trenggalek, vaksinasi menjadi kunci pengendalian PMK.

    Seiring dengan menurunnya kasus PMK, pasar hewan khusus kambing dan domba kembali dibuka. Pasar hewan di Tikung dan Babat, Lamongan, juga resmi kembali beroperasi. Di Jombang, sepuluh pasar hewan telah dibuka setelah tren kasus melandai. Kabar baik juga datang dari Provinsi Aceh yang telah berhasil mengendalikan PMK.

    Pj. Gubernur Aceh, Achmad Marzuki, mengonfirmasi bahwa sudah tidak adanya laporan kejadian baru selama tiga minggu terakhir. Keberhasilan ini tidak lepas dari vaksinasi yang masif dan pengawasan ketat terhadap pergerakan ternak.

    Tak berbeda jauh, kasus PMK Di Jawa Tengah juga terus menurun. Tetapi pemerintah tetap mengingatkan peternak agar tidak lengah. Di Boyolali, tren kasus menunjukkan penurunan, dengan vaksinasi terus digalakkan untuk memastikan perlindungan ternak.

    Di Blora, pasar hewan kembali dibuka setelah sebelumnya ditutup akibat lonjakan kasus. Sementara itu, di Sragen, meskipun kasus menurun, pasar hewan setempat masih belum diizinkan beroperasi.

    “Peternak harus tetap menjalankan protokol pencegahan,” kata Plt Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng Hariyanta Nugraha.

    Sementara itu, Pasar Hewan Imogiri Bantul, DI Yogyakarta, kembali beroperasi setelah sempat ditutup akibat lonjakan kasus. “Kami membuka pasar kembali karena kasus PMK sudah melandai,” ujar Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan, dan Perikanan Bantul Imawan Eko Handriyanto.

  • Mengenal Cacar Api: Penyebab, Gejala, dan Cara Pencegahannya – Halaman all

    Mengenal Cacar Api: Penyebab, Gejala, dan Cara Pencegahannya – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Cacar Api atau Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella-Zoster (VZV), virus yang sama yang menyebabkan Cacar Air. 

    Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, terutama individu berusia di atas 50 tahun atau mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah. 

    Jika tidak ditangani dengan baik, Cacar Api bisa menimbulkan komplikasi serius yang berdampak pada kualitas hidup penderitanya.

    Penyebab dan Cara Penularan

    Setelah seseorang sembuh dari Cacar Air, virus Varicella-Zoster tidak hilang sepenuhnya dari tubuh, melainkan tetap dorman (tidak aktif) di dalam saraf. 

    Seiring waktu, virus ini dapat aktif kembali dan menyebabkan Cacar Api. 

    “Faktor pemicunya bisa bermacam-macam, seperti stres, penuaan, atau kondisi medis yang melemahkan sistem imun, seperti diabetes, kanker, dan penyakit autoimun,” kata dr. Johan Wijoyo, Head of Medical Adult Vaccine, GSK Indonesia di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (20/2/2025).

    Meski demikian, Cacar Api tidak bisa menular langsung dari satu orang ke orang lain. 

    Namun, seseorang yang belum pernah mengalami Cacar Air bisa tertular virus Varicella-Zoster dari penderita Cacar Api yang sedang dalam fase ruam melepuh. 

    Jika tertular, orang tersebut tidak akan langsung terkena Cacar Api, melainkan mengalami Cacar Air terlebih dahulu.

    Untuk mencegah penularan, individu yang sedang mengalami Cacar Api aktif dianjurkan untuk menutup ruamnya dan menghindari kontak langsung dengan kelompok rentan, seperti lansia dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah. 

    Setelah ruam melepuh mengering, risiko penularan virus pun hilang.

    Gejala Cacar Api

    Cacar Api umumnya muncul sebagai ruam merah yang terasa gatal dan menyakitkan pada satu sisi tubuh atau wajah. 

    Ruam ini biasanya berkembang menjadi lepuhan berisi cairan yang dapat sembuh dalam waktu 2 hingga 4 minggu. Sebelum ruam muncul, penderita sering kali mengalami gejala awal seperti:

    Sensasi terbakar atau nyeri pada area tertentu di tubuh seperti demam ringan, sakit kepala, dan kelelahan

    Selain itu, beberapa kasus Cacar Api yang muncul di sekitar mata dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti gangguan penglihatan atau bahkan kebutaan jika tidak ditangani dengan cepat.

    Komplikasi Cacar Api yang Perlu Diwaspadai

    Salah satu komplikasi paling umum dari Cacar Api adalah Nyeri Pascaherpes (NPH), yaitu nyeri saraf yang terjadi di lokasi ruam setelah ruamnya sembuh. 

    NPH dapat bertahan selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, terutama pada lansia.

    “Sekitar 10-18 persen penderita Cacar Api akan mengalami Nyeri Pascaherpes (NPH), dengan risiko yang lebih tinggi pada pasien lansia,” ujar dr. Johan Wijoyo, Head of Medical Adult Vaccine, GSK Indonesia.

    “Selain itu, individu dengan penyakit penyerta seperti diabetes, penyakit jantung, atau gangguan autoimun juga lebih rentan mengalami komplikasi yang lebih berat,” lanjutnya. 

    Selain NPH, komplikasi lain yang dapat terjadi akibat Cacar Api meliputi:

    Gangguan penglihatan, jika cacar api muncul di sekitar mata.
    Gangguan pendengaran, jika infeksi terjadi di sekitar telinga.
    Radang otak (ensefalitis), pada kasus yang jarang terjadi.
    Infeksi paru-paru (pneumonia)

    Menurut dr. Johan, Cacar Api tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga mempengaruhi kualitas hidup pasien secara keseluruhan. 

    “Beberapa pasien yang mengalami komplikasi Cacar Api bahkan kehilangan kemandiriannya dan membutuhkan bantuan dari keluarga atau pengasuh. Aktivitas seperti tidur dan interaksi sosial juga bisa terganggu,” jelasnya.

    Pencegahan Cacar Api

    Karena Cacar Api dapat menimbulkan komplikasi yang serius, langkah pencegahan menjadi sangat penting. 

    Selain menjaga gaya hidup sehat dengan pola makan bergizi, olahraga teratur, dan manajemen stres, vaksinasi juga menjadi salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyakit ini.

    “Dengan meningkatnya jumlah penduduk lansia di Indonesia, kita perlu semakin sadar akan risiko penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi, termasuk Cacar Api. Pencegahan dengan vaksin adalah investasi kesehatan jangka panjang,” pungkas dr. Johan.

     

  • Mengenal Cacar Api: Penyebab, Gejala, dan Cara Pencegahannya – Halaman all

    Beberapa Langkah Penting Mencegah Cacar Api – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Cacar Api atau Herpes Zoster merupakan penyakit yang dapat menyerang siapa saja, terutama individu yang sebelumnya pernah menderita Cacar Air. 

    Penyakit ini lebih berisiko terjadi pada orang berusia di atas 50 tahun dan individu dengan sistem imun yang lemah. 

    Untuk mencegah Cacar Api, penting bagi masyarakat untuk menerapkan gaya hidup sehat serta mempertimbangkan vaksinasi sebagai perlindungan tambahan.

    Herpes Zoster disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella-Zoster yang sebelumnya dorman dalam tubuh. 

    Virus ini dapat aktif kembali ketika daya tahan tubuh melemah, sehingga meningkatkan risiko munculnya ruam yang nyeri dan berbagai komplikasi serius, seperti Nyeri Pascaherpes (NPH), gangguan penglihatan, hingga radang otak.

    Menurut dr. Johan Wijoyo, Head of Medical Adult Vaccine, GSK Indonesia, ada beberapa langkah penting yang bisa dilakukan untuk mencegah cacar api, termasuk menjaga pola hidup sehat. 

    “Untuk mencegah Cacar Api, individu dapat melindungi diri dengan mengurangi stres dan memastikan untuk mengadopsi gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi, menjaga berat badan yang ideal, rutin berolahraga, tidur cukup selama 7-9 jam setiap malam, serta menghindari kebiasaan merokok atau penggunaan produk tembakau,” katanya di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (20/2/2025).

    Selain menerapkan pola hidup sehat, vaksinasi juga menjadi langkah efektif untuk mencegah Cacar Api. 

    Satgas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) telah merekomendasikan vaksin Herpes Zoster bagi orang dewasa berusia di atas 50 tahun dan individu berusia 18 tahun ke atas dengan kondisi imunokompromais, seperti pasien yang menjalani kemoterapi atau menderita penyakit autoimun.

    “Vaksinasi telah terbukti dapat membantu mengurangi risiko infeksi dan komplikasi akibat Herpes Zoster. Dengan meningkatnya populasi lansia di Indonesia, kesadaran mengenai pentingnya pencegahan melalui imunisasi harus terus ditingkatkan,” jelas dr. Johan.

    Masyarakat dapat mengakses informasi lebih lanjut mengenai imunisasi dewasa, termasuk vaksin Herpes Zoster, melalui website resmi Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI.