Event: vaksinasi

  • Health Belief Model Jadi Kunci Ubah Mindset Sehat ala Ray Basrowi

    Health Belief Model Jadi Kunci Ubah Mindset Sehat ala Ray Basrowi

    Jakarta – Gaya hidup sehat di Indonesia dinilai masih dilakukan setengah hati dan hanya berorientasi jangka pendek. Kurangnya kesadaran, dukungan lingkungan, dan pemahaman yang keliru membuat penyakit katastropik terus meningkat.

    Dalam peluncuran buku ‘Sehat Setengah Hati’ karya dr. Ray Wagiu Basrowi, Menteri Kesehatan RI Periode 2014-2019 Nila Moeloek dan jurnalis Rory Asyari turut hadir membahas perilaku kesehatan masyarakat Indonesia lewat pendekatan Health Belief Model. Menurut Ray, pendekatan masyarakat terhadap kesehatan penting dibahas karena masih sangat berorientasi jangka pendek.

    “Health belief model atau pemaknaan kesehatannya (orang Indonesia) itu homogen. Masih lihat jangka pendek, manfaatnya, barriernya, cue selection-nya, atau berperilaku sehatnya masih berpikir jangka pendek,” ujar Ray dalam acara peluncuran bukunya di Gramedia Grand Indonesia, Rabu (28/5/2025).

    Ia menekankan bahwa cara berpikir jangka pendek ini bertentangan dengan konsep global health, yang seharusnya menitikberatkan pada efek jangka panjang. Salah satu dampak nyata dari pola pikir jangka pendek ini adalah tingginya prevalensi penyakit katastropik seperti stunting.

    “96% orang Indonesia bilang ‘saya tau stunting, saya tau itu ga bagus’. Tapi, pas ditanyain stunting penyebabnya apa, sedikit sekali yang bilang bahwa ini karena aspek parenting, malah bilang keturunan. Padahal stunting itu masih bisa dicegah,” katanya.

    Ray menambahkan bahwa buku ini ia tulis sebagai bentuk keprihatinan sekaligus ajakan kolektif untuk memaknai kesehatan dengan lebih serius.

    Senada dengan Ray, Nila Moeloek juga menyoroti bahwa upaya preventif belum menjadi kesadaran kolektif masyarakat, meskipun berbagai program kesehatan sudah dijalankan pemerintah.

    “Kesadaran kita soal kesehatan rendah sekali. Pemerintah sudah bikin program GERMAS, vaksinasi, imunisasi, cek kesehatan gratis, tapi tetap saja penyakit katastropik seperti jantung dan gagal ginjal tinggi sekali,” ujar Nila.

    Nila menambahkan, meski BPJS menanggung biaya pengobatan, tetapi beban finansialnya sangat besar.

    “Operasi nggak kerasa karena dibius, tapi pulangnya fee-nya mahal. BPJS triliunan habis buat penyakit katastropik. Padahal kalau dijaga sejak awal, bisa dihindari,” tegasnya.

    Jurnalis Rory Asyari pun bercerita soal perjalanannya meninggalkan kebiasaan buruk seperti merokok dan minum alkohol.

    “Dulu saya nggak peduli. Rokok ya rokok aja, walau udah nge-gym dan makan sehat. Tapi lama-lama mikir, kenapa saya cuma entertain lidah, tapi nggak mikirin jantung dan paru-paru?” katanya.

    Menurut Rory, perubahan gaya hidup itu sulit dilakukan sendirian. Oleh sebab itu, konsep Health Belief Model harus diterapkan di komunitas.

    “Makanya di WHO, konsep Health Belief Model itu diterapkan di komunitas. Circle itu penting. Kalau lingkungan kita toxic, ya susah berubah,” ujarnya.

    Ia menekankan bahwa perubahan gaya hidup bukan semata soal kemauan pribadi, tapi perlu dukungan komunitas seperti keluarga, teman, hingga RT/RW. Pasalnya, orang-orang seringkali gagal olahraga rutin bukan karena tidak mau, tetapi karena circle.

    Salah satu tantangan besar yang disorot dalam buku ini adalah miskonsepsi bahwa makanan sehat itu mahal. Rory turut membantah anggapan tersebut. Baginya, pilihan gaya hidup sehat sebenarnya tersedia dan terjangkau, tapi kalah oleh kebiasaan konsumtif masyarakat yang tidak sehat.

    “Telur ceplok pakai sedikit minyak, bayam, jagung rebus, itu sehat dan murah. Tapi banyak yang lebih pilih beli kopi susu 22 ribu, rokok, healing. Padahal, katanya makan sehat itu mahal,” kata Rory.

    Ia menambahkan, kebiasaan jajan gorengan secara berlebihan juga jadi salah satu tantangan yang dihadapi masyarakat Indonesia.

    “Kompas bilang 1 dari 6 orang makan lebih dari dua porsi gorengan sehari. Itu belum termasuk pengawet dan perisa buatan. Padahal semua penyakit serius berawal dari lidah,” tambahnya.

    Buku Sehat Setengah Hati menjadi cermin bahwa gaya hidup sehat bukan sekadar wacana atau teori, melainkan butuh kesadaran kolektif, kemauan pribadi, dan lingkungan yang suportif agar benar-benar terlaksana.

    (akn/ega)

  • Brasil Umumkan Bebas Penyakit PMK, RI Dikabarkan Impor Jeroan Sapi

    Brasil Umumkan Bebas Penyakit PMK, RI Dikabarkan Impor Jeroan Sapi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) telah mengakui Brasil, pengekspor daging sapi terkemuka di dunia, sebagai negara yang bebas dari penyakit kaki dan mulut (PMK) tanpa vaksinasi. Hal itu diungkapkan oleh seorang pejabat Brasil dan juru bicara badan antarpemerintah tersebut, sebagaimana dikutip dari Reuters.

    Lobi Brasil yang mewakili beberapa perusahaan pengemasan daging terbesar di Brasil, termasuk JBS, Minerva, dan Marfrig, mengatakan perkembangan tersebut bersejarah, karena dapat membantu Brasil memenangkan pasar baru ekspor daging sapi di dunia.

    “Status baru tersebut akan diumumkan pada tanggal 6 Juni (2025) dalam upacara resmi setelah pertemuan antara Presiden Lula dan Direktur Jenderal WOAH Emmanuelle Soubeyran,” kata Kepala Dokter Hewan Brasil Marcelo Mota kepada Reuters pada hari terakhir konferensi WOAH di Paris, dikutip Kamis (29/5/2025).

    Tahun lalu, perusahaan-perusahaan Brasil mengekspor daging sapi senilai hampir US$13 miliar ke sejumlah negara termasuk Tiongkok, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat. Negara-negara tersebut telah meningkatkan impor dari Brasil karena kelangkaan ternak untuk disembelih.

    Kelompok pelobi daging sapi Brasil, Abiec, mengatakan perubahan status tersebut dapat digunakan sebagai “aset strategis” dalam perundingan untuk membuka pasar dengan standar yang ketat, seperti Jepang. Ia menambahkan bahwa Filipina dan Indonesia telah menyatakan minatnya untuk mengimpor jeroan sapi berdasarkan status kesehatan.

    “Status baru tersebut juga membawa tantangan dan tanggung jawab baru bagi semua pihak yang terlibat,” kata Abiec, yang menyinggung tentang menjaga kawanan ternak dalam kondisi sanitasi yang memadai.

    Perubahan yang telah lama dicari tersebut telah diantisipasi oleh otoritas Brasil, termasuk Menteri Pertanian Carlos Favaro.

    Pada bulan Mei 2024, ketika Brasil mengumumkan berakhirnya siklus vaksinasi terhadap penyakit kaki dan mulut, Favaro mengatakan hal itu telah membawa Brasil “ke tingkat berikutnya dari elite kesehatan dunia”. Saat itu, target Brasil untuk bebas dari penyakit kaki dan mulut tanpa vaksinasi pada tahun 2026 dimajukan menjadi tahun 2025. Sementara itu, Kementerian Pertanian Brasil tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters pada hari Kamis.

    (hoi/hoi)

  • Travelling Saat Asia Dihantui COVID-19, Butuh Vaksin Apa Saja? Ini Saran Dokter

    Travelling Saat Asia Dihantui COVID-19, Butuh Vaksin Apa Saja? Ini Saran Dokter

    Jakarta

    Kasus COVID-19 tengah meningkat lagi di Asia, namun sejauh ini tidak ada pengetatan terkait perjalanan lintas negara. Bertepatan dengan long weekend, kira-kira butuh vaksin apa saja ya jika mau travelling ke luar negeri?

    Sejak status kedaruratan pandemi COVID-19 dilonggarkan, vaksin COVID-19 memang sudah tidak lagi menjadi syarat untuk bepergian ke luar negeri. Begitupun, peningkatan kasus yang terjadi belakangan ini, oleh para pakar dinilai normal atau tidak mengkhawatirkan meski tetap perlu diwaspadai.

    Konsultan alergi dan imunologi klinik, dr Muthmainnah, SpPD-KAI mengatakan persyaratan vaksin terkadang memang diberlakukan untuk memasuki negara tertentu. Bukan untuk COVID-19, melainkan untuk beberapa penyakit lain sebagaimana diatur oleh regulasi negara tersebut.

    “Kalau ke India kita haris tifoid. Kalau ke negara meningitis belt itu kita disarankan vaksinasi meningitis,” kata dr Muthmainnah saat berbincang dengan detikcom, di Depok Rabu (28/5/2025).

    “Tapi secara umum influenza itu kita harusnya sudah terproteksi ya, karena kan sifatnya umum. Risikonya seluruh dunia, vaksin dasar,” lanjutnya.

    Beberapa vaksin juga direkomendasikan jika ingin bepergian ke luar negeri. Di antaranya, menurut dr Muthainnah, adalah tifoid (tipes) dan hepatitis.

    NEXT: Situasi COVID-19 saat ini

    Beberapa negara di Asia melaporkan peningkatan kasus COVID-19 belakangan ini, di antaranya Thailand dan Singapura. Ada banyak faktor yang memicu peningkatan, salah satunya surveilans dan pencatatan yang baik.

    “Bahkan saat situasi normal, mereka tetap rajin mencatat dan melaporkan,” kata Prof Tjandra Yoga Aditama, dokter paru senior yang juga pernah menjabat direktur penyakit menular WHO Asia Tenggara, baru-baru ini.

    Kalaupun terjadi fluktiasi kasus seperti saat ini, menurut Prof Tjandra sangat dimungkinkan. Yang terpenting adalah bagaimana otoritas kesehatan memantau perkembangan kasus, kematian, hingga pola genomik virus.

    “Varian yang mendominasi masih JN.1 dan turunannya seperti LF.7 dan NB 1.8,” jelasnya.

    Bagaimana situasi di Indonesia? Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan, ada beberapa kasus yang teridentifikasi namin jumlahnya tidak banyak.

    “Yang penting masyarakat tetap jaga 3M, mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker. Itu tetap kita harus waspadai,” pesan Wamenkes.

    Simak Video “Video: Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Bagaimana dengan Indonesia?”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Rasa Takut Justru Efektif Menyadarkan Masyarakat untuk Hidup Sehat?

    Rasa Takut Justru Efektif Menyadarkan Masyarakat untuk Hidup Sehat?

    JAKARTA – Di tengah arus informasi dan gaya hidup serba cepat, menyadarkan masyarakat untuk peduli pada kesehatan bukan perkara mudah.

    Fakta menunjukkan, kampanye hidup sehat sering kalah pamor dibanding tren kuliner viral atau hal-hal trending lainnya. Lantas, bagaimana cara efektif mendorong kesadaran hidup sehat di masyarakat luas?

    Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, dokter spesialis kesehatan jiwa sekaligus penulis buku Sehat Setengah Hati, memaparkan membangun kesadaran sehat tidak selalu bisa dilakukan dengan pendekatan yang edukatif.

    Justru dia menilai melalui berbagai riset yang sudah digagasnya, mayoritas masyarakat efektif mengubah kesadaran hidup sehat ketika dihantui dengan rasa takut. 

    “Mengubah perilaku dengan menciptakan rasa takut itu efektif, meskipun memang tidak dianjurkan secara etis,” ungkapnya.

    Sebagai contoh nyata, Dr. Ray menyebut keberhasilan program vaksinasi COVID-19 di era pandemi. Lonjakan kasus kematian kala itu hingga virus COVID-19 yang menyebar dengan cepat dan masif menciptakan ketakutan massal dan justru itulah yang menjadi pemicu utama perubahan perilaku masyarakat untuk patuh terhadap vaksinasi.

    “Ketika masyarakat melihat kematian tinggi, rasa takut itu jadi stimulus yang kuat. Tapi pendekatan ini tidak bisa dijadikan strategi utama karena menyandarkan pada krisis, bukan kesadaran,” jelasnya dalam peluncuran buku Sehat Setengah Hati di Jakarta, baru-baru ini. 

    Berdasarkan salah satu contoh itu, pendekatan yang lebih berkelanjutan bisa dibangun dari kombinasi antara fear-based messaging dengan pendekatan komunitas. Misalnya, di tingkat kabupaten atau kota, dibentuk micro cluster edukasi berbasis komunitas.

    Peluncuran buku Sehat Setengah Hati (Dinno/VOI)

    Bahkan tak cuma di kalangan masyarakat, tapi juga fokusnya bisa dialihkan ke para pemangku kebijakan di lingkup kabupaten atau bahkan provinsi. 

    “Kadang yang perlu ditakut-takuti bukan hanya masyarakatnya, tapi juga pengambil kebijakan. Kalau tidak ada efek langsung ke mereka, program jalan di tempat,” kata Dr. Ray.

    Lebih lanjut, di dalam lingkup kecil, tekanan sosial dan teladan langsung dari figur lokal bisa menciptakan stimulus perubahan perilaku yang lebih alami. Dia juga menekankan pentingnya memanfaatkan sosok media darling atau tokoh populer yang bisa menjadi panutan.

    “Pada kondisi serta populasi tertentu, mayoritas masyarakat kini lebih senang melihat kesuksesan orang lain. Kalau yang mereka idolakan hidup sehat, mereka cenderung ikut,” tambahnya.

    Kondisi ini tentu bisa disayangkan mengingat betapa pentingnya kesadaran akan menjaga kesehatan itu dimulai atau dibangun atas rasa syukur atau diri sendiri sebagai individu.

    Meski ketakutan terbukti bisa menggerakkan perubahan pola hidup sehat di lapisan masyarakat, Dr. Ray menekankan kesadaran kesehatan akan jauh lebih kuat, berkelanjutan, dan etis jika dibangun dari dalam diri masyarakat itu sendiri.

    Pasalnya menjaga kesehatan itu bukan soal menghindari penyakit, tapi tentang menghargai tubuh, mencintai hidup, dan memahami pentingnya menjaga kesehatan sebagai bagian dari keseharian.

    “Kalau kita hanya bergerak karena takut, kesadarannya temporer. Tapi kalau didorong oleh pemahaman dan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang sekitar, itu akan bertahan seumur hidup,” ungkapnya.

    Dalam buku Sehat Setengah Hati pun, ia mengajak pembaca untuk kembali mencintai tubuh dengan kesadaran utuh bukan sekadar menghindari penyakit, melainkan karena menghargai kehidupan.

  • Dispertan Gresik Wajibkan Vaksinasi Hewan Kurban Asal Luar Daerah

    Dispertan Gresik Wajibkan Vaksinasi Hewan Kurban Asal Luar Daerah

    Gresik (beritajatim.com) – Menjelang Hari Raya Iduladha 1446 H, Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Kabupaten Gresik mewajibkan seluruh hewan kurban asal luar daerah untuk divaksinasi sebelum diperjualbelikan. Langkah ini diambil guna memastikan kesehatan hewan dan mencegah penyebaran penyakit, termasuk virus mulut dan kuku (PMK).

    Kepala Bidang Dispertan Gresik, drh Viki Mustofa menyampaikan bahwa saat ini pihaknya aktif melakukan mobilisasi ke sejumlah lapak penjual hewan kurban untuk melaksanakan vaksinasi. “Kami sudah melakukan rekomendasi di 56 lapak penjual hewan kurban se-Kabupaten Gresik,” ujarnya, Rabu (28/5/2025).

    Dari jumlah tersebut, Dispertan telah mengeluarkan 89 Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH), dan jumlahnya diperkirakan terus bertambah menjelang H-1 Iduladha.

    Selain melakukan vaksinasi langsung, Dispertan Gresik juga membuka pendaftaran secara daring agar penjual bisa mendapatkan SKKH lebih mudah. “Sebagian besar hewan kurban yang masuk ke Gresik berasal dari Madura yang dijual ke konsumen,” imbuh Viki.

    Ia menegaskan bahwa seluruh hewan kurban yang dijual di Gresik wajib divaksin dan memiliki SKKH dari dokter hewan. “Saya menghimbau kepada para pedagang hewan kurban dari luar Gresik untuk memastikan hewan kurbannya sudah divaksin dan mempunyai SKKH,” katanya.

    Jika ditemukan hewan yang belum divaksin, penjual disarankan segera menghubungi Dispertan untuk mendapatkan layanan vaksinasi. “Memang tidak ada sanksi, tapi alangkah baiknya jika sudah mengantongi label SKKH supaya pembeli tidak galau apakah sehat atau tidak,” ujarnya.

    Dispertan Gresik akan terus melakukan vaksinasi hewan kurban sebagai upaya antisipatif terhadap penyebaran penyakit dan untuk memberikan rasa aman bagi para pembeli. [dny/beq]

  • Dokter Hewan: Jangan Asal Beli! Ini Tanda Hewan Kurban Layak Disembelih

    Dokter Hewan: Jangan Asal Beli! Ini Tanda Hewan Kurban Layak Disembelih

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Dokter hewan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Bojonegoro berbagi tips untuk memilih hewan kurban menyambut Hari Raya Idul Adha 2025. Sehingga hasil kurban aman dan sehat saat dikonsumsi.

    Dokter Hewan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Bojonegoro Rizky Pamwidya mengungkapkan, tips bagi muslim yang akan berkurban harus memilih hewan kurban yang sehat, tidak kurus dan tidak cacat. Kedua, hewan kurban cenderung aktif dan tidak lesu. “Ketiga, mengecek setiap lubang di organ hewan memastikan tidak ada cairan asing yang keluar,” ujarnya, Rabu (28/5/2025).

    Hal ini dilakukan salah satunya untuk menghindari virus PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) yang sempat merebak di beberapa wilayah dan menyerang hewan berkuku belah seperti sapi dan kambing. Pemeriksaan fisik sederhana ini penting untuk memastikan hewan kurban benar-benar sehat dan layak disembelih.

    Drh Rizky juga mengingatkan agar masyarakat tidak ragu bertanya kepada penjual terkait riwayat kesehatan hewan, serta lebih baik membeli hewan dari tempat yang sudah diawasi oleh petugas kesehatan hewan.

    “Sebaiknya tidak khawatir akan adanya PMK, karena dari Dinas Peternakan dan Perikanan telah melakukan vaksinasi rutin setiap 6 bulan sekali. Insya Allah di Bojonegoro sudah aman karena di 28 Kecamatan sudah dilaksanakan,” imbaunya. [lus/kun]

  • Varian JN.1 Picu Lonjakan COVID-19 di Malaysia, Warga Diminta Waspada

    Varian JN.1 Picu Lonjakan COVID-19 di Malaysia, Warga Diminta Waspada

    Jakarta

    Warga di Malaysia diminta tetap waspada terhadap kasus COVID-19, mengingat liburan sekolah akan tiba. Ahli virologi Kumitaa Theva Das mengatakan biasanya akan terjadi peningkatan kasus COVID-19 saat banyak orang berkumpul.

    Di situlah penyebaran virus dapat terjadi. Ia memberi contoh peningkatan kasus yang terjadi di Thailand.

    “Misalnya, lonjakan di Thailand dikaitkan dengan Festival Songkran pada bulan April,” terang Dr Kumitaa yang dikutip dari The Straits Times.

    “Namun, karena varian JN.1 ini telah beredar cukup lama, kita tidak akan melihat 20 ribu kasus per hari lagi meskipun sekolah sedang libur,” sambungnya.

    Diketahui, seluruh sekolah di Malaysia akan diliburkan selama satu minggu, yang dimulai pada 29 Mei hingga 9 Juni 2025.

    Meski begitu, Dr Kumitaa memastikan bahwa tidak akan ada peningkatan pasien di rumah sakit negara tersebut karena lonjakan kasus COVID-19.

    Para ahli menduga bahwa JN.1 yang merupakan garis turunan varian Omicron sudah muncul di beberapa negara, termasuk Malaysia, sejak dua tahun lalu.

    Berdasarkan pengamatan Dr Kumitaa, lonjakan kasus di negara-negara tetangga seperti Singapura disebabkan oleh varian LF.7 dan NB.1.8, yang merupakan turunan dari JN.1.

    Di Malaysia, varian LF.7 juga sudah terdeteksi sejak pertengahan 2024.

    “Ini berarti banyak orang mungkin telah terinfeksi sebelumnya dan memiliki kekebalan terhadapnya,” tuturnya.

    Meskipun kekebalan telah terbentuk, Dr Kumitaa tetap mengimbau masyarakat Malaysia untuk tetap waspada dan menggunaan masker jika perlu.

    “Jika Anda memiliki anak kecil atau lansia di keluarga, memakai masker akan membantu menjaga Anda tetap aman, terutama bagi kelompok berisiko tinggi,” tegas Dr Kumitaa.

    Pada kesempatan berbeda, Kepala unit penyakit menular Rumah Sakit Penang Dr Chow Ting Soo juga meminta agar masyarakat Malaysia untuk tidak lengah pada COVID-19.

    “Kita harus mempraktikkan etika batuk yang baik dan menghindari tempat umum saat terserang penyakit pernapasan,” beber Dr Chow.

    Dr Chow mengatakan bahwa orang lanjut usia dan orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah wajib menggunakan masker serta menghindari tempat ramai. Ia juga mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan dan segera mendapatkan vaksinasi.

    “Saat ini, vaksin COVID-19 tersedia di klinik kesehatan pemerintah. Lansia dan mereka yang memiliki penyakit komorbid bisa mendapatkannya melalui aplikasi MySejahtera,” jelasnya.

    NEXT: Tidak ada peningkatan kasus

    Direktur kesehatan Penang Fazilah Shaik Allaudin mengatakan dari laporan kementerian kesehatan pada 16 Mei, kasus COVID-19 di Malaysia berada di bawah ambang batas bahaya. Hal ini berdasarkan laporan dari periode yang mencakup Minggu Epidemiologi (EW) 16 hingga EW19/2025, yang mencakup Penang.

    Ia mengatakan kementerian akan terus memantau situasi COVID-19 dan akan menerapkan tindakan pencegahan yang sesuai berdasarkan penilaian risiko saat ini.

    Di Kedah, ketua komite kesehatan Mansor Zakaria mengatakan situasinya terkendali.

    “Kasus yang tercatat tidak serius dan tidak ada indikasi akan terjadi peningkatan,” pungkasnya.

  • Ingat COVID-19 Masih Ada! Tak Perlu Panik, Tapi Sebaiknya Waspada

    Ingat COVID-19 Masih Ada! Tak Perlu Panik, Tapi Sebaiknya Waspada

    Jakarta

    Di tengah euforia long weekend dan aktivitas masyarakat yang mulai kembali normal, pakar mengingatkan COVID-19 belum benar-benar hilang. Meski kasus tak lagi seganas di masa puncak pandemi, virus ini masih ada dan terus dipantau ketat para ahli di berbagai negara, termasuk Indonesia.

    Thailand misalnya, belakangan mencatat 50 ribu kasus COVID-19 dalam sepekan, dengan 5 kasus di antaranya meninggal dunia. Peningkatan dilaporkan selama musim hujan dan mobilitas tinggi. Singapura juga sempat mencatat lebih dari 15 ribu kasus dalam satu minggu terakhir.

    “Beberapa negara tetangga mengalami peningkatan kasus. Itu terjadi karena mereka punya sistem surveilans yang rapi dan konsisten. Bahkan saat situasi normal, mereka tetap rajin mencatat dan melaporkan,” kata Prof Tjandra Yoga Aditama Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020 baru-baru ini.

    Ia menekankan COVID-19 masih eksis di banyak negara yang artinya fluktuasi kasus sangat mungkin terjadi. Hal yahg menjadi kunci, menurutnya, adalah bagaimana otoritas kesehatan terus memantau jumlah kasus, angka kematian, hingga pola genomik virus.

    “Sampai sekarang, belum ada varian baru yang jadi penyebab lonjakan kasus. Varian yang mendominasi masih JN.1 dan turunannya seperti LF.7 dan NB.1.8,” jelasnya.

    Vaksinasi Tambahan

    Meski tidak terjadi lonjakan signifikan, penting untuk tetap melalukan vaksinasi COVID-19 tambahan, terutama bagi kelompok rentan, seperti lansia dan mereka dengan imunitas tubuh lemah.

    “Anjuran umum adalah vaksinasi ulang setahun setelah vaksin sebelumnya. Di Amerika, seperti di New York, toko-toko farmasi seperti CVS masih menyediakan pojok vaksinasi COVID-19, walau kasusnya rendah,” ujar Prof Tjandra.

    NEXT: Langkah penting

    Tiga Langkah Penting

    Menurutnya, ada tiga hal penting yang perlu terus dilakukan pemerintah Indonesia:

    Perkuat surveilans epidemiologik dan genomik di dalam negeri.Pantau ketat dinamika kasus di negara lain, khususnya negara tetangga, lewat kerja sama regional dan global seperti ASEAN dan WHO.Meski belum perlu ada pembatasan perjalanan, kewaspadaan tetap harus dijaga.

    “Jadi, walau belum ada sinyal bahaya besar, kita nggak boleh lengah. COVID-19 masih ada, dan kita harus tetap waspada,” tegas Prof Tjandra.

    Simak Video “Video: Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Bagaimana dengan Indonesia?”
    [Gambas:Video 20detik]

  • DPR perkuat kolaborasi lawan DBD dengan target 0 persen kematian

    DPR perkuat kolaborasi lawan DBD dengan target 0 persen kematian

    Indonesia sendiri menempati posisi lima besar negara dengan jumlah kasus tertinggi bersama Brasil, Kolombia, Meksiko, dan Vietnam

    Jakarta (ANTARA) – DPR RI bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia meluncurkan Presidium Kaukus Kesehatan DPR RI untuk menciptakan ruang kolaborasi lintas sektor penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan target nol kematian pada tahun 2030.

    Wakil Ketua DPR RI Bidang Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Korkesra) Cucun Ahmad Syamsurijal menyampaikan tujuan dibentuknya Kaukus Kesehatan DPR RI adalah sebagai ruang strategis lintas komisi dan fraksi di DPR RI untuk merespons isu-isu kesehatan publik secara terintegrasi, termasuk DBD.

    “Angka kematian akibat DBD bukan hanya statistik, tapi cerminan lemahnya sistem respons kita. Ini saatnya bergeser dari pendekatan reaktif menjadi strategi kolaboratif yang proaktif dan prediktif,” kata Cucun di Gedung Nusantara, kompleks parlemen Senayan, Jakarta, Senin.

    Selain itu DPR RI bersama Kemenkes juga menyelenggarakan High-Level Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Koalisi Bersama Lawan Dengue (Kobar Lawan Dengue).

    Terhitung hingga Mei 2025, Indonesia telah mencatat lebih dari 56.000 kasus DBD dengan lebih dari 250 kematian di 456 kabupaten/kota di 34 provinsi.

    Di Kabupaten Bandung tercatat 3.529 kasus dan 38 kematian. Angka ini membuat Bandung menjadi salah satu daerah dengan angka kematian tertinggi akibat DBD di Indonesia.

    Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menambahkan bahwa DBD masih menjadi ancaman serius di negara-negara berkembang. Ia menyebut bahwa 40 persen penduduk dunia berada dalam risiko tertular DBD.

    Indonesia sendiri menempati posisi lima besar negara dengan jumlah kasus tertinggi bersama Brasil, Kolombia, Meksiko, dan Vietnam.

    “Tahun 2024 mencatat lebih dari 257.000 kasus DBD dan sekitar 1.400 kematian di Indonesia. Untuk mencapai target nol kematian pada 2030, dibutuhkan kolaborasi nyata antar-stakeholder,” kata Dante.

    Cucun juga menegaskan komitmennya untuk mengawal agenda kesehatan nasional melalui fungsi legislasi, pengawasan, dan penganggaran. Maka dari itu, melalui pembentukan koalisi bersama dan presidium kaukus ini, DPR RI dan Kemenkes berharap bisa mendorong secara maksimal agenda advokasi kebijakan, percepatan vaksinasi, edukasi publik berbasis data, serta memperkuat sistem deteksi dini dan respon terhadap penyakit menular seperti DBD.

    “Kolaborasi ini adalah awal dari langkah nyata, menyatukan visi dan kekuatan nasional untuk melindungi generasi bangsa. DBD bisa kita kalahkan, asal kita tidak bekerja sendiri-sendiri,” ujarnya.

    Sebagai informasi, agenda peluncuran ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, antara lain: Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Putih Sari, Anggota Komisi IX DPR RI sekaligus Koordinator Presidium Kaukus Kesehatan Netty Prasetiyani Heryawan, beserta Para Ketua Kelompok Fraksi Komisi IX DPR RI.

    Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • Idul Adha 2025 Pasuruan Gencarkan Vaksinasi: Pemeriksaan Hewan Kurban Diperketat Tanpa Penyekatan

    Idul Adha 2025 Pasuruan Gencarkan Vaksinasi: Pemeriksaan Hewan Kurban Diperketat Tanpa Penyekatan

    Pasuruan (beritajatim.com) – Menjelang Hari Raya Idul Adha 2025, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan memastikan tidak akan melakukan penyekatan hewan kurban. Namun demikian, pemeriksaan kesehatan ternak akan tetap dilakukan secara intensif di seluruh wilayah.

    “Kami tidak melakukan penyekatan, tapi tetap melakukan pengawasan dan pemeriksaan kesehatan hewan kurban untuk mencegah penyebaran penyakit,” ujar Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan, Ainur Alfia.

    Ia menjelaskan bahwa vaksinasi penyakit mulut dan kuku (PMK) terus berjalan dan menjadi fokus utama tahun ini. Menurutnya, selama tahun 2025, vaksinasi dilakukan secara masif di berbagai kecamatan.

    “Untuk PMK, kami tetap lakukan vaksinasi rutin. Dalam setahun ini sudah ribuan vaksin disuntikkan ke sapi milik warga,” jelas Ainur.

    Kasus terbaru PMK yang terjadi di wilayah Kecamatan Lumbang pekan lalu tercatat menyerang 12 ekor sapi. Namun untuk penyakit Lumpy Skin Disease (LSD), Ainur memastikan belum ditemukan kasus baru sepanjang tahun ini.

    “Sampai sekarang, kasus LSD masih nol. Sedangkan untuk PMK, kami terus monitor dan tindaklanjuti segera,” tegasnya.

    Hingga 15 Mei 2025, total kasus PMK yang tercatat di Kabupaten Pasuruan mencapai 237 ekor. Dari jumlah tersebut, 123 ekor masih sakit, 95 sembuh, 17 mati, dan satu ekor dijual.

    “Wilayah paling tinggi kasusnya adalah Kecamatan Grati dengan 46 kejadian, termasuk 10 sapi yang masih sakit,” kata Ainur.

    Ia menambahkan, tahun ini vaksin PMK didistribusikan melalui 13 Koperasi Unit Desa (KUD) dan Unit Dagang (UD) di seluruh Kabupaten Pasuruan. Total sebanyak 17.221 vaksin sudah disuntikkan ke sapi sejak awal tahun.

    “Target distribusi vaksin PMK untuk tahun 2025 ini mencapai 142.844 dosis. Ini bagian dari upaya kami melindungi hewan ternak menjelang Idul Adha,” tutup Ainur. [ada/aje]