Event: vaksinasi

  • Vaksinasi Jadi Upaya Preventif di Kutai Kartanegara Cegah Demam Berdarah Dengue

    Vaksinasi Jadi Upaya Preventif di Kutai Kartanegara Cegah Demam Berdarah Dengue

    JAKARTA – Penyakit demam berdarah dengue masih menjadi momok bagi masyarakat Indonesia, termasuk di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Dalam upaya memperkuat pertahanan terhadap penyakit ini, pemerintah daerah menggencarkan program vaksinasi dengue sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk melindungi masyarakat, khususnya anak-anak, dari ancaman virus yang terus mengintai sepanjang tahun.

    Langkah ini diambil sebagai respons atas tingginya jumlah kasus dengue yang tercatat di wilayah tersebut. Pada 2024 saja, terdapat lebih dari 10.000 kasus dengue di Kalimantan Timur, dengan Kutai Kartanegara menyumbang angka terbanyak, yakni 2.802 kasus.

    Beban kesehatan yang tinggi ini tidak hanya membahayakan nyawa warga, tetapi juga mengganggu stabilitas sistem kesehatan lokal. Perubahan iklim, mobilitas penduduk yang tinggi, serta pesatnya urbanisasi turut memicu penyebaran dengue yang semakin sulit dikendalikan.

    Bupati Kutai Kartanegara, Edi Damansyah, menilai bahwa vaksinasi menjadi bagian penting dari pendekatan komprehensif dalam menghadapi dengue.

    “Kami meyakini penanggulangan dengue tidak bisa hanya bergantung pada satu pendekatan saja. Diperlukan strategi yang lebih kuat, terintegrasi, dan berkelanjutan mulai dari edukasi, pemberdayaan masyarakat, pengendalian vektor, hingga perlindungan melalui vaksinasi,” tegasnya.

    Ia menambahkan program ini menargetkan sekitar 1.550 anak sekolah dasar kelas 1 hingga 5 di Kecamatan Tenggarong.

    “Kami optimistis inisiatif ini dapat menurunkan jumlah kasus di Kutai Kartanegara, sekaligus membangun ketahanan kesehatan masyarakat melalui perlindungan yang lebih kuat dan berkelanjutan,” lanjutnya.

    Dukungan terhadap langkah ini juga datang dari Kementerian Kesehatan RI. Direktur Penyakit Menular, dr. Ina Agustina Isturini, MKM, menjelaskan bahwa pemerintah pusat sedang memperkuat strategi penanggulangan dengue melalui pendekatan yang lebih aplikatif dan terintegrasi.

    “Kami menyadari untuk mencapai tujuan besar yaitu ‘Nol Kematian Akibat Dengue pada 2030’, diperlukan langkah lanjutan yang lebih taktis, aplikatif, dan adaptif terhadap tantangan di lapangan,” ujar Ina.

    Ia juga mengapresiasi upaya Dinas Kesehatan Kalimantan Timur dan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, yang menurutnya menjadi contoh nyata praktik baik di tingkat daerah.

    Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, Dr. dr. H. Jaya Mualimin, Sp.Kj, M.Kes, MARS, menyebutkan keberhasilan pelaksanaan vaksinasi di Balikpapan dan Samarinda menjadi dasar perluasan program ke Kutai Kartanegara.

    “Anak-anak yang telah menerima vaksinasi tidak mengalami infeksi dengue, yang artinya tingkat perlindungan terhadap penyakit ini berhasil ditingkatkan,” jelasnya.

    Ia menekankan vaksinasi bukanlah satu-satunya upaya yang dilakukan. Program seperti Gerakan 3M Plus dan edukasi lintas sektor tetap berjalan, menjadikan vaksinasi sebagai pelengkap dari keseluruhan pendekatan preventif.

    Dari sisi penyediaan vaksin, Sri Harsi Teteki selaku Direktur Medis dan Hubungan Kelembagaan Bio Farma menegaskan peran penting perusahaan dalam memperkuat sistem imunisasi nasional.

    “Kami percaya bahwa kemitraan yang sinergis antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat merupakan fondasi utama dalam membangun sistem kesehatan yang kuat dan merata,” ungkapnya. Bio Farma, bersama mitra internasional seperti Takeda, menjadi bagian dari rantai distribusi vaksin dengue di Indonesia.

    Di kesempatan yang sama, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, juga menyampaikan pentingnya peran pencegahan dalam mengurangi dampak penyakit ini.

    Menurut Andreas sampai hari ini, dengue masih menjadi ancaman nyata dan belum ada obat yang secara khusus dapat menyembuhkannya. Ini menjadikan pencegahan sebagai kunci. Ia menekankan pihaknya berkomitmen menjadi mitra jangka panjang pemerintah dan masyarakat dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat dengue.

    “Inisiatif ini mencerminkan kolaborasi yang dibutuhkan untuk menciptakan dampak yang berkelanjutan bagi penguatan kesehatan masyarakat,” tambahnya.

    Melalui kerja sama lintas sektor yang kuat dan dukungan penuh dari berbagai pemangku kepentingan, program vaksinasi dengue di Kutai Kartanegara diharapkan mampu menjadi tonggak penting dalam perjalanan menuju target nasional eliminasi kematian akibat dengue di tahun 2030. 

  • Vaksin HPV Bikin Mandul-Menopause Dini? Obgyn Bilang Gini

    Vaksin HPV Bikin Mandul-Menopause Dini? Obgyn Bilang Gini

    Jakarta

    Masih banyak anggapan keliru yang beredar di masyarakat mengenai vaksin Human Papillomavirus (HPV). Salah satu yang paling sering muncul adalah kekhawatiran vaksin HPV dapat menyebabkan kemandulan generasi muda hingga menopause dini. Namun, Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Prof Dr dr Yudi Mulyana Hidayat, SpOG(K), menegaskan hal ini adalah mitos alias hoaks.

    “Terkait dengan apakah vaksin HPV itu dihubungkan dengan kemandulan dan lain sebagainya atau menopause dini dan sebagainya, itu belum lagi terkatakan, hanya mitos, tidak fakta,” tegas Prof Yudi saat ditemui di acara konferensi pers terkait Rekeomendasi POGI untuk Vaksin HPV Bagi Perempuan Pranikah dan Pasca Melahirkan, Jakarta Pusat, Selasa (24/6/2026).

    Ia mengatakan, sampai saat ini tidak ada bukti ilmiah yang mendukung anggapan tersebut.

    Sebaliknya, Menurut Prof Yudi, secara ilmiah, vaksin HPV aman dan tidak berdampak buruk terhadap sistem reproduksi perempuan. “Yang jelas, menurut ilmiah saja tidak ada masalah, tidak akan menyebabkan kemandulan,” katanya.

    Vaksinasi HPV justru menjadi salah satu langkah penting dalam mencegah kanker serviks yang disebabkan oleh infeksi human papillomavirus.

    Di antara berbagai jenis kanker, dua yang paling banyak menyerang perempuan adalah kanker payudara dan kanker serviks. Keduanya tidak hanya memiliki angka kejadian yang tinggi, tetapi juga tingkat kematian yang mengkhawatirkan.

    Sebelumnya, Direktur Penanggulangan Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan RI, dr Siti Nadia Tarmizi, M Epid mengatakan angka kematian akibat kanker leher rahim di Indonesia masih cukup tinggi, yakni sekitar 13,2 per 100.000 penduduk menurut data Globocan 2022.

    “Ini kita bisa lihat pada angkanya. Jadi angka kejadiannya cukup tinggi, dan angka kematiannya juga hampir separuhnya,” ucapnya dalam konferensi pers, Jumat (13/6).

    Bahkan, lanjut dr Nadia, diperkirakan ada sekitar 56 perempuan yang meninggal setiap harinya akibat kanker leher rahim. Sementara jumlah kasus baru kanker leher rahim di Indonesia yang dilaporkan atau diperkirakan mencapai 36.964 dari total kasus keseluruhan jenis kanker 408.661 menurut data Globocan 2022.

    (suc/up)

  • HUT Bhayangkara, Polda Riau Tanam 79 Pohon-Lepas 7.900 Ikan Lomak di Kampar

    HUT Bhayangkara, Polda Riau Tanam 79 Pohon-Lepas 7.900 Ikan Lomak di Kampar

    Kampar

    Polda Riau melakukan serangkaian kegiatan dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara ke-79. Momentum ini tak hanya diisi dengan kegiatan bakti sosial, tetapi juga mengkampanyekan pelestarian lingkungan dengan penanaman pohon.

    Kegiatan penanaman pohon digelar di Pulau Tengah, Tanjung Belit, Kabupaten Kampar, Riau, pada Rabu, 18 Juni 2025. Sebanyak 79 pohon ditanam di pulau yang diapit Sungai Subayang.

    Dengan menaiki perahu, Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan bersama rombongan tiba di lokasi menjelang sore hari. Setibanya di lokasi, Irjen Herry dan rombongan melepaskan 7.900 ikan lomak, ikan khas asli Kampar.

    Hadir dalam kegiatan tersebut Bupati Siak, Bupati Kampar, Bupati Kuansing, hingga Bupati Pelalawan, serta Wakapolda Riau Brigjen Jossy Kusumo dan PJU Polda Riau. Setelah melepaskan bibit ikan lomak, Kapolda dan rombongan juga melakukan penanaman 79 pohon di tengah-tengah pulau.

    Polda Riau melakukan penanaman 79 pohon dan melepaskan 7.900 ekor bibit ikan lomak di Kampar, Riau, pada Rabu (18/6/2025). (Mei Amelia R/detikcom))

    Rangkaian kegiatan yang juga digelar dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini juga diisi dengan sejumlah acara menarik, antara lain pembacaan puisi yang dipersembahkan oleh Irjen Herry Heryawan, serta ceramah yang diisi oleh Ustaz Abdul Somad (UAS).

    Kegiatan dilanjutkan pada Kamis, 19 Juni 2025 pagi dengan agenda diskusi lingkungan yang menghadirkan filsuf Rocky Gerung.

    Aksi penanaman pohon yang diinisiasi Kapolda Herry Heryawan juga merupakan implementasi dari ‘Green Policing’, sebuah konsep pemolisian Polda Riau berbasis pelestarian terhadap lingkungan.

    Polda Riau melakukan penanaman 79 pohon dan melepaskan 7.900 ekor bibit ikan lomak di Tanjung Belit, Kampar, Riau, pada Rabu (18/6/2025). (Mei Amelia R/detikcom)

    Serangkaian kegiatan bakti sosial dan kesehatan juga digelar Polda Riau untuk mempererat hubungan Polri dengan masyarakat. Layanan bakti kesehatan ini telah berlangsung sejak 1 Juni hingga 16 Juni 2025. Tak hanya di Polda Riau, tetapi juga di 12 polres se-Provinsi Riau

    Sepanjang 1-16 Juni 2025, Polda Riau telah melaksanakan pemeriksaan kesehatan terhadap 2.244 driver ojek online, 139 orang melakukan donor darah, khitanan massal dari target 79 orang tercapai 9 orang, selanjutnya vaksinasi, imunisasi, dan screening TBC: Target 79 orang, tercapai 29 screening TBC dan 15 vaksinasi.

    Selanjutnya, layanan KB: target 79 orang, tercapai 10 orang; layanan cegah stunting: target 79 orang, tercapai 12 orang; operasi bibir sumbing dan katarak: target 7 dan 9 orang, tercapai 1 orang; pengobatan umum, spesialis, dan gigi: target 790 orang, tercapai 766 orang.

    (mei/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Vaksin Ini Bisa Cegah Stroke dan Serangan Jantung, Terlindungi selama 8 Tahun

    Vaksin Ini Bisa Cegah Stroke dan Serangan Jantung, Terlindungi selama 8 Tahun

    Jakarta

    Ketika berbicara mengenai pencegahan serangan jantung dan stroke, pola makan yang baik dan rutin beraktivitas fisik juga menjaga tubuh tetap sehat adalalah kunci utamanya. Tapi siapa yang akan mengira kedua penyakit mematikan itu bisa dicegah dengan vaksinasi.

    Sebuah penelitian baru menunjukkan vaksinasi rutin yang bisa diberikan kepada orang dewasa untuk melindungi dari virus ternyata mampu memberikan perlindungan terhadap penyakit kardiovaskular.

    Diberitakan Medical Daily, peneliti menemukan vaksin herpes zoster selain bermanfaat mencegah penyakit tersebut, juga mampu melindungi diri dari serangan jantung dan stroke hingga delapan tahun.

    Menurut temuan baru yang dipublikasikan dalam European Heart Journal, vaksinasi herpes zoster dikaitkan dengan pengurangan risiko berikut:

    Risiko stroke 26 persen lebih rendah
    Risiko serangan jantung 35 persen lebih rendah
    Risiko gagal jantung 26 persen lebih rendah
    Risiko gangguan irama jantung yang dikenal sebagai fibrilasi atrium 29 persen lebih rendah

    Efek perlindungan paling kuat terjadi dalam dua hingga tiga tahun setelah divaksinasi herpes zoster, tetapi para peneliti menemukan bahwa perlindungan tersebut bertahan hingga delapan tahun.

    baca juga

    ===BREAK====

    “Studi kami menunjukkan bahwa vaksin herpes zoster dapat membantu menurunkan risiko penyakit jantung, bahkan pada orang-orang tanpa faktor risiko yang diketahui. Ini berarti bahwa vaksinasi dapat memberikan manfaat kesehatan selain mencegah herpes zoster,” kata Profesor Dong Keon Yon yang memimpin studi tersebut.

    Beberapa faktor dapat menjelaskan mengapa vaksin herpes zoster dapat membantu menurunkan risiko penyakit jantung. Infeksi herpes zoster dikaitkan dengan kerusakan pembuluh darah, peradangan, dan pembentukan gumpalan, yang semuanya dapat menyebabkan penyakit jantung. Dengan mencegah herpes zoster, vaksin dapat membantu mengurangi risiko ini.

    Manfaat yang lebih kuat yang diamati pada individu yang lebih muda kemungkinan besar disebabkan oleh respons imun yang lebih kuat, sementara perlindungan yang lebih besar pada pria mungkin disebabkan oleh perbedaan dalam cara vaksin memengaruhi mereka.

    baca juga

    (kna/kna)

  • Riset Ini Bawa Kabar Baik, Vaksin COVID-19 Lindungi Ginjal dari Kerusakan Parah

    Riset Ini Bawa Kabar Baik, Vaksin COVID-19 Lindungi Ginjal dari Kerusakan Parah

    Jakarta – Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa vaksinasi COVID-19 tidak hanya melindungi dari gejala berat, tetapi juga berpotensi mencegah kerusakan ginjal parah akibat infeksi COVID-19.

    Selama ini kita tahu bahwa komplikasi COVID-19 bisa menyerang berbagai organ vital seperti jantung, otak, paru-paru, dan tak terkecuali ginjal. Namun, riset dari UCLA Health menemukan fakta menarik: pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami kerusakan ginjal parah jika mereka sudah divaksinasi.

    Dikutip dari NBC News, para peneliti di UCLA Health menganalisis rekam medis dari sekitar 3.500 pasien yang dirawat di rumah sakit antara Maret 2020 hingga Maret 2022. Mereka membandingkan pasien yang telah menerima setidaknya dua dosis vaksin mRNA (Moderna atau Pfizer) atau satu dosis Johnson & Johnson Janssen, dengan pasien yang belum divaksinasi.

    Studi ini fokus pada peserta yang mengalami kerusakan ginjal parah hingga membutuhkan dialisis khusus bernama CRRT (Continuous Renal Replacement Therapy). Terapi ini adalah dialisis tanpa henti yang berfungsi menggantikan kerja ginjal dalam menyaring limbah dari darah, dan biasanya diberikan pada pasien di unit perawatan intensif.

    Sekitar 16 persen pasien COVID-19 yang tidak divaksinasi membutuhkan CRRT selama dirawat, dibandingkan dengan hanya 11 persen pasien yang sudah divaksinasi. Bahkan, pasien yang tidak divaksinasi memiliki risiko dua setengah kali lebih tinggi untuk membutuhkan CRRT setelah keluar dari rumah sakit.

    Mereka juga menghadapi risiko kematian yang jauh lebih tinggi setelah dipulangkan, dibandingkan dengan pasien yang sudah divaksinasi. Temuan ini selaras dengan studi Yale University School of Medicine pada 2021 yang menunjukkan 30 persen pasien COVID-19 yang dirawat mengalami cedera ginjal akut.

    Para ahli menjelaskan, virus COVID-19 dapat merusak ginjal secara langsung atau secara tidak langsung melalui kerusakan organ lain seperti jantung dan paru-paru. Semakin parah gejala COVID-19, semakin besar risiko kerusakan ginjal. Namun, infeksi ringan atau tanpa gejala jarang menyebabkan kerusakan ginjal yang signifikan.

    Profesor Biostatistik Yong Chen dari University of Pennsylvania, yang meneliti komplikasi COVID-19 termasuk masalah ginjal pada anak-anak, menjelaskan bahwa vaksinasi melindungi ginjal terutama dengan mencegah bentuk parah COVID-19 yang menyebabkan cedera ginjal.

    “Meskipun vaksin tidak secara langsung melindungi sel-sel ginjal, mereka meredam penyakit sistemik yang jika tidak akan menyebabkan kegagalan multi-organ,” ujarnya.

    (kna/kna)

  • Susul Tren di India? Menkes Bicara Kemungkinan RI Catat Lagi Kematian COVID-19

    Susul Tren di India? Menkes Bicara Kemungkinan RI Catat Lagi Kematian COVID-19

    Jakarta

    Kasus COVID-19 di India kembali mengalami peningkatan, setelah sebelumnya sempat menurun. Pada hari Jumat, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India mencatat ada sembilan kematian dan jumlah kasus aktif naik menjadi 7.400 dengan 269 infeksi baru dalam 24 jam terakhir.

    Dari sembilan korban meninggal, empat berasal dari Maharashtra, tiga dari Kerala, serta masing-masing satu dari Tamil Nadu dan Rajasthan. Salah satu korban adalah seorang pria berusia 34 tahun dari Maharashtra, sementara delapan lainnya merupakan lansia dengan riwayat penyakit pernapasan dan kondisi medis kronis.

    Muncul Subvarian Baru

    Peningkatan kasus COVID-19 di India ini disebut karena kemunculan sejumlah subvarian baru, seperti LF.7, XFG, JN.1, hingga NB.1.8.1 yang belakangan terdeteksi. Varian-varian tersebut dinilai lebih cepat menular, meskipun gejalanya masih tergolong ringan pada sebagian besar pasien.

    Secara geografis, Kerala mencatat jumlah kasus aktif terbanyak dengan 2.109 kasus. Sementara itu, Karnataka melaporkan lonjakan harian tertinggi dengan 132 kasus baru dalam 24 jam terakhir, sehingga total kasus aktifnya menjadi 527.

    Gujarat menambahkan 79 kasus baru dan kini memiliki 1.437 kasus aktif, sedangkan Delhi mengalami penurunan menjadi 672 kasus aktif.

    Vaksinasi Booster ke Kelompok Rentan

    Para ahli kesehatan India merekomendasikan pendekatan yang lebih tertarget. Terutama untuk kelompok berisiko tinggi seperti lansia, riwayat gangguan imun, serta pasien dengan penyakit kronis.

    “Mayoritas masyarakat telah memiliki kekebalan hibrida dari infeksi sebelumnya dan cakupan vaksinasi yang tinggi,” ujar seorang ahli kesehatan kepada media lokal.

    Pemerintah juga mendorong masyarakat untuk tetap menjaga diri, seperti kembali menerapkan protokol kesehatan yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan.

    Masyarakat yang masuk kategori rentan diminta untuk segera mencari bantuan medis jika mengalami gejala yang memburuk. Ikatan Medis India pun kembali menegaskan pentingnya langkah pencegahan demi menekan penyebaran virus.

    NEXT: Bagaimana Kasus Kematian COVID-19 di RI?

    Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Aji Muhawarman menyebut varian NB.1.8.1 yang menghebohkan India belum masuk ke Indonesia.

    “Sampai Minggu ke-23, Subvarian yang masih bersirkulasi di Indonesia adalah MB.1.1 dan KP.2.18, secara umum memiliki karakteristik yang sama dengan JN.1 (penilaian risiko rendah),” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Aji Muhawarman saat dihubungi detikcom beberapa waktu lalu.

    Menkes Klaim Tidak Ada Kasus Kematian

    Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan sampai hari Sabtu (14/6) belum ada laporan pasien COVID-19 meninggal di Indonesia.

    “Belum. Belum (kematian akibat COVID-19),” kata Menkes saat ditemui di Jakarta Pusat, Sabtu (14/6/2025).

    Meskipun begitu, Menkes Budi mendorong masyarakat untuk tetap waspada terkait COVID-19. Menurutnya, kembali menerapkan protokol kesehatan mesti dilakukan.

    “Sarannya saya, karena variannya Omicron yang lemah, nggak usah khawatir, tapi kalau merasa nggak enak badan, batuk-batuk ya lakukan yang sudah dianjurkan,” katanya.

    “Rajin cuci tangan, pakai masker, dan jaga jarak,” lanjutnya.

    Simak Video “Video Menkes soal Covid-19: Variannya Omicron yang Lemah, Jangan Khawatir”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Kasus Aktif COVID-19 India Nanjak, 9 Orang Meninggal Termasuk Pria 34 Tahun

    Kasus Aktif COVID-19 India Nanjak, 9 Orang Meninggal Termasuk Pria 34 Tahun

    Jakarta – India kembali mencatat kenaikan kasus aktif COVID-19 setelah sempat menunjukkan penurunan pada hari Jumat. Berdasarkan data terbaru dari Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India, jumlah kasus aktif naik menjadi 7.400 dengan 269 infeksi baru dalam 24 jam terakhir. Tak hanya itu, sembilan kematian juga dilaporkan dalam periode yang sama.

    Dari sembilan korban meninggal, empat berasal dari Maharashtra, tiga dari Kerala, serta masing-masing satu dari Tamil Nadu dan Rajasthan. Salah satu korban adalah seorang pria berusia 34 tahun dari Maharashtra, sementara delapan lainnya merupakan lansia dengan riwayat penyakit pernapasan dan kondisi medis kronis.

    Peningkatan kasus kali ini disebut-sebut dipicu oleh kemunculan sejumlah subvarian baru, seperti LF.7, XFG, JN.1, hingga NB.1.8.1 yang belakangan terdeteksi. Varian-varian tersebut dinilai lebih cepat menular, meskipun gejalanya masih tergolong ringan pada sebagian besar pasien.

    Secara geografis, Kerala mencatat jumlah kasus aktif terbanyak dengan 2.109 kasus. Sementara itu, Karnataka melaporkan lonjakan harian tertinggi dengan 132 kasus baru dalam 24 jam terakhir, sehingga total kasus aktifnya menjadi 527.

    Gujarat menambahkan 79 kasus baru dan kini memiliki 1.437 kasus aktif, sedangkan Delhi mengalami penurunan menjadi 672 kasus aktif.

    Vaksinasi Booster ke Kelompok Rentan

    Menanggapi lonjakan ini, para ahli kesehatan India menegaskan bahwa vaksinasi penguat massal tidak diperlukan untuk saat ini. Mereka merekomendasikan pendekatan yang lebih tertarget, terutama untuk kelompok berisiko tinggi seperti lansia, riwayat gangguan imun, serta pasien dengan penyakit kronis.

    “Mayoritas masyarakat telah memiliki kekebalan hibrida dari infeksi sebelumnya dan cakupan vaksinasi yang tinggi,” ujar seorang ahli kesehatan kepada media lokal.

    Pemerintah juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada dengan menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga kebersihan tangan, dan menghindari kerumunan.

    Selain itu, tenaga medis juga menyoroti pentingnya membedakan gejala COVID-19-19 dari flu musiman, karena keduanya bisa memiliki tanda-tanda yang mirip seperti demam, kelelahan, dan sesak napas.

    Masyarakat yang masuk kategori rentan diminta untuk segera mencari bantuan medis jika mengalami gejala yang memburuk. Ikatan Medis India pun kembali menegaskan pentingnya langkah pencegahan demi menekan penyebaran virus.

    (naf/naf)

  • Dinas KPKP DKI klarifikasi soal isu BPJS hewan

    Dinas KPKP DKI klarifikasi soal isu BPJS hewan

    Petugas bersiap menyuntikkan vaksin rabies gratis di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (16/11/2023). Berdasarkan data Pemprov DKI Jakarta hingga Oktober 2023 jumlah vaksinasi rabies mencapai sebanyak 56.173 ekor. ANTARA FOTO/Lifia Mawaddah Putri

    Dinas KPKP DKI klarifikasi soal isu BPJS hewan
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Jumat, 13 Juni 2025 – 19:30 WIB

    Elshinta.com – Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP) DKI Jakarta Hasudungan Sidabalok mengklarifikasi bahwa wacana mengenai layanan kesehatan hewan yang ramai disebut sebagai “BPJS hewan” tidak benar.

    Hasudungan pun meluruskan bahwa program tersebut bukanlah BPJS seperti yang berlaku bagi manusia, melainkan subsidi atau potongan harga untuk pelayanan kesehatan hewan, khususnya bagi pemilik hewan dari kalangan kurang mampu.

    “Bukan BPJS. Hanya subsidi atau potongan harga kalau BPJS kan ada iurannya. Wacana untuk memberikan subsidi kepada pemilik hewan yang kurang mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan hewan,” kata dia saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.

    Dia menjelaskan sistem subsidi atau potongan harga yang dimaksud akan berlaku saat pemilik membawa hewannya untuk diperiksa ke Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan). Namun, dia menekankan wacana ini masih dalam tahap perencanaan awal dan memerlukan kajian komprehensif sebelum bisa diimplementasikan.

    Sebelum direalisasikan, kata Hasudungan, Dinas KPKP lebih memilih untuk mempersiapkan sarana prasarana terlebih dahulu, seperti menambah Puskeswan karena untuk saat ini Jakarta baru memiliki dua Puskeswan, yakni di Ragunan, Jakarta Selatan, dan Pondok Ranggon, Jakarta Timur.

    Sebelumnya, Anggota Komisi C DPRD Jakarta Fraksi PDI-P Hardiyanto Kenneth mendorong wacana layanan BPJS hewan untuk pemilik yang kurang mampu karena tidak semua pemilik hewan di Jakarta memiliki kondisi ekonomi yang memadai.

    “Tidak semua pemilik hewan berlatar belakang dari kalangan mampu. Kadang yang mereka rescue itu kucing liar dan anjing liar, biasanya mereka juga akan merawatnya. Mereka adalah garda terdepan dalam bantuan pada hewan domestik,” kata Kenneth.

    Layanan BPJS hewan nantinya akan terintegrasi dengan sistem identifikasi peliharaan melalui microchip yang bertujuan untuk pendataan.

    Oleh karena itu, Kenneth berharap agar Puskeswan Ragunan menjadi barometer pelayanan kesehatan hewan di Indonesia. Sebab, dia menyoroti Puskeswan Ragunan telah memiliki kemajuan pelayanan yang signifikan.

    “Saya ingin Puskeswan ini menjadi contoh nasional dan internasional. Ini tantangan buat Dr. Hasudungan untuk mewujudkan rumah sakit hewan yang berstandar internasional,” kata dia.

    Sumber : Antara

  • Vaksin HPV Bikin Mandul-Menopause Dini? Obgyn Bilang Gini

    Kabar Baik! Kemenkes Berencana Gratiskan Vaksin HPV Bagi Perempuan Usia 20+

    Jakarta

    Pemerintah memperluas program sasaran vaksinasi HPV DNA untuk kelompok usia 20 tahun ke atas. Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Gertrudis Tandy menyebut vaksinasi di usia dewasa muda baru akan dimulai dua tahun mendatang.

    Pasalnya, pemerintah saat ini fokus menyelesaikan target sasaran vaksinasi HPV DNA pada perempuan dan laki-laki kelas 5 dan 6 SD, juga perempuan berusia 15 tahun. Target sasaran vaksinasi HPV yang ditetapkan oleh Kemenkes adalah mencapai cakupan vaksinasi 90 persen pada anak perempuan usia 15 tahun hingga 2030.

    “Jadi memang sebenarnya dalam program vaksinasi HPV, sudah tercantum pemberian vaksin pada kelompok lebih tua. Pelaksanaan dan implementasinya masih dibahas,” terangnya merespons detikcom dalam konferensi pers Jumat (13/6/2025).

    “Ini akan diberikan untuk 20 tahun ke atas dan rencananya akan kita mulai 2027,” lanjutnya.

    Vaksinasi HPV diprioritaskan untuk usia muda (kelas 5 dan 6 SD, serta usia 15 tahun) karena sistem imun dinilai lebih kuat, menghasilkan lebih banyak antibodi, dan memberikan perlindungan paling baik melawan HPV sebelum terpapar virus tersebut.

    Sebagai catatan, Indonesia menempati peringkat ketiga dengan penyumbang kematian karena kanker terbanyak di ASEAN, setelah Myanmar dan Thailand. Bila dirinci lebih lanjut, dari 240 ribu kematian akibat kanker setiap tahun, sekitar 26 ribu di antaranya diakibatkan kanker serviks.

    Bila tidak ada intervensi yang signifikan, peningkatan kasus kanker di 2050 mencapai 70 persen, sementara untuk kanker serviks di angka 50 persen.

    (naf/kna)

  • Meski Belum Ditemukan Kasus Infeksi, Bupati Blitar Keluarkan SE Kewaspadaan Penyebaran Covid-19
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        12 Juni 2025

    Meski Belum Ditemukan Kasus Infeksi, Bupati Blitar Keluarkan SE Kewaspadaan Penyebaran Covid-19 Surabaya 12 Juni 2025

    Meski Belum Ditemukan Kasus Infeksi, Bupati Blitar Keluarkan SE Kewaspadaan Penyebaran Covid-19
    Tim Redaksi
    BLITAR, KOMPAS.com

    Bupati Blitar
    Rijanto menandatangani Surat Edaran tentang Kewaspadaan Penyebaran Covid-19, Kamis (12/6/2025).
    Meskipun hingga saat ini belum ditemukan kasus infeksi Covid-19 di wilayah Kabupaten Blitar.
    Surat edaran yang ditujukan pada sejumlah organisasi perangkat daerah dan instansi pemerintah lainnya itu dikeluarkan sebagai respon awal atas merebaknya kasus Covid-19 di sejumlah negara Asia dan dilaporkan telah mulai masuk Indonesia.
    Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Christine Indrawati mengatakan bahwa surat edaran tersebut lebih banyak bertujuan untuk kembali meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mewaspadai penyebaran Covid-19.
    “Tekanan utamanya lebih pada edukasi kembali kewaspadaan Covid-19 pada masyarakat,” ujar Christine kepada
    Kompas.com
    melalui sambungan telepon, Kamis sore.
    Surat edaran tersebut, kata Christine, ditujukan kepada sejumlah instansi pemerintah terkait, yakni Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Kesehatan, dan rumah sakit umum daerah di Kabupaten Blitar.
    Lalu, Dinas Pendidikan, Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa TImur di Kabupaten Blitar, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Blitar (Kemenag), dan seluruh camat di Kabupaten Blitar.
    “Diharapkan instansi-instansi tersebut dapat menyosialisasikan kewaspadaan Covid-19 melalui lembaga pendidikan termasuk yang berada di bawah Kemenag,” ungkapnya.
    “Juga agar para camat meneruskan kepada masyarakat luas melalui pemerintah desa. Kemudian juga kewaspadaan di tempat-tempat ibadah,” imbuh Christine.
    Kewaspadaan yang dimaksud, kata dia, adalah perilaku hidup bersih dan sehat, cuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer, dan menggunakan masker bagi yang sedang sakit saat berada di kerumunan.
    Bagi Dinas Kesehatan sendiri, kata dia, kewaspadaan Covid-19 dilakukan dengan melakukan pemantauan gejala-gejala infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) di tengah masyarakat.
    “Tapi sejauh ini data kasus ISPA tidak ada lonjakan yang cukup signifikan,” tuturnya.
    Menurut Christine, hingga saat ini pihaknya juga tidak menemukan adanya kasus positif Covid-19 di wilayah Kabupaten Blitar meskipun sulit untuk disimpulkan bahwa tidak ada penyebaran kasus.
    “Karena sekarang itu warga yang mengalami gejala yang patut diduga Covid-19 seperti gejala ISPA tidak ada yang mau dites, diswab,” tuturnya.
    Kata Christine, tenaga medis akhirnya hanya memberikan resep obat kepada mereka yang mengeluhkan gejala-gejala tersebut.
    “Kalau demam yang dikasih obat demam. Kalau batuk dikasih obat batuk. Apalagi sekarang memang tidak tersedia alat swab di puskesmas-puskesmas,” ujarnya.
    Lebih jauh, Christine mengatakan bahwa vaksinasi massal selama wabah Covid-19 di seluruh Indonesia diandaikan telah menumbuhkan kekebalan kolektif di kalangan masyarakat.
    Hal itu membuat dampak kesakitan yang ditimbulkan dari infeksi Covid-19 menjadi lebih ringan dan tidak mematikan terlepas dari varian apa pun yang menginfeksi.
    “Covid-19 itu kan disebabkan oleh virus. Jadi pada dasarnya yang terinfeksi akan sembuh dengan sendirinya melalui mekanisme anti bodi kekebalan tubuh. Jadi ya yang penting makan makanan bergizi dan istirahat yang cukup,” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.