Event: vaksinasi

  • Ngeri! Wabah Virus dari Nyamuk Meningkat di China, Lebih dari 5.000 Orang Terinfeksi

    Ngeri! Wabah Virus dari Nyamuk Meningkat di China, Lebih dari 5.000 Orang Terinfeksi

    Jakarta

    Centers for Disease Control and Prevention AS (CDC) tengah mempertimbangkan penerbitan imbauan perjalanan ke China menyusul lonjakan kasus penyakit chikungunya yang ditularkan melalui nyamuk.

    Lonjakan kasus ini sebagian besar terjadi di Provinsi Guangdong, wilayah selatan China. Sejak awal bulan lalu, tercatat lebih dari 5.000 kasus chikungunya secara nasional. Foshan di Guangdong menjadi wilayah yang paling terdampak, dengan 5.155 kasus terkonfirmasi hingga Minggu.

    Menyikapi hal ini, pemerintah kota menaikkan status respons darurat kesehatan masyarakat ke Level III pada Kamis lalu. Dalam sistem respons kesehatan China, Level III mengindikasikan peristiwa kesehatan masyarakat yang ‘relatif besar’, dengan Level I sebagai kategori paling serius.

    Virus ini tidak menular langsung dari orang ke orang. Penularan terjadi ketika nyamuk menggigit seseorang yang sudah terinfeksi, lalu menyebarkannya ke orang lain melalui gigitan berikutnya.

    Menurut Centre for Health Protection (CHP) di Hong Kong, komplikasi jangka panjang dan kematian akibat chikungunya tergolong jarang, dan biasanya hanya terjadi pada individu dengan kondisi kesehatan yang sudah lemah sebelumnya. Data juga menunjukkan bahwa infeksi ini dapat menghasilkan kekebalan alami.

    Karena belum tersedia obat khusus untuk mengobati chikungunya, perlindungan diri dari gigitan nyamuk tetap menjadi langkah pencegahan terbaik. Vaksinasi tersedia dan direkomendasikan bagi wisatawan yang akan bepergian ke wilayah berisiko.

    Otoritas kesehatan di Foshan menyebutkan bahwa sebagian besar kasus tergolong ringan, dan sekitar 95 persen pasien dapat dipulangkan dalam waktu tujuh hari.

    Wabah chikungunya di China diketahui berasal dari kasus impor yang pertama kali terdeteksi di Distrik Shunde, Foshan, pada 8 Juli lalu, menurut keterangan dari biro kesehatan setempat.

    Dalam telekonferensi nasional yang digelar pada Rabu, Komisi Kesehatan Nasional China mengeluarkan arahan terkait upaya penanggulangan wabah. Mereka menekankan pentingnya peningkatan koordinasi antarwilayah, serta penguatan sistem pemantauan dan peringatan dini.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Ancaman Serius, Peneliti Ramal Kasus Kanker Hati Bakal Meningkat, Ini Pemicunya

    Ancaman Serius, Peneliti Ramal Kasus Kanker Hati Bakal Meningkat, Ini Pemicunya

    Jakarta

    Jumlah orang yang mengidap kanker hati akan meningkat hampir dua kali lipat di seluruh dunia pada tahun 2050, kecuali, banyak upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyebabnya.

    Dikutip dari laman France 24, data dari Global Cancer Observatory yang diterbitkan dalam jurnal medis Lancet menunjukkan, kasus baru kanker hati akan meningkat menjadi 1,52 juta per tahun dari 870.000, jika tren saat ini terus berlanjut.

    Kanker hati merupakan kanker paling mematikan ketiga di antara semua kanker. Penelitian memperkirakan, kanker hati akan merenggut sebanyak 1,37 juta jiwa pada pertengahan abad ini. Meski demikian, menurut tim ahli internasional, tiga dari lima kasus kanker hati bisa dicegah.

    Faktor risiko dari kanker hati adalah konsumsi alkohol, penumpukan lemak di hati yang terkait dengan obesitas atau yang sebelumnya dikenal dengan Nonalcoholic fatty liver (NAFLD), jenis penyakit perlemakan hati yang tidak berhubungan dengan konsumsi alkohol, serta hepatitis virus.

    Konsumsi alkohol diperkirakan menyebabkan lebih dari 21 persen dar kasus kanker hati pada tahun 2050, naik lebih dari dua poin persentase dari tahun 2022. Sementara, kanker akibat lemak terkait obesitas di hati akan meningkat hingga 11 persen, yang juga naik lebih dari dua poin persentase.

    Kanker hati gegara hepatitis B

    Virus penyebab hepatitis B dan C diperkirakan akan tetap menjadi penyebab utama kanker hati pada tahun 2050. Cara terbaik untuk mencegah hepatitis B adalah pemberian vaksinasi saat lahir. Namun, cakupan vaksin masih rendah di negara-negara miskin, seperti Afrika sub-Sahara.

    Hepatitis B sendiri diperkirakan dapat membunuh 17 orang antara tahun 2015 dan 2030, kecuali tingkat vaksinasi ditingkatkan.

    Studi berskala besar yang meninjau bukti-bukti mengenai subjek ini menggaris bawahi adanya kebutuhan mendesak akan tindakan global terhadap kanker hati. Sehingga, para ahli menyerukan kesadaran masyarakat yang lebih besar tentang bahaya kanker hati yang bisa dicegah. Mereka terutama mengingatkan orang-orang dengan obesitas atau diabetes tentang penyakit hati berlemak di Amerika Serikat, Eropa, dan Asia.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video WHO soal Risiko Kesehatan Global Terkait Penyakit Misterius Kongo: Rendah”
    [Gambas:Video 20detik]
    (elk/kna)

  • Cek Kesehatan Gratis Anak Sekolah Resmi Dimulai, Periksa Gigi sampai Imunisasi

    Cek Kesehatan Gratis Anak Sekolah Resmi Dimulai, Periksa Gigi sampai Imunisasi

    Jakarta

    Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono meninjau pelaksanaan kick-off cek kesehatan gratis (CKG) khusus anak sekolah di SD Prestasi Global Depok, Jawa Barat. Dalam kunjungannya, Wamenkes menuturkan untuk di Jawa Barat ada 19 kota dan kabupaten yang melaksanakan CKG secara serempak.

    Anak-anak yang mengikuti nampak bahagia dan tidak takut dalam menjalani CKG. Menurut Wamenkes, ini menjadi tanda bahwa pelajar-pelajar menerima dengan baik program CKG yang dilaksanakan pemerintah.

    “Saya lihat hari ini bagus ya, anak-anak lari di pemeriksaan kebugaran. Mereka serius untuk lari, mereka serius tapi happy. Mereka saya lihat, tidak ada rasa takut di pemeriksaan kesehatan ini, justru menggembirakan,” kata Wamenkes ketika ditemui awak media dalam kunjungannya di Depok, Jawa Barat, Senin (4/8/2025).

    Beberapa pemeriksaan yang dilakukan meliputi kesehatan gigi, mata, telinga, kebugaran, tekanan darah, tinggi badan, dan kelengkapan imunisasi campak, rubella, serta vaksinasi kanker serviks. Untuk kesehatan jiwa, pemeriksaan dilakukan melalui kuesioner yang diberikan pada orang tua beberapa hari sebelum CKG di sekolah.

    Menurut Wamenkes, kesehatan mata adalah salah satu faktor penting dalam pemeriksaan CKG untuk anak sekolah. Penglihatan yang buruk membuat proses belajar mengajar dapat terganggu.

    “Kalau matanya terganggu, nanti mereka melakukan proses belajar jadi nggak kelihatan, prestasi turun. Prestasi turunnya bukan karena nggak bisa (pelajaran), tapi mereka nggak bisa lihat yang ditulis di papan tulis,” tandas Wamenkes.

    Kepala Sekolah Prestasi Global Depok, Mustopa menuturkan sebanyak 843 siswa turut serta dalam kick off CKG hari ini. Dari jumlah tersebut, sebanyak 200-an siswa mengikuti imunisasi campak serta kanker serviks.

    “Hari ini semuanya, kita lakukan hari ini 843 siswa dan 200an ikut imunisasi. Misalnya ada yang nanti tidak ikut hari ini, khususnya imunisasi, kita sampaikan ke bidan puskesmas nanti diantarkan ke puskesmas terdekat,” ujar Mustopa.

    (avk/kna)

  • Video Bolehkah Ibu Pengidap Hepatitis B Menyusui? Ini Jawaban Kemenkes…

    Video Bolehkah Ibu Pengidap Hepatitis B Menyusui? Ini Jawaban Kemenkes…

    Kementerian Kesehatan lewat anggota Komite Ahli Hepatitis Kemenkes sekaligus Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia dr Irsan Hasan menjawab soal boleh atau tidaknya ibu hamil yang terinfeksi hepatitis B menyusui saat setelah melahirkan. Menurutnya, bila si bayi sudah mendapatkan vaksinasi maka menyusuinya tidak akan meningkatkan risiko transmisi.

    Nah, bagaimana dengan terapi tenofovir, apakah aman diberikan? Berikut penjelasan dr Irsan Hasan…

    detikers, yuk klik di sini untuk menonton video lainnya!

  • COVID-19 Stratus Dominan di RI, Masih Mempan Dilawan Vaksin? Ini Kata Kemenkes

    COVID-19 Stratus Dominan di RI, Masih Mempan Dilawan Vaksin? Ini Kata Kemenkes

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI melaporkan varian baru COVID-19 bernama XFG atau dikenal Stratus, kini menjadi varian dominan di Indonesia. Pada Mei 2025, varian Stratus tercatat menyumbang 75 persen kasus COVID-19 di Tanah Air. Angka ini meningkat drastis hingga mencapai 100 persen pada Juni. Varian XEN juga sempat terdeteksi dengan kontribusi sebesar 25 persen pada Mei.

    Meski begitu, Kemenkes menegaskan varian yang saat ini beredar di Indonesia masih termasuk dalam kategori risiko rendah. Masyarakat diminta tetap tenang dan tidak panik, tetapi tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan, terutama bagi kelompok yang rentan seperti lansia dan pengidap penyakit penyerta.

    “Varian dominan COVID-19 yang ada di Indonesia saat ini termasuk dalam kategori varian dengan risiko rendah, sehingga tidak perlu panik, namun tetap penting menjaga protokol kesehatan,” demikian laporan Kemenkes RI, dikutip Senin (28/7/2025).

    “XFG menjadi variant nomor 1 dalam hal Spread di mana per 13 Juni sudah terdeteksi di 130 negara (paling banyak dari Eropa dan Asia) per Juni 2025,” lanjut laporan tersebut.

    Adapun varian Stratus diketahui masuk ke dalam varian yang dipantau WHO atau variant under monitoring (VUM) sejak 25 Juni 2025. Sama seperti COVID-19 varian Nimbus yang ditetapkan masuk kategori tersebut di 23 Mei.

    Di sisi lain, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama juga mengatakan laporan terbaru Kemenkes menandakan COVID-19 memang belum sepenuhnya lenyap.

    “Dengan itu, maka kita harus terima kenyataan bahwa dari waktu ke waktu akan ada saja laporan varian atau sub varian baru dari SARS-COV-2, baru2 ini ada Nimbus dan sekarang ada Stratus,” beber Prof Tjandra, yang juga seorang profesor pulmonologi, saat dihubungi detikcom Senin (28/7/2025).

    Apakah Vaksin Saat Ini Efektif Lawan Varian Stratus?

    Terkait efektivitas vaksin, Prof Tjandra menegaskan vaksin COVID-19 yang tersedia saat ini masih dapat digunakan, terutama dalam mencegah gejala berat dan kasus yang bersifat simtomatik.

    Hal serupa juga diungkapkan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian kesehatan RI (Kemenkes), Aji Muhawarman. Menurutnya, XFG atau Stratus masih merupakan turunan dari varian Omicron, dengan demikian vaksin yang ada masih efektif digunakan.

    “Dengan demikian vaksin yang ada masih bisa digunakan dan ampuh untuk membangun imunitas tubuh terhadap COVID,” tuturnya saat dihubungi detikcom, Senin (28/7).

    Meski begitu, jumlah vaksin gratis yang disediakan saat ini sudah sangat terbatas. Di luar program pemerintah, vaksin COVID-19 masih bisa didapatkan secara mandiri.

    Dikutip dari laman Kemenkes RI, penerima vaksin gratis program pemerintah terbagi ke beberapa kelompok per 1 Januari 2024, yakni masyarakat lanjut usia, lanjut usia dengan komorbid, dewasa dengan komorbid, tenaga kesehatan yang bertugas di garda terdepan, ibu hamil, serta remaja usia 12 tahun ke atas dan kelompok usia lainnya dengan kondisi immunocompromised (orang yang mengalami gangguan sistem imun) sedang-berat.

    Sementara itu, sesuai Surat Edaran Dirjen Farmalkes HK.02.02/E/2571/2023 tentang Penyediaan Vaksin untuk Pelaksanaan Vaksin COVID-19 Pilihan, bagi masyarakat yang tidak masuk dalam kriteria di atas, imunisasi COVID-19 menjadi imunisasi pilihan secara mandiri, dan bisa didapatkan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan yang menyediakan layanan vaksinasi COVID-19.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Bagaimana dengan Indonesia?”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/naf)

    Varian Stratus Intai RI

    12 Konten

    COVID-19 di Indonesia kini didominasi varian XFG, atau dijuluki ‘varian stratus’. Varian ini mendominasi 75 persen kasus di bulan Mei 2025, dan 100 persen kasus di Juni.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • RI Dihantui COVID-19 ‘Stratus’, Ini Bedanya dengan Varian Lain

    RI Dihantui COVID-19 ‘Stratus’, Ini Bedanya dengan Varian Lain

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) belum lama ini mengungkapkan COVID-19 varian XFG atau Stratus sudah terdeteksi di Indonesia. Bahkan, disebutkan Stratus saat ini menjadi varian yang paling dominan di Indonesia.

    Temuan ini diungkapkan berdasarkan pemantauan rutin yang dilakukan Kemenkes terkait penyakit pernapasan di 39 puskesmas, 25 rumah sakit, dan 14 balai karantina kesehatan.

    “Pada bulan Juni varian dominan di Indonesia adalah XFG dengan 75 persen pada Mei dan 100 Mei pada Juni. Lalu ada XEN sebesar 25 persen pada Mei,” ujar pihak Kemenkes belum lama ini.

    Sebenarnya apa yang berbeda dari Stratus dibanding varian yang sudah ada sebelumnya?

    Menurut dokter umum di Harvey Street dan Hannah Clinic London, Dr Kaywaan Khan varian Stratus memiliki karakteristik khusus yang membuatnya lebih rentan menginfeksi.

    Meski begitu, ia mengingatkan dampak infeksi dari varian Stratus tidak lebih fatal bila dibandingkan dengan varian Omicron yang juga sempat bikin heboh sebelumnya. Vaksin yang sudah disetujui juga tetap disarankan untuk mencegah keparahan gejala.

    “Berbeda dengan varian lain, Stratus memiliki mutasi tertentu pada protein spike yang membantunya menghindari antibodi yang terbentuk dari infeksi sebelumnya atau vaksinasi,” ujar Khan dikutip dari Cosmopolitan, Senin (28/7/2025).

    “Meski demikian, penting diingat Stratus tampaknya tidak lebih parah dibandingkan varian Omicron sebelumnya dalam hal tingkat keparahan penyakit, rawat inap, atau kematian,” sambungnya.

    Gejala Varian Stratus

    Secara umum COVID-19 Stratus menimbulkan gejala yang mirip dengan varian-varian sebelumnya. Misalnya, hilangnya indera penciuman dan pengecap.

    Namun, varian ini juga memiliki gejala khas, yaitu suara serak atau parau. Dr Khan menuturkan pemeriksaan COVID-19 perlu dilakukan bila mengalami gejala-gejala tersebut.

    “Salah satu gejala yang paling terlihat dari varian Stratus adalah suara serak, termasuk suara yang kasar atau parau,” ujar Dr Khan.

    Senada, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan gejala Stratus dapat berupa suara parau atau bahasa Inggrisnya hoarseness, scratchy, raspy voice.

    Sejumlah pasien di Inggris bahkan mengaitkan keluhan tersebut dengan nyeri tak tertahankan seperti terkena benda tajam di bagian leher. Meski begitu, tidak semua gejala tersebut selalu berkaitan dengan infeksi COVID-19 varian Stratus.

    Untuk benar-benar memastikannya, tetap diperlukan tes atau pemeriksaan COVID-19 melalui rapid test maupun PCR.

    “Stratus atau XFG merupakan rekombinasi dari LF.7 dan LP.8.1.2. XFG juga punya empat mutasi. Secara keseluruhan hal ini dapat berdampak pada kemungkinan peningkatan kasus serta kemungkinan melemahnya proteksi,” sorot dia.

    “Walau sejauh ini vaksin COVID-19 yang sekarang masih dapat digunakan, khususnya untuk yang simtomatik dan kasus yang berat,” pungkasnya.

    Selain itu, gejala lain dari infeksi COVID-19 varian Stratus menurut Menurut National Health Service (NHS) Inggris meliputi:

    Suhu tubuh tinggiMenggigilKehilangan atau perubahan indera penciuman dan pengecapSesak napasKelelahanBadan pegal-pegalSakit kepalaSakit tenggorokanHidung tersumbat atau berairHilang nafsu makanDiareMual dan muntah

    Pencegahan Infeksi COVID-19 Stratus

    Berkaitan dengan dengan dominasi varian Stratus di Indonesia, Kemenkes mengimbau masyarakat untuk tetap menerapkan gaya hidup bersih dan sehat. Pastikan juga untuk menerapkan etika batuk atau bersin untuk menghindari risiko penularan pada orang lain.

    Selain itu, pastikan untuk selalu menjaga kebersihan tangan dengan cuci tangan pakai sabun atau menggunakan hand sanitizer.

    Jika sedang sakit dan mengalami gejala COVID-19, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan ke dokter. Terlebih bila ada riwayat kontak dengan faktor risiko.

    Penggunaan masker juga sangat disarankan apabila mengalami masalah kesehatan seperti batuk, pilek, atau demam.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video Pernyataan Kemenkes Singapura Terkait Lonjakan Kasus Covid-19”
    [Gambas:Video 20detik]
    (avk/suc)

    Varian Stratus Intai RI

    13 Konten

    COVID-19 di Indonesia kini didominasi varian XFG, atau dijuluki ‘varian stratus’. Varian ini mendominasi 75 persen kasus di bulan Mei 2025, dan 100 persen kasus di Juni.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Varian Baru COVID ‘Stratus’ Mewabah di RI, Kelompok Ini Paling Rentan Terpapar

    Varian Baru COVID ‘Stratus’ Mewabah di RI, Kelompok Ini Paling Rentan Terpapar

    Jakarta

    Varian baru COVID-19 ‘Stratus’ atau XFG belakangan disorot setelah terdeteksi di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Kementerian Kesehatan RI melalui hasil surveilans penyakit pernapasan yang mencakup influenza, COVID-19, dan penyakit pernapasan lainnya.

    Surveilans ini dilakukan secara rutin melalui fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi sentinel, yakni 39 puskesmas, 35 rumah sakit, dan 14 balai karantina kesehatan di pintu masuk negara.

    Laporan tersebut mengatakan varian baru COVID XFG atau ‘Stratus’ kini menjadi varian paling dominan di Indonesia.

    “Pada Bulan Juni Varian dominan di Indonesia adalah XFG (75 persen pada Mei, dan 100 persen pada Juni), dan XEN (25 persen pada Mei),” demikian bunyi laporan Kemenkes, dikutip Minggu (27/7/2025).

    Kelompok Ini Paling Rentan Terpapar Varian Baru COVID Stratus

    Dikutip dari Health Site, kelompok yang paling berisiko terinfeksi varian baru COVID-19, termasuk Stratus adalah mereka yang termasuk dalam kategori rentan, seperti anak-anak, lansia, serta individu dengan penyakit penyerta (komorbid) atau sistem kekebalan tubuh yang lemah.

    Para ahli menjelaskan menurunnya kekebalan tubuh menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan penyebaran varian ini semakin meluas. Efektivitas vaksin booster juga disebut menurun seiring waktu, sementara infeksi alami yang dulu memberikan kekebalan kini mulai jarang terjadi.

    Kondisi ini membuat semakin banyak orang kembali rentan terhadap infeksi COVID-19, termasuk terhadap varian baru seperti Stratus. Para ahli memperingatkan ancaman ini bisa menjadi pemicu gelombang baru infeksi, terutama di kalangan masyarakat yang belum mendapatkan vaksin booster atau memiliki daya tahan tubuh rendah.

    dr Kaywaan Khan, dokter umum di Harley Street dan pendiri Hannah London Clinic juga memperingatkan orang-orang dari semua kelompok usia dan jenis kelamin mungkin rentan jika varian tersebut terus menyebar tanpa terkendali.

    “Tidak seperti varian lain, Stratus memiliki mutasi tertentu pada protein spike, yang dapat membantunya menghindari antibodi yang terbentuk dari infeksi atau vaksinasi sebelumnya,” kata dr Khan, dikutip dari Financial Express.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/up)

    Varian Stratus Intai RI

    13 Konten

    COVID-19 di Indonesia kini didominasi varian XFG, atau dijuluki ‘varian stratus’. Varian ini mendominasi 75 persen kasus di bulan Mei 2025, dan 100 persen kasus di Juni.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Fakta-fakta Varian Baru COVID ‘Stratus’ Masuk RI, Gejala dan Ciri Khasnya

    Fakta-fakta Varian Baru COVID ‘Stratus’ Masuk RI, Gejala dan Ciri Khasnya

    Jakarta

    Varian baru COVID XFG atau stratus sudah terdeteksi di Indonesia menurut laporan terbaru Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes). Stratus menjadi varian yang paling dominan di Indonesia.

    Laporan ini diberikan berdasarkan hasil pemantauan rutin terhadap penyakit pernapasan, seperti influenza dan COVID-19 di 39 puskesmas, 25 rumah sakit, serta 14 Bala Karantina Kesehatan yang berfungsi sebagai sentinel site.

    “Pada Bulan Juni Varian dominan di Indonesia adalah XFG (75 persen pada Mei, dan 100 persen pada Juni), dan XEN (25 persen pada Mei),” demikian bunyi laporan Kemenkes, dikutip Minggu (27/7/2025).

    Hingga minggu ke 30, jumlah total kasus COVID sepanjang 2025 terdapat 291 kasus dari sebanyak 12.853 spesimen yang diperiksa, menghasilkan positivity rate kumulatif 2,26 persen. Sedangkan, jumlah kasus yang ada di lokasi sentinel sampai minggu ke-25 mencapai 82 kasus dari sebanyak 2.613 spesimen.

    Positif kumulatif tahun 2025 terbanyak dilaporkan di DKI Jakarta, Jawa Timur, Banten, Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan DI Yogyakarta.

    Kemenkes RI mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dengan gejala infeksi saluran pernapasan, menerapkan protokol; kesehatan dasar, dan melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala flu berat, batuk, atau demam tinggi. Sementara, vaksinasi dianjurkan bagi kelompok rentan.

    Gejala Varian COVID Stratus

    Menurut dokter umum di Harley Street, sekaligus pendiri Hannah London Clinic, dr Kaywaan Khan, stratus memiliki mutasi spesifik pada protein spike (lonjakan) yang memungkinkan virus ini menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya maupun vaksinasi.

    Stratus dikatakan tidak tampak lebih berat atau parah jika dibandingkan dengan varian sebelumnya. Tapi, ada gejala yang dinilai cukup khas.

    “Salah satu gejala paling mencolok dari varian Stratus adalah suara serak atau parau,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa secara umum, gejala Stratus tergolong ringan hingga sedang.

    dr Khan menyarankan, jika seseorang mendapat hasil positif, maka sebaiknya tetap di rumah dan menjalani isolasi. Sebab, varian stratus sangat mudah menular.

    Selain itu, beberapa gejala lainnya mirip varian COVID-19 sebelumnya. Dikutip dari laman National Health Service UK (NHS), gejalanya meliputi:

    Sesak napasKehilangan atau perubahan indra penciuman dan perasa,Kelelahan, demam atau menggigilHidung tersumbat atau berairNyeri ototBatuk terus-menerusSakit tenggorokanSakit kepalaDiareHilangnya nafsu makan, dan mual

    Varian Stratus Lebih Berbahaya?

    Stratus ditetapkan sebagai variant under monitoring (VUM) oleh WHO, sebab proporsinya terus meningkat secara global. Varian ini diperkirakan memiliki pertumbuhan yang relatif tertinggi dibandingkan dengan varian lain yang beredar, seperti Nimbus atau NB.1.8.1 terkini. Kendati demikian, stratus dikatakan tidak lebih parah dibandingkan varian lainnya yang beredar.

    “Data saat ini tidak menunjukkan varian ini menyebabkan penyakit yang lebih parah atau kematian daripada varian lain yang beredar,” kata WHO, (7/7/2025).

    Terdapat bukti yang menunjukkan adanya peningkatan proporsi dari varian stratus. Tapi, WHO belum mengamati tanda-tanda yang menunjukkan peningkatan keparahannya.

    “Meskipun ada peningkatan kasus dan rawat inap yang dilaporkan di beberapa negara [Kawasan Asia Tenggara], yang memiliki proporsi XFG tertinggi, tidak ada laporan yang menunjukkan bahwa tingkat keparahan penyakit terkait lebih tinggi dibandingkan dengan varian yang beredar lainnya, kata WHO.

    Sementara itu, menurut konsultan epidemiologi di UK Health Security Agency (UKHSA), Dr Alex Allen mengatakan pula bahwa sejauh ini tidak ada bukti yang menunjukkan varian stratus menyebabkan penyakit yang lebih parah dari varian sebelumnya.

    “Merupakan hal yang normal bagi virus untuk bermutasi dan berubah seiring waktu,” kata Dr Alex Allen, seraya menambahkan pihaknya terus memantau semua jenis COVID di Inggris, dikutip dari The Independent.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video Varian Covid-19 yang Mendominasi Indonesia Saat Ini “
    [Gambas:Video 20detik]
    (elk/suc)

    Varian Stratus Intai RI

    5 Konten

    COVID-19 di Indonesia kini didominasi varian XFG, atau dijuluki ‘varian stratus’. Varian ini mendominasi 75 persen kasus di bulan Mei 2025, dan 100 persen kasus di Juni.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Varian Baru COVID ‘Stratus’ Terdeteksi di RI, Punya Gejala Tak Biasa

    Varian Baru COVID ‘Stratus’ Terdeteksi di RI, Punya Gejala Tak Biasa

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) melaporkan adanya varian baru yang mendominasi di Indonesia, yakni XFG atau disebut ‘Stratus’. Laporan tersebut mencakup hasil pemantauan rutin terhadap penyakit pernapasan, termasuk influenza dan COVID-19, yang dilakukan di 39 Puskesmas, 35 rumah sakit, dan 14 Balai Karantina Kesehatan yang berfungsi sebagai sentinel site.

    Pemantauan dilakukan untuk memonitor tren penyakit, tingkat keparahan gejala, hingga karakteristik molekuler virus yang beredar. Hingga minggu ke-30, total kasus COVID-19 sepanjang tahun 2025 tercatat 291 kasus dari 12.853 spesimen yang diperiksa, menghasilkan positivity rate kumulatif sebesar 2,26 persen. Sementara itu, jumlah kasus yang terdeteksi di lokasi sentinel hingga minggu ke-25 mencapai 82 kasus dari 2.613 spesimen.

    Pada bulan Juni, varian XFG menjadi varian dominan di Indonesia, terdeteksi pada 75 persen spesimen pada bulan Mei dan meningkat menjadi 100 persen pada Juni. Selain itu, varian XEN terdeteksi sebesar 25 persen pada Mei, namun tidak ditemukan pada bulan Juni.

    Varian ini juga memicu peningkatan kasus di beberapa negara, termasuk Inggris, bahkan menjadi strain yang paling dominan di negara tersebut. XFG telah ditetapkan sebagai variant under monitoring (VUM) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena proporsinya yang terus meningkat secara global.

    Adapun XFG adalah varian SARS-CoV-2 rekombinan dari subvarian LF.7 dan LP.8.1.2, dengan sampel pertama dikumpulkan pada 27 Januari 2025.

    Pada bulan Mei, varian Stratus tercatat menyumbang 10 persen dari seluruh kasus COVID-19 di Inggris. Namun, pada pertengahan Juni, angkanya melonjak menjadi 40 persen. Saat ini, terdapat dua subvarian Stratus yang beredar, yaitu XFG dan XFG.3. Meski begitu, hanya varian XFG yang masuk ke dalam daftar VUM.

    Gejala Tak Biasa Varian COVID ‘Stratus’

    Dokter umum di Harley Street sekaligus Pendiri Hannah London Clinic, dr Kaywaan Khan mengatakan Stratus memiliki mutasi spesifik pada protein spike (lonjakan) yang memungkinkannya menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya maupun vaksinasi, tidak seperti varian lainnya.

    dr Khan menegaskan Stratus tidak tampak lebih berat atau lebih parah dibandingkan varian sebelumnya. Namun, ada satu gejala yang dinilai cukup khas.

    “Salah satu gejala paling mencolok dari varian Stratus adalah suara serak atau parau,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa secara umum, gejala Stratus tergolong ringan hingga sedang.

    Ia juga menyarankan, apabila seseorang mendapatkan hasil tes positif, sebaiknya tetap tinggal di rumah dan menjalani isolasi, karena Stratus merupakan varian yang sangat mudah menular.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Waspadai COVID ‘Stratus’, Varian Baru yang Kini Dominan di RI

    Waspadai COVID ‘Stratus’, Varian Baru yang Kini Dominan di RI

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) melalui laporan sistem surveilans penyakit minggu ke-30 mengumumkan adanya peningkatan kasus COVID-19 serta dominasi varian baru di Indonesia.

    Laporan tersebut mencakup hasil pemantauan rutin terhadap penyakit pernapasan, termasuk influenza dan COVID-19, yang dilakukan di 39 Puskesmas, 35 rumah sakit, dan 14 Balai Karantina Kesehatan yang berfungsi sebagai sentinel site. Pemantauan dilakukan untuk memonitor tren penyakit, tingkat keparahan gejala, hingga karakteristik molekuler virus yang beredar.

    Data terbaru menunjukkan peningkatan positivity rate COVID-19, dari 3 persen pada minggu sebelumnya menjadi 9 persen. Per minggu ke-29, dari 205 pemeriksaan, tercatat 15 kasus positif, yang terdiri dari 6 kasus di sentinel ILI (influenza-like illness) dan 9 kasus dari luar sentinel, dengan positivity rate sebesar 7,32 persen.

    Hingga minggu ke-30, total kasus COVID-19 sepanjang tahun 2025 tercatat 291 kasus dari 12.853 spesimen yang diperiksa, menghasilkan positivity rate kumulatif sebesar 2,26 persen. Sementara itu, jumlah kasus yang terdeteksi di lokasi sentinel hingga minggu ke-25 mencapai 82 kasus dari 2.613 spesimen.

    Adapun positif kumulatif tahun 2025 terbanyak dilaporkan di DKI Jakarta, Jawa Timur, Banten, Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan DI Yogyakarta. Adapun varian yang kini mendominasi di Indonesia adalah varian baru XFG atau kerap disebut ‘Stratus’.

    “Pada Bulan Juni Varian dominan di Indonesia adalah XFG (75 persen pada Mei, dan 100 persen pada Juni), dan XEN (25 persen pada Mei),” demikian bunyi laporan Kemenkes, dikutip Minggu (27/7/2025).

    Kemenkes RI mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap gejala infeksi saluran pernapasan, menerapkan protokol kesehatan dasar, dan segera melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala flu berat, batuk, atau demam tinggi. Vaksinasi tetap dianjurkan terutama bagi kelompok rentan.

    “Total kasus COVID-19 dari M1-M30 tahun 2025 sebanyak 291 kasus dari total 12.853 spesimen diperiksa (positivity rate 2,26%). Jumlah kasus COVID-19 pada sentinel site hingga M25 berjumlah 82 kasus dari 2.613 spesimen diperiksa,” tutur Kemenkes.

    (suc/suc)