Event: Sovereign Wealth Fund (SWF)

  • Pro-Kontra Prabowo Minta Megawati, SBY, hingga Jokowi jadi Pengawas Danantara

    Pro-Kontra Prabowo Minta Megawati, SBY, hingga Jokowi jadi Pengawas Danantara

    Bisnis.com, JAKARTA — Wacana Presiden Prabowo Subianto untuk meminta para Presiden RI pendahulunya, yaitu Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), serta Joko Widodo (Jokowi) ikut mengawasi lembaga pengelola investasi anyar pemerintah, yaitu BPI Danantara, mengundang sejumlah pro-kontra. 

    Kuatnya unsur politis atas wacana tersebut membuat beberapa pihak meminta Prabowo mempertimbangkan lagi usulan yang disampaikannya itu.

    Pernyataan Kepala Negara itu awalnya dilontarkan saat Hari Ulang Tahun (HUT) ke-17 Partai Gerindra di Sentul, Bogor, Sabtu (15/2/2025). Saat itu, Prabowo mengungkap Danantara akan diresmikan pada 24 Februari 2025.

    Prabowo lalu secara terbuka meminta agar semua mantan presiden RI ikut menjadi pengawas di lembaga baru tersebut. Dia juga turut membuka potensi untuk turut mengundang pimpinan sejumlah ormas, seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah hingga Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).

    Saat ini, dari total tujuh pendahulu Prabowo yang pernah memegang kekuasaan eksekutif tertinggi, hanya tersisa tiga orang, yaitu Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) serta Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi).

    Bahkan, saat Prabowo memberikan pernyataan terbuka itu, Jokowi pun turut hadir.

    “Tanggal 24 Februari yang akan datang kita akan luncurkan Danantara, Daya Anagata Nusantara. Artinya kekuatan atau energi masa depan Indonesia. Ini harus kita jaga bersama. Karena itu saya minta semua presiden sebelum saya berkenan ikut menjadi pengawas di Danantara ini,” katanya pekan lalu.

    Ketiga mantan presiden sebelum Prabowo itu saat ini masih aktif dalam politik Tanah Air. Dua di antaranya bahkan memegang jabatan level tinggi di partai politik dengan kursi di parlemen. SBY kini menjabat Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, sedangkan Megawati hingga kini masih menjabat Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP).

    Kendati permintaan Prabowo, draf RUU BUMN yang baru saja disahkan DPR mengatur Dewan Pengawas Danantara nantinya akan diduduki oleh Menteri BUMN.

    Untuk diketahui, beleid tersebut mengatur adanya tiga komponen yang berada dalam tubuh calon embrio superholding BUMN itu. Ada Dewan Pengawas, Dewan Penasihat dan Badan Pengelola Danantara.

    Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, pasal 3N pada RUU tersebut mengatur bahwa Dewan Pengawas BPI Danantara terdiri atas Menteri BUMN sebagai Ketua merangkap anggota, perwakilan dari Kementerian Keuangan sebagai anggota, dan pejabat negara atau pihak lain yang ditunjuk oleh Presiden sebagai anggota.

    Dengan demikian, Menteri BUMN Erick Thohir akan menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas BPI Danantara.

    Perbesar

    Rangkul Semua Kalangan 

    Peneliti politik di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati menilai, keinginan Prabowo agar mantan presiden menjadi pengawas Danantara adalah bagian dari upaya merangkul semua kalangan.

    Wasisto lalu mengingatkan, pengawasan kepada Danantara diharapkan bukan semata-mata simbolis saja. Dia menyebut harus ada kompetensi dan pengalaman kerja yang menjadi indikator utama bagi para pejabat Danantara.

    “Mengingat arah lembaga ini diproyeksikan seperti Temasek. Maka ada baiknya peran politik praktis diminimalkan,” kata Wasisto kepada Bisnis, Selasa (18/2/2025).

    Menurut Wasisto, pengawasan Danantara lebih ideal berada di tangan teknokrat. Dia menilai lembaga dengan aset ekonomi terbesar akan riskan apabila berbenturan dengan kepentingan politik.

    Senada dengan Wasisto, Analis Komunikasi Politik KedaiKOPI Hendri Satrio menyebut Prabowo harus mempertimbangkan kembali soal idenya untuk mengajak mantan presiden ke dalam tubuh Danantara. Dia mengatakan bahwa kapabilitas dan potensi konflik kepentingan harus menjadi pertimbangan.

    “Karena kan tujuannya adalah negara mendapatkan keuntungan [dari] Danantara ini. Sebuah ide bagus yang harus dikaji lagi. Jadi jangan sampai kemudian Danantara ini dijadikan organisasi politik, karena ini organisasi bisnis,” katanya kepada Bisnis.

    Perbesar

    Ambisi Prabowo Kelola Aset Rp14.715 Triliun 

    Prabowo menyampaikan bahwa melalui BPI Danantara, atau lengkapnya Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara, proyek besar di Tanah Air bisa dibiayai tanpa harus meminta investasi dari luar negeri.

    Menurut pria yang juga Ketua Umum Partai Gerindra itu, sovereign wealth fund (SWF) baru Indonesia tersebut diperkirakan bakal mengelola lebih dari US$900 miliar asset under management atau setara Rp14.715 triliun.

    Selain itu, initial funding atau pendanaan awal Danantara diproyeksi mencapai US$20 miliar atau sekitar Rp326 triliun (asumsi kurs Rp16.300 per dolar AS). Nilai itu masih rendah dari amanat Undang-undang (UU) BUMN yang mematok modal BPI Danantara minimal Rp1.000 triliun.

    Danantara, kata Prabowo, akan menginvestasikan sumber daya alam dan aset negara ke dalam proyek yang berkelanjutan dan berdampak tinggi di berbagai sektor seperti energi terbarukan, manufaktur canggih, industri hilir, produksi pangan, dan lain-lain.

    “Kami berencana untuk memulai sekitar 15 hingga 20 proyek bernilai miliaran dolar, yang akan menciptakan nilai tambah yang signifikan bagi negara kami. Saya sangat yakin, saya sangat optimistis. Indonesia akan maju dengan kecepatan penuh,” ujarnya saat memberi pidato di gelaran World Government Summit 2025 melalui konferensi video, Kamis (13/2/2025).

    Prabowo mengatakan bahwa semua proyek tersebut diharapkan akan berkontribusi pada pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8%.

    “Semua proyek ini akan berkontribusi untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi kami sebesar 8%,” pungkasnya.

  • Konsep BPI Danantara Perlu Dikaji Ulang, Simak Alasannya – Page 3

    Konsep BPI Danantara Perlu Dikaji Ulang, Simak Alasannya – Page 3

    Liputan6.com, Aceh Pemerintah Indonesia telah mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi undang-undang yang kini dikenal sebagai UU BUMN.

    Salah satu poin utama dalam UU ini adalah pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) yang bertujuan mengelola dan mengoptimalkan aset-aset BUMN sebagai sumber pembiayaan strategis.

    Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menilai bahwa meskipun ia belum memperoleh akses ke rincian lengkap UU BUMN yang baru disahkan, inisiatif pembentukan BPI Danantara sangat relevan dengan kebutuhan pembiayaan besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

    “Saya belum mempelajari secara detail isi UU BUMN yang disepakati. Namun, jika melihat dari inisiatif awalnya, memang benar bahwa kita membutuhkan sumber pendanaan yang besar untuk menopang pertumbuhan ekonomi,” ujar Josua saat ditemui di Banda Aceh, Minggu (9/2/2025).

    Dorongan Investasi untuk Capai Target Pertumbuhan Ekonomi

    Menurut Josua, salah satu alasan utama pembentukan BPI Danantara adalah untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ambisius, yakni sekitar 8%. Ia menegaskan bahwa untuk mencapai angka tersebut, pertumbuhan investasi harus mencapai minimal 7%.

    “Nah, untuk merealisasikan target ini, diperlukan investasi yang cukup besar. Salah satu modal awalnya adalah dengan mengonsolidasikan aset-aset BUMN agar dapat dioptimalkan. Jika aset ini dikelola dengan baik, dana kelolaannya akan meningkat dan bisa menjadi sumber pembiayaan bagi perekonomian,” jelasnya.

    Josua menambahkan bahwa ide dasar dari BPI Danantara adalah menciptakan Sovereign Wealth Fund (SWF) ala Indonesia yang dapat mengelola dan memanfaatkan aset BUMN secara lebih efektif. Melalui konsolidasi ini, diharapkan BPI Danantara dapat meningkatkan dana kelolaan sehingga mampu menjadi sumber pembiayaan yang lebih besar.

    “Pada akhirnya, konsepnya mirip dengan beberapa SWF global, tetapi model bisnisnya masih perlu dipelajari lebih lanjut, apakah akan seperti Temasek atau memiliki pendekatan lain,” tambahnya.

     

  • Penasihat presiden berharap investasi lebih agresif dengan Danantara

    Penasihat presiden berharap investasi lebih agresif dengan Danantara

    Yang lebih penting, Danantara itu diharapkan bisa melakukan leverage (penggunaan pinjaman dari investor sebagai modal) sehingga bisa melakukan investasi yang lebih agresif untuk proyek-proyek di Indonesia

    Jakarta (ANTARA) – Penasihat Khusus Presiden Bidang Ekonomi Bambang Brodjonegoro berharap Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) dapat mengupayakan investasi yang lebih agresif untuk merealisasikan berbagai program pembangunan.

    “Yang lebih penting, Danantara itu diharapkan bisa melakukan leverage (penggunaan pinjaman dari investor sebagai modal) sehingga bisa melakukan investasi yang lebih agresif untuk proyek-proyek di Indonesia,” ujar Bambang Brodjonegoro di Jakarta, Selasa.

    Ia menuturkan bahwa banyak investor luar negeri yang tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia, tapi tidak ingin menjalin kerja sama dengan pemerintah karena lebih memilih untuk berkolaborasi business-to-business (B2B) dengan pihak swasta.

    Salah satunya, sewaktu ia melakukan kunjungan ke Australia saat menjabat Kepala Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) periode 2016-2019 untuk menjajaki kerja sama dengan lembaga pengelola dana pensiun di Australia untuk membiayai pembangunan jalan tol di Indonesia.

    Bambang menyatakan bahwa jumlah dana pensiun yang terhimpun di Australia merupakan salah satu yang terbesar di dunia dan banyak diinvestasikan di sektor infrastruktur di berbagai negara, salah satunya di Meksiko.

    “Saya langsung bilang, ‘Bagaimana kalau Anda kami pertemukan dengan BUMN kami?’ Langsung jawabannya, ‘Tolong jangan BUMN’, katanya mereka tidak mau urusan sama BUMN karena mereka tuh tidak mau urusan kebawa-bawa ke negara, jadi mereka inginnya berurusan dengan swasta,” katanya.

    Mengingat pengalaman tersebut, ia pun berharap Danantara dapat menjadi partner investasi asing ke Indonesia seperti yang dilakukan oleh Lembaga Pengelola Investasi/Indonesia Investment Authority (INA).

    “INA tuh sudah menggandeng (lembaga) dana pensiun Kanada, (lembaga) dana pensiun Belanda, untuk masuk (berinvestasi) di beberapa ruas jalan tol. Itulah alternatif yang harus dipikirkan,” imbuh Bambang.

    Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan di Jakarta, Selasa, bahwa pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) telah disetujui dalam Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN.

    Ia menuturkan bahwa BPI Danantara akan melakukan pengelolaan BUMN baik secara operasional maupun mengoptimalkan pengelolaan dividen dalam rangka membantu tugas pemerintah.

    BPI Danantara membawahi INA dan tujuh BUMN dengan total aset sekitar Rp9.480 triliun, sehingga menjadikannya sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) terbesar keempat di dunia.

    Pewarta: Uyu Septiyati Liman
    Editor: Ahmad Buchori
    Copyright © ANTARA 2025

  • Perintah Trump, Calon Pembeli TikTok Sudah Ditentukan

    Perintah Trump, Calon Pembeli TikTok Sudah Ditentukan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Nasib TikTok di Amerika Serikat (AS) belum sepenuhnya jelas. Presiden AS Donald Trump memang membatalkan blokir TikTok yang mulanya dijadwalkan pada 19 Januari 2025.

    Namun, Trump tetap mendorong layanan di bawah ByteDance asal China tersebut untuk menyerahkan 50% kepemilikannya di AS kepada investor asal negeri Paman Sam.

    Terbaru, Trump menandatangani perintah eksekutif yang meminta pembentukan dana abadi alias sovereign wealth fund (SWF) hingga tahun depan. Ia mengatakan SWF tersebut berpotensi untuk membeli TikTok.

    Jika terbentuk, SWF itu juga dikatakan bisa menempatkan AS berbarengan dengan negara-negara lain yang sudah memiliki entitas serupa di Timur Tengah dan Asia.

    Tujuannya untuk membuat investasi langsung dalam mengelola uang pemerintah, dikutip dari Reuters, Selasa (4/2/2025).

    Dalam perintahnya, Trump meminta Kementerian Keuangan dan Kementerian Perdagangan untuk menyodorkan rencana pembentukan SWF itu dalam 90 hari. Di dalamnya termasuk rekomendasi terkait mekanisme pendanaan, strategi investasi, struktur pendanaan, dan model aturannya.

    Biasanya, SWF dibentuk untuk mengelola investasi dari surplus anggaran. Namun, AS mengoperasikannya ketika negara mengalami defisit. Pembentukan SWF ini nantinya akan membutuhkan persetujuan dari Kongres.

    “Kami akan menciptakan banyak kekayaan untuk pendanaan,” kata Trump. “Menurut saya sudah waktunya negara memiliki SWF,” ia menambahkan.

    Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan SWF akan dibentuk dalam waktu 12 bulan. Ia mengatakan akan memonetisasi aset dari pembukuan AS untuk masyarakat AS.

    “Akan ada kombinasi dari aset likuid, aset yang kami miliki di negara ini untuk kepentingan rakyat AS,” ia menuturkan.

    (fab/fab)

  • RUU BUMN Disahkan Jadi UU, Erick Thohir: BP Danantara Resmi Didirikan

    RUU BUMN Disahkan Jadi UU, Erick Thohir: BP Danantara Resmi Didirikan

    Jakarta

    Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyatakan Badan Pengelola (BP) Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) otomatis didirikan dan terbentuk dengan disahkannya Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Perubahan Ketiga atas UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi UU.

    “BP Danantara secara resmi didirikan dan dibentuk dalam rangka melakukan konsolidasi pengelolaan BUMN serta mengoptimalisasi pengelolaan dividen dan investasi,” kata Erick Thohir dalam penyampaian pidato di rapat paripurna DPR RI, Selasa (4/2/2025).

    Selain pembentukan BP Danantara, dalam RUU BUMN juga ada penegasan terkait pengelolaan aset BUMN sesuai dengan prinsip tata kelola perusahaan yang baik yaitu dilakukan secara akuntabel dan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

    “Beberapa pengaturan tersebut dan pengaturan-pengaturan lainnya dalam perubahan ketiga RUU BUMN ini diharapkan dapat semakin memperkuat daya saing BUMN dan mendukung target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagaimana yang telah dicanangkan presiden saat ini,” ucap Erick.

    Berdasarkan catatan detikcom, BP Investasi Danantara secara bertahap disiapkan pemerintah sebagai cikal bakal superholding BUMN yang mengonsolidasikan berbagai aset milik perusahaan pelat merah.

    Pada tahap awal, dana kelolaan atau asset under management (AUM) Danantara akan mencapai US$ 10,8 miliar atau setara Rp 170,62 triliun (kurs Rp 15.799) yang berasal dari INA. Langkah selanjutnya, sebanyak 7 BUMN bakal dikonsolidasikan ke dalam Danantara.

    Tujuh perusahaan pelat merah itu adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, dan holding BUMN pertambangan MIND ID.

    Apabila konsolidasi berjalan mulus, Danantara diproyeksikan mengelola AUM sebesar US$ 600 miliar atau sekitar Rp 9.479 triliun. Jumlah tersebut ditargetkan meningkat hingga mencapai US$ 982 miliar dalam beberapa tahun ke depan.

    Secara lebih luas, Danantara ditargetkan akan menjadi sovereign wealth fund (SWF) atau lembaga pengelola investasi terbesar ke-4 di dunia.

    Lihat juga Video Komisi VI DPR Rapat Bareng Mensesneg-Menteri Hukum, Bahas RUU BUMN

    (aid/fdl)

  • Terungkap Alasan Prabowo Bentuk Danantara!

    Terungkap Alasan Prabowo Bentuk Danantara!

    Jakarta

    Anggota Dewan Pakar TKN Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Budi Mulya, mengungkap alasan Presiden Prabowo Subianto membentuk Badan Pengelola (BP) Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara). Badan tersebut nantinya akan mengelola sejumlah BUMN dengan aset besar.

    Menurut Budi, Prabowo ingin Indonesia memiliki model pengelola investasi seperti di negara lain, misalnya Temasek di Singapura atau Khazanah di Malaysia.

    “Ini adalah mimpi, keinginan mendalam dari presiden Prabowo Subianto untuk bisa memiliki satu institusi yang sekaliber kalau di Singapura itu bernama Temasek, kalau di Malaysia namanya Khazanah, kalau di China CIC, kalau di UEA namanya Mubadala,” katanya dalam seminar nasional KAFEGAMA di Menara BTN, Jakarta Pusat, Sabtu (14/12/2024).

    Saat ini landasan hukum Danantara berupa Kepres memang belum diterbitkan. Namun saat sudah diluncurkan diharapkan Danantara bisa membantu target Prabowo mencapai pertumbuhan ekonomi 8%.

    Budi juga mengungkap Danantara akan menjadi mitra Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Lalu secara fungsinya, Danantara akan berperan selayaknya Kementerian BUMN.

    “Juga akan melakukan fungsi layaknya fungsi BUMN. Jadi tetap akan terus melanjutkan pengajuan sebagai badan usaha demi kepentingan produktivitas di berbagai bidang ekonomi,” tutur Budi.

    “Kita paham Kementerian BUMN menaungi 40 sekian BUMN yang masing-masing dengan portofolio yang berbeda. Ada portofolio yang menangani sektor riil, ada BUMN yang menangani keuangan, Himbara,” tambah dia.

    Dalam catatan detikcom, pada tahap awal, dana kelolaan atau aset yang dikelola (AUM) Danantara akan mencapai US$ 10,8 miliar atau setara Rp 170,62 triliun (kurs Rp 15.799) yang berasal dari Indonesia Investment Authority (INA).

    Langkah selanjutnya, sebanyak 7 BUMN akan dikonsolidasikan ke dalam Danantara. Tujuh perusahaan pelat merah itu adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, dan holding BUMN pertambangan MIND ID.

    Danantara juga akan menaungi Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA), yang merupakan Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia.

    Jika konsolidasi berjalan mulus, Danantara diproyeksikan mengelola AUM sebesar US$ 600 miliar atau sekitar Rp 9.479 triliun. Rinciannya, aset Bank Mandiri Rp 2,174 triliun, BRI Rp 1,965 triliun, PLN Rp 1,671 triliun, Pertamina Rp 1,412 triliun, BNI Rp 1,087 triliun, Telkom Indonesia Rp 318 triliun, MIND ID Rp 259 triliun, dan aset INA Rp 163 triliun.

    (ily/fdl)

  • Ketua DPR: LPI didirikan untuk perkuat kapasitas pembangunan nasional

    Ketua DPR: LPI didirikan untuk perkuat kapasitas pembangunan nasional

    Pembentukan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) merupakan amanat omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja.

    Jakarta (ANTARA) – Ketua DPR RI Puan Maharani mengatakan bahwa Lembaga Pengelola Investasi (LPl) didirikan untuk memperkuat kapasitas pembangunan nasional.

    Hal itu disampaikan Puan saat memimpin DPR bertemu dengan Panitia Seleksi (Pansel) Anggota Dewan Pengawas (Dewas) Lembaga Pengelola Investasi LPl di Ruang Rapat Komisi XI DPR RI, Gedung Nusantara I, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa.

    Pertemuan ini dalam rangka konsultasi antara Pansel dan DPR guna membahas pergantian anggota Dewas LPI dari unsur profesional.

    “LPI didirikan untuk memperkuat kapasitas pembiayaan pembangunan nasional, yang dikelola secara korporasi dan profesional. LPI membutuhkan orang profesional yang ahli di bidangnya tersebut,” kata Puan dalam keterangannya.

    Puan mengatakan bahwa pertemuan pada hari Selasa ini dalam rangka pemberian nama calon anggota Dewas LPI yang telah disepakati Pansel kepada DPR untuk dikonsultasikan sebelum calon terpilih nantinya dilantik oleh Presiden.

    Dua calon anggota Dewas LPI yang telah dijaring Pansel adalah Erwandi Hendarta dan Timur Sukimo juga turut hadir dalam pertemuan ini.

    Pemerintah membentuk Pansel Anggota Dewas LPI karena masa jabatan 3 tahun untuk Yozua Makes akan berakhir pada tanggal 22 Januari 2025.

    Hal itu sesuai amanat UU Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja, Pemerintah harus melakukan konsultasi dengan DPR untuk membahas calon anggota Dewas LPI.

    Dua calon anggota Dewas LPI dari unsur profesional yang telah dipilih Pansel memiliki pengalaman masing-masing di bidangnya.

    Erwandi Hendarta saat ini menjabat sebagai senior partner and the Head of Finance & Projects Practice Group in Hadiputranto, Hadinoto & Partners diketahui memiliki pengalaman mendalam di bidang hukum.

    Sementara itu, Timur Sukimo memiliki pengalaman di bidang hukum dan pengawasan, antara lain, sebagai komisaris independen Garuda Indonesia.

    Puan berharap bagi siapa saja yang terpilih nanti sebagai anggota dewas untuk membantu menunjang kinerja LPI.

    Berdasarkan Pasal 165 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, pembentukan Lembaga Pengelola Investasi bertujuan untuk meningkatkan nilai aset secara jangka panjang dalam rangka mendukung pembangunan secara berkelanjutan.

    “Pembentukan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Sovereign Wealth Fund (SWF) merupakan amanat omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja,” ujarnya.

    Dewas di lembaga ini sendiri bertugas melakukan seleksi dan pengangkatan dewan direktur yang bertanggung jawab dalam melaksanakan operasionalisasi LPI.

    Selain itu, Dewas LPI juga bertugas untuk menyusun pengaturan dasar-dasar pengelolaan LPI sebagai landasan bagi kegiatan operasional lembaga tersebut.

    Puan ingin anggota dewas baru nanti dapat memberi pengawasan terbaik kepada LPI dalam upaya meningkatkan investasi Indonesia dan menggerakkan perekonomian Indonesia, serta menyerap tenaga kerja.

    “LPI harus bisa menarik dana investasi untuk negara dan membantu menggerakkan ekonomi Indonesia, serta mengatasi pengangguran sesuai semangat UU Cipta Kerja,” tutup Puan.

    Sebagai informasi, LPI dinakhodai oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

    Hadir dalam pertemuan ini, Sri Mulyani, Wamenkeu Suahasil Nazara, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo dan Direktur Jenderal Kekayaan Negara (Dirjen KN) Rionald Silaban, serta seluruh perwakilan fraksi DPR RI.

    Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
    Editor: D.Dj. Kliwantoro
    Copyright © ANTARA 2024

  • RI Berguru ke UEA Perbesar Kapasitas SWF INA

    RI Berguru ke UEA Perbesar Kapasitas SWF INA

    Jakarta: Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menyatakan ketertarikannya untuk bisa belajar dari Uni Emirat Arab (UEA) untuk memperbesar kapasitas Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia Investment Authority (INA), sehingga dapat menguatkan ekonomi negara.
     
    “Kami pernah dibantu dalam mendirikan sovereign wealth fund kami yang sekarang INA. Tapi sekarang kami ingin memperbesar ini, kami ingin membuat sovereign wealth fund kami jauh lebih besar, dan kami juga ingin belajar dari pengalaman Uni Emirat Arab,” kata Presiden Prabowo kepada Presiden UEA Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan (MBZ) dalam kunjungan kenegaraan di Istana Kepresidenan Qasr Al Watn, Abu Dhabi, seperti dikutip dari Antara, Minggu, 24 November 2024.
     
    Peran UEA dalam operasional SWF Indonesia yakni INA termasuk besar pada 2021, dengan memberikan dana sebesar USD10 miliar melalui INA. Dalam hal ini, UEA menjadi negara yang paling besar memberikan investasi melalui INA dibandingkan dengan negara-negara lainnya yang terlibat seperti Amerika Serikat (AS), Kanada, Belanda, Jepang.
     

     

    Sekaligus perkuat Danantara

    Agar INA bisa berjalan lebih optimal, maka Presiden Prabowo tertarik untuk belajar membesarkan kapasitas SWF INA dari UEA. Hal itu didasari juga dengan fakta kepemimpinan Presiden MBZ yang mampu memajukan pembangunan negaranya.
    “Kami di Indonesia memandang Yang Mulia sebagai pemimpin yang sangat berhasil, pemimpin yang punya visi jauh ke depan, yang sudah terbukti membawa kemajuan modernisasi yang sangat pesat kepada negara Emirates, dan kami ingin belajar dari Yang Mulia,” ujar Presiden Prabowo.
     
    Selain INA yang mengelola investasi negara di Indonesia, melalui Kabinet Merah Putih besutan Presiden Prabowo dibentuk juga Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).
     
    Kepala Danantara Muliaman Darmansyah Hadad mengatakan, Danantara memiliki tugas serupa dengan INA. Namun badan ini memiliki cakupan yang lebih luas karena juga mengelola investasi negara di luar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Bertemu MBZ, Prabowo Ingin Belajar Kelola SWF dari Uni Emirat Arab

    Bertemu MBZ, Prabowo Ingin Belajar Kelola SWF dari Uni Emirat Arab

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto menyatakan ketertarikannya untuk bisa belajar dari Uni Emirat Arab (UEA) untuk memperbesar kapasitas Sovereign Wealth Fund (SWF) INA (Indonesia Investment Authority) untuk memperkuat ekonomi negara.

    Hal itu disampaikan Presiden kepada Presiden PEA Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan (MBZ) dalam kunjungan kenegaraan di Istana Kepresidenan Qasr Al Watn, Abu Dhabi, Sabtu (23/11/2024. 

    “Kami pernah dibantu dalam mendirikan sovereign wealth fund kami yang sekarang INA. Tapi sekarang kami ingin memperbesar ini, kami ingin membuat sovereign wealth fund kami jauh lebih besar, dan kami juga ingin belajar dari pengalaman Uni Emirat Arab,” kata Prabowo dikutip dari Antara, Minggu (24/11/2024). 

    Peran Uni Emirat Arab (UEA) dalam operasional SWF Indonesia yakni INA termasuk besar pada 2021, yakni memberikan dana sebesar US$10 miliar melalui INA. Dalam hal ini, UEA menjadi negara yang paling besar memberikan investasi melalui INA dibandingkan dengan negara-negara lainnya yang terlibat seperti Amerika Serikat, Kanada, Belanda, Jepang.

    Agar INA bisa berjalan lebih optimal, maka Presiden Prabowo tertarik untuk belajar membesarkan kapasitas SWF INA dari PEA. Hal itu didasari juga dengan fakta kepemimpinan Presiden MBZ yang mampu memajukan pembangunan negaranya.

    “Kami di Indonesia memandang Yang Mulia sebagai pemimpin yang sangat berhasil, pemimpin yang punya visi jauh ke depan, yang sudah terbukti membawa kemajuan modernisasi yang sangat pesat kepada negara Emirates, dan kami ingin belajar dari Yang Mulia,” ujar Prabowo.

    Selain INA yang mengelola investasi negara di Indonesia, Presiden Prabowo juga berencana untuk membentuk Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).

    Kepala Danantara Muliaman Darmansyah Hadad mengatakan Danantara memiliki tugas serupa dengan INA, namun badan ini memiliki cakupan yang lebih luas karena juga mengelola investasi negara di luar APBN.

  • Badan Pengelola Investasi Bikinan Prabowo Punya 3 Fungsi, Apa Saja?

    Badan Pengelola Investasi Bikinan Prabowo Punya 3 Fungsi, Apa Saja?

    Jakarta

    Wakil Kepala Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BP Danantara), Kaharuddin Djenod buka-bukaan soal Danantara yang merupakan cikal bakal Super Holding BUMN. Lembaga baru itu nantinya akan membawahi sejumlah BUMN besar.

    Menurut Kaharuddin, Danantara akan lebih besar dari Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesian Investment Authority (INA) selaku sovereign wealth fund (SWF) Indonesia yang sebelumnya sudah ada.

    “Bedanya sama INA, ini jauh lebih (besar), INA yang di-expand. INA yang dibesarkan, INA yang dilengkapi,” katanya di Kantor BP Danantara di Jakarta Pusat, Selasa (19/11/2024).

    Danantara juga akan memiliki tiga fungsi, antara lain sebagai SWF, development investment, dan aset manajemen. Menurut Kaharudin, INA hanya memiliki satu pilar.

    “Jadi di Danantara itu akan ada tiga fungsi. Satu Sovereign Wealth Fund, seperti INA Satu pilar lagi adalah di investment, development investment ya. Terus kemudian yang ketiga adalah di aset manajemen. Jadi tiga pilar. Sementara INA hanya satu pilar,” bebernya.

    Menurutnya, Danantara merupakan gabungan dari Temasek dan Government of Singapore Investment Corporation Private Limited (GIC) di Singapura. Danantara sendiri digagas langsung Presiden Prabowo Subianto, termasuk untuk penamaannya.

    “Sebagai contoh, kalau di Singapura itu ada Temasek, ada GIC. Maka Danantara adalah yang digabungkan. Temasek dengan GIC itu digabungkan menjadi satu untuk besar, raksasa, yang dinamakan Danantara. Di mana ide ini adalah ide Presiden langsung. Dan nama Danantara juga dari Presiden langsung,” terang dia.

    Adapun hari ini Direktur Utama Bank BRI Sunarso mendatangi kantor Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BP Danantara). Danantara memang dijadwalkan bertemu dengan 7 BUMN, termasuk BRI, yang dimulai hari ini.

    Menurut Kaharudin, pertemuan tersebut bertujuan untuk perkenalan antara kedua belah pihak. Direncanakan bahwa Danantara nantinya akan menjadi lembaga yang mengelola aset 7 BUMN.

    “Jadi, ini adalah pertemuan untuk perkenalan sebetulnya, sementara Danantara melakukan persiapan-persiapan formalitas. Kemudian kita ingin juga mengenal lebih lanjut dengan BUMN-BUMN yang akan bergabung dengan Danantara. Dan saya pikir BUMN-BUMN yang akan bergabung juga membutuhkan informasi tentang Danantara,” tutur Kaharuddin.

    Sebagai informasi, sebanyak 7 BUMN bakal dikonsolidasikan ke dalam Danantara. Tujuh perusahaan pelat merah itu adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, dan holding BUMN pertambangan MIND ID.

    Apabila konsolidasi berjalan mulus, Danantara diproyeksikan mengelola AUM sebesar US$ 600 miliar atau sekitar Rp 9.479 triliun. Rinciannya, aset Bank Mandiri Rp 2.174 triliun, BRI Rp 1.965 triliun, PLN Rp 1.671 triliun, Pertamina Rp 1.412 triliun, BNI Rp 1.087 triliun, Telkom Indonesia Rp 318 triliun, MIND ID Rp 259 triliun, dan aset INA Rp 163 triliun.

    (ily/kil)