Event: Perang Dunia II

  • Bocornya Obrolan Xi Jinping dan Putin tentang ‘Hidup Abadi’

    Bocornya Obrolan Xi Jinping dan Putin tentang ‘Hidup Abadi’

    Jakarta

    Obrolan tentang hidup lebih lama yang dibicarakan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Presiden China Xi Jinping tersebar. Xi dan Putin membicarakan hal itu di sela-sela parade militer di Beijing, China.

    Sejumlah pemimpin dunia hadir dalam parade militer yang berlangsung di Lapangan Tiananmen, Beijing, Rabu (3/9/2025). Presiden RI Prabowo Subianto hingga pemimpin Korea Utara Kim Jong Un juga hadir dalam peringatan 80 tahun kemenangan China dalam Perang Dunia II itu.

    Namun ada hal menarik saat para pemimpin dunia menyaksikan parade militer itu. Xi dan Putin kedapatan sedang membicarakan tentang hidup yang lebih lama lewat transplantasi organ.

    Dilansir BBC, Kamis (4/9/2025), Putin menyatakan bahwa transplantasi organ itu bisa memperpanjang usia seseorang. Putin mengatakan kehidupan abadi saat ini bisa dicapai berkat inovasi dalam bioteknologi.

    Momen tidak terduga ini terekam dalam siaran langsung yang disiarkan oleh TV pemerintah China saat Xi Jinping, Putin, dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berjalan bersama di Lapangan Tiananmen yang bersejarah di China.

    Berikut percakapan yang terekam kamera:

    Xi: Sekarang, 70 tahun

    Penerjemah Rusia: Dulu, jarang ada orang yang berusia lebih dari 70 tahun, dan sekarang, orang bilang usia 70 tahun, masih seperti anak kecil.

    Penerjemah Mandarin: Organ manusia dapat ditransplantasikan berulang kali, agar seseorang bisa semakin muda meskipun usianya bertambah, dan bahkan mungkin bisa menunda usia tua tanpa batas.

    Xi: Diramalkan bahwa di abad ini, kita mungkin bisa hidup hingga usia 150 tahun.

    Trump Kritik Xi Jinping soal Parade Militer

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ikut dalam parade militer China ini. Trum pun buka suara terkait acara itu.

    “Saya pikir itu adalah upacara yang indah. Saya pikir itu sangat, sangat mengesankan,” kata Trump kepada wartawan, dilansir Reuters, Kamis (4/9).

    Trump mengaku menonton pidato Presiden China Xi Jinping. Trump memuji Xi, namun dia menyesalkan Xi tidak menyebut AS dalam pidatonya.

    “Saya menonton pidato tadi malam. Presiden Xi adalah teman saya, tetapi saya pikir Amerika Serikat seharusnya disebutkan tadi malam dalam pidato itu, karena kami sangat, sangat membantu China,” kata Trump.

    Sebagai informasi, Invasi Jepang ke China pada tahun 1937 merupakan eskalasi besar dalam pertempuran yang kemudian memicu Perang Dunia II, dan penyerahan diri Jepang pada tahun 1945 menandai berakhirnya konflik tersebut. AS bergabung dalam perang pada tahun 1941, membantu pasukan China melawan militer Jepang dan memainkan peran penting dalam kekalahan Jepang.

    Dengan memanfaatkan sejarah untuk melancarkan pertempuran politik masa kini, Xi menggambarkan Perang Dunia II sebagai titik balik utama dalam “peremajaan besar bangsa China” yang kini diperintah oleh Partai Komunis Tiongkok dan sekutu-sekutunya.

    Kemarin, Xi mengucapkan terima kasih kepada “pemerintah asing dan sahabat internasional yang telah mendukung dan membantu rakyat China,” menurut seorang pejabat.

    Namun, ia tidak membahas peran Amerika Serikat dalam perang tersebut. Diketahui, hubungan AS-China sedang berada di titik tegang.

    Kedua belah pihak berselisih dalam berbagai masalah keamanan, mulai dari Ukraina hingga Laut Cina Selatan, dan sedang berselisih mengenai kesepakatan perdagangan yang luas untuk mencegah tarif atas barang-barang masing-masing.

    Namun, Trump telah berulang kali memuji hubungan pribadi yang positif dengan Xi, yang menurut para ajudannya dapat mengarahkan dua ekonomi terbesar dunia ke arah yang konstruktif.

    Trump juga mengatakan akan segera bertemu dengan Xi. Dalam sebuah unggahan yang ditujukan kepada Xi di Truth Social saat parade dimulai, Trump berkata, “Sampaikan salam hangat saya kepada Vladimir Putin, dan Kim Jong Un, karena kalian berkonspirasi melawan Amerika Serikat,”.

    Kremlin mengatakan mereka tidak berkonspirasi. Mereka malah menganggap pernyataan itu ironis.

    Tonton juga video “Momen Prabowo Hadiri Parade Peringatan 80 Tahun Pemerintahan China” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (lir/lir)

  • Usai Bertemu Putin, Semua Barang yang Disentuh Kim Jong-un Langsung Dibersihkan

    Usai Bertemu Putin, Semua Barang yang Disentuh Kim Jong-un Langsung Dibersihkan

    GELORA.CO – Seluruh barang yang disentuh Pemimpin Korut Kim Jong-un saat bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di China dibersihkan oleh stafnya, seusai pertemuan.

    Sejumlah analis menyebut tindakan itu bagian kebijakan keamanan untuk mencegah mata-mata asing.

    Putin dan Kim bertemu di sela parade militer yang digelar pada Rabu (3/9) di Beijing. Parade yang dipimpin Presiden China, Xi Jinping, bertujuan memperingati 80 tahun menyerahnya Jepang pada Perang Dunia II atau Victory Day.

    Terkait tindakan membersihkan barang-barang, kantor berita Reuters melaporkan hal itu kemungkinan besar juga demi menyembunyikan petunjuk tentang kesehatan Kim.

    Adapun pada unggahan Telegram, salah seorang reporter dari Rusia, Alexander Yunashev, merilis video dua staf Kim dengan cermat membersihkan ruangan tempat Kim dan Putin bertemu di Beijing.

    Yang dibersihkan termasuk sandaran kursi, sandaran tangan dan meja kopi di sebelah Kim. Gelas yang dipakai Kim minum turut disingkirkan.

    “Setelah negosiasi selesai, staf yang menemani kepada negara DPRK (Korut) menghancurkan dengan hati-hati semua jejak kehadiran Kim,” papar reporter tersebut seperti dikutip dari Reuters.

    Tindakan seperti ini bukan pertama kali dilakukan. Surat kabar Jepang Nikkei, mengutip intelijen Korsel dan Jepang, melaporkan bahwa saat pergi ke Beijing sebelum ini, Kim membawa toilet sendiri di kereta. Langkah itu juga bertujuan menyembunyikan petunjuk kesehatan Kim.

    Menurut pengamat Korut, Michael Madden, langkah istimewa ini sudah dilakukan sejak ayah Kim Jong-un, Kim Jong-il, berkuasa.

    “Toilet khusus dan kantong sampah berisi detritus, limbah, dan puntung rokok yang diwajibkan dibuat agar badan intelijen asing, bahkan yang bersahabat sekalipun, tidak mengambil sampel dan mengujinya,” kata Madden.

    “Ini akan memberikan wawasan tentang kondisi medis apa pun yang memengaruhi Kim Jong-un. Ini bisa termasuk hair tag dan skin tag,” katanya. (*)

  • Video: Media Asing Soroti Lawatan Prabowo ke China

    Video: Media Asing Soroti Lawatan Prabowo ke China

    Jakarta, CNBC Indonesia –Sejumlah media internasional ramai menulis perjalanan Presiden Prabowo Subianto ke China untuk menghadiri parade militer peringatan 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II. Kehadiran Prabowo jadi sorotan di tengah gelombang protes besar di dalam negeri.

    Selengkapnya dalam program Nation Hub CNBC Indonesia, Kamis (04/09/2025).

  • Kedatangan Pemimpin Asing ke China Jadi Tanda Pergeseran Geopolitik?

    Kedatangan Pemimpin Asing ke China Jadi Tanda Pergeseran Geopolitik?

    Beijing

    Presiden Prabowo Subianto, beserta pimpinan negara dan perwakilan asing lainnya menghadiri parade militer skala besar di Beijing, China. Acara perayaan yang memperingati 80 tahun kekalahan Jepang di akhir Perang Dunia II (PD II) ini cenderung dihindari oleh para pemimpin Barat.

    Prabowo bertolak ke Beijing pada Selasa (02/09), di tengah dinamika situasi politik Indonesia setelah unjuk rasa berhari-hari yang menyebabkan ribuan orang ditangkap dan 10 orang tewas. Setibanya di Tianamen, Prabowo disambut oleh Presiden China Xi Jinping.

    Beberapa media nasional di Indonesia menyebut bahwa Prabowo hanya hadir selama 8 jam dalam parade tersebut. Berdasarkan keterangan pers Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden, Prabowo mendarat di tanah air pada Rabu (03/09) malam.

    Pertemuan singkat dengan Xi Jinping dan Putin

    Dalam kunjungan yang terbilang singkat tersebut, Prabowo sempat melakukan pertemuan bilateral dengan Xi Jinping di Great Hall of the People pada Rabu (03/09). Dalam pertemuan itu, Prabowo kembali menegaskan komitmen Indonesia untuk memperdalam kemitraan strategis dengan China.

    Prabowo membahas proyek Giant Sew Wall yang direncanakan akan membentang di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa dengan pemerintahan Xi Jinping.

    Selain itu, Prabowo juga menghadiri pertemuan khusus dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela lawatan tersebut. Obrolan Prabowo dan Putin disebut menjadi salah satu agenda penting karena membahas soal kerja sama strategis, khususnya di bidang ekonomi dan investasi.

    “Selain menghadiri acara tersebut, Presiden Prabowo juga mengadakan pertemuan khusus dengan Presiden Xi Jinping dan Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin, masing-masing untuk menindaklanjuti dan memastikan jalannya berbagai investasi ekonomi yang sudah terjalin di antara kedua negara,” papar Menteri Sekretaris Kabinet (Seskab) Mayor Teddy Indra Wijaya.

    Parade di China tanda “pergeseran geopolitik”?

    Dalam parade militer tersebut, selain Presiden Prabowo Subianto, turut hadir sejumlah pemimpin negara lainnya. Sebut saja, Perdana Menteri India Narendra Modi, Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un.

    Rangkaian ini dapat dibaca sebagai sebuah pesan mencolok, atau bahkan menantang, kepada Amerika Serikat (AS) dan sekutunya. Ini sedikit banyaknya menjadi bukti tambahan dari pergeseran menuju tatanan dunia baru yang tak lagi sepenuhnya didominasi AS dan Barat.

    Pertemuan ini mencerminkan tradisi panjang manuver diplomatik yang penuh dengan kepentingan masing-masing dalam kekuatan politik regional.

    Singkatnya, masing-masing pemimpin negara yang hadir punya kepentingannya sendiri. Misalnya, China, yang membutuhkan energi murah dari Rusia hingga persoalan kestabilan perbatasan dengan Korea Utara.

    Sementara, Putin ingin keluar dari sanksi Barat dan isolasi akibat perang Ukraina. Kemudian, jika ditelaah, Kim membutuhkan uang, legitimasi hingga cara untuk mengungguli Korea Selatan. Kemudian, Narendra Modi tengah berusaha menjaga hubungan baik dengan Rusia dan China di tengah keretakan hubungannya dengan AS.

    Pamor China naik?

    Saat ini, China dilanda banyak masalah domestik, misalnya ketidaksetaraan ekonomi dan gender, hingga ketegangan dengan Taiwan. Namun, Xi Jinping berusaha memosisikan China sebagai pemimpin bagi negara-negara yang merasa dirugikan oleh tatanan dunia pascaPerang Dunia II.

    “Parade ini menunjukkan kenaikan pamor China, didorong oleh diplomasi Trump yang buruk dan kelihaian strategi Presiden Xi,” kata Jeff Kingston, seorang profesor studi Asia di Temple University, Jepang. “Konsensus Washington telah runtuh dan Xi menggalang dukungan untuk alternatifnya.”

    Beberapa pakar mengingatkan agar tidak berlebihan membaca hubungan Rusia, China, dan Korea Utara. China tetap waspada terhadap program nuklir Korea Utara yang kian berkembang dan kerap mendukung sanksi internasional untuk menekan Pyongyang.

    “Meski ikatan Rusia, Korea Utara kembali seperti aliansi militer, China tidak berniat kembali ke tahun 1950,” kata Zhu Feng, dekan Fakultas Hubungan Internasional Universitas Nanjing.

    “Salah jika percaya China, Rusia, dan Korea Utara sedang membangun blok kekuatan baru.”

    Rusia cari bantuan China demi kurangi isolasi

    Sementara bagi Kremlin, kehadiran Putin di Beijing bersama para pemimpin dunia adalah cara menepis isolasi yang dikenakan Barat, setelah invasi skala besar Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.

    Putin dapat kembali tampil di panggung dunia sebagai sosok negarawan, bertemu berbagai pemimpin termasuk Modi, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian. Sambutan Xi Jinping juga menegaskan bahwa Rusia masih punya mitra dagang besar, meski pasar Barat banyak yang tertutup akibat sanksi.

    Namun, di saat bersamaan, Rusia tak ingin membuat Trump marah, karena Trump lebih terbuka dibanding pendahulunya untuk mendengar syarat Moskow terkait perang Ukraina.

    “Rusia sangat diuntungkan dari kemampuan China menyediakan barang dual-use dan teknologi untuk mengakali sanksi serta menjaga mesin militernya tetap hidup. China juga menjadi sumber utama pemasukan ekspor Rusia yang mengisi kas perang Putin,” kata Alexander Gabuev, Direktur Carnegie Russia Eurasia Center. “Bagi China, perang Rusia di Ukraina justru menjadi distraksi bagi AS.”

    Nasib Korea Utara

    Kunjungan Kim Jong Un memperdalam ikatan baru dengan Rusia, sekaligus menegaskan hubungan rapuh dengan sekutu terpentingnya sekaligus penopang ekonominya, China.

    Kim Jong Un telah mengirim ribuan pasukan dan banyak perlengkapan militer untuk membantu Rusia menahan serangan Ukraina.

    Tanpa menyebut perang Ukraina secara eksplisit, Kim Jong Un berkata kepada Putin: “Jika ada hal yang bisa saya lakukan untuk Anda dan rakyat Rusia, jika ada yang lebih perlu dilakukan, saya akan menganggapnya sebagai kewajiban persaudaraan yang memang harus kami jalani.”

    Lembaga Institute for National Security Strategy, yang terafiliasi dengan badan intelijen Korea Selatan menyebut kunjungan Kim Jong Un, yang merupakan penampilan pertamanya di forum multilateral sejak berkuasa 2011, ditujukan untuk memperkuat hubungan dengan negara sahabat sebelum kemungkinan dimulainya kembali perundingan nuklir dengan Trump. Diplomasi nuklir kedua pemimpin itu runtuh pada 2019.

    “Kim juga bisa mengklaim kemenangan diplomatik, karena Korea Utara kini beralih dari negara yang sebelumnya secara bulat disanksi oleh Dewan Keamanan PBB (DK PBB) atas program nuklir dan misil ilegalnya, menjadi negara yang justru dirangkul oleh anggota tetap DK PBB, yakni Rusia dan China,” kata Leif-Eric Easley, profesor studi internasional di Universitas Ewha Womans, Seoul.

    Peran Narendra Modi

    Kehadiran Narendra Modi dalam perayaan tersebut merupakan kunjungan pertamanya ke China sejak hubungan kedua negara memburuk setelah bentrokan mematikan di perbatasan India-China pada 2020.

    Namun, pemulihan ini masih terbatas. Namun, menurut Praveen Donthi, seorang pakar senior di International Crisis Group, Modi tidak ikut parade militer Beijing karena “rasa saling curiga dengan China masih ada.”

    “India berjalan hati-hati di antara Barat dan negara-negara lain, terutama terkait AS, Rusia, dan China,” kata Donthi. “Karena India tidak percaya pada aliansi formal, pendekatannya adalah memperkuat hubungan dengan AS, mempertahankannya dengan Rusia, dan mengelolanya dengan China.”

    Meski begitu, Amerika Serikat tetap ada dalam perhitungan Modi.

    India dan Washington sebelumnya merundingkan perjanjian perdagangan bebas, hingga pemerintahan Trump memberlakukan tarif 25% untuk impor minyak Rusia oleh India, membuat total tarif naik jadi 50%.

    Perundingan pun terhenti dan hubungan merosot tajam. Pemerintah Modi berjanji tidak akan tunduk pada tekanan AS, bahkan memberi sinyal siap mendekat ke China dan Rusia.

    Namun, kata Donthi, India tetap ingin menjaga celah terbuka bagi Washington.

    “Jika Modi bisa berjabat tangan dengan Xi lima tahun setelah bentrokan perbatasan India-China, maka akan jauh lebih mudah baginya untuk berjabat tangan dengan Trump dan kembali memperkuat hubungan, karena keduanya memang sekutu alami,” ujarnya.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris.

    Diadaptasi oleh: Muhammad Hanafi

    Editor: Rahka Susanto

    (nvc/nvc)

  • China Bantah Tuduhan Trump Soal Konspirasi Lawan AS

    China Bantah Tuduhan Trump Soal Konspirasi Lawan AS

    Beijing

    China membantah tuduhan yang dilontarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump soal Presiden Xi Jinping bersama Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un sedang berkonspirasi melawan AS.

    Beijing membela keputusannya mengundang Putin dan Kim Jong Un untuk menghadiri parade militer memperingati 80 tahun kemenangan China atas Jepang dalam Perang Dunia II.

    Tuduhan Trump itu disampaikan via media sosial Truth Social, dengan sang Presiden AS menitipkan kepada Xi untuk menyampaikan salam hangat bagi Putin dan Kim Jong Un. Namun Trump kemudian menyebut ketiga pemimpin itu “berkonspirasi melawan Amerika Serikat”.

    Ketika ditanya tentang tuduhan Trump itu, seperti dilansir AFP, Kamis (4/9/2025), Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa “tamu-tamu asing” diundang untuk memperingati berakhirnya Perang Dunia II.

    “Tujuannya adalah bekerja sama dengan negara-negara dan masyarakat yang cintai damai untuk mengenang sejarah, mengenang para martir, menghargai perdamaian, dan menciptakan masa depan,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, kepada wartawan.

    “Pembangunan hubungan diplomatik China dengan negara mana pun tidak pernah dimaksudkan untuk melawan pihak ketiga mana pun,” tegasnya.

    Bantahan juga disampaikan oleh Kremlin yang menyebut tuduhan Trump itu sebagai sindiran.

    Tuduhan itu disampaikan Trump pernyataannya via media sosial Truth Social pada Rabu (3/9), saat China menggelar parade militer besar-besaran. Xi tampil akrab bersama Putin dan Kim Jong Un pada momen yang diabadikan oleh media massa.

    “Tolong (Presiden Xi) sampaikan salam hangat saya kepada Vladimir Putin, dan Kim Jong Un, saat kalian berkonspirasi melawan Amerika Serikat,” tulis Trump.

    Trump, dalam pernyataannya, juga menekankan peran AS dalam mendukung China selama Perang Dunia II melawan invasi Jepang. Dia menyesalkan Xi tidak menyebut besarnya dukungan dan peran AS dalam membantu China meraih kemenangan dalam perang.

    Tonton juga video “‘Monster Nuklir’ DF-5C yang Dipamerkan China Bisa Jangkau AS-Eropa” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Petugas Korut Lap Kursi Kim Jong Un Usai Bertemu Putin Biar DNA Tak Dicuri

    Petugas Korut Lap Kursi Kim Jong Un Usai Bertemu Putin Biar DNA Tak Dicuri

    Jakarta

    Belum lama ini, terekam sebuah momen dua pejabat Korea Utara terlihat sibuk mengelap kursi yang baru saja diduduki Kim Jong-un. Sebelumnya, Kim Jong-un mengadakan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di sebuah ruangan konferensi di Beijing, China.

    Keduanya memang tengah berada di China untuk menyaksikan parade militer besar-besar China yang menandai 80 tahun kemenangan Perang China-Jepang di akhir Perang Dunia II tahun 1945.

    Dikutip dari Daily Telegraph, setelah pertemuan itu selesai, dua orang pejabat Korea Utara tampak menghapus semua jejak keberadaan Kim. Kursi yang diduduki dibersihkan, bahkan meja di sampingnya juga.

    Seorang staf lalu mengambil gelas yang digunakan Kim dan diduga gelas tersebut akan dibawa pulang ke Korea Utara. Semua permukaan yang disentuh oleh Kim dibersihkan.

    Seorang jurnalis Rusia yang merekam momen tersebut lalu mengunggahnya ke media sosial Telegram dan menjelaskan apa yang terjadi.

    Viral rekaman staf Korut mengelap kursi Kim Jong-un setelah diduduki. Foto: Telegram Alexander Yunashev

    “Setelah perundingan, staf yang mendampingi kepala negara (Korea Utara) dengan hati-hati menghancurkan semua jejak keberadaan Kim. Mereka mengambil gelas yang digunakan, mengelap kain pelapis kursi dan bagian furnitur yang disentuh pemimpin Korea Utara tersebut,” cerita Alexander Yunashev.

    Ada dugaan, beberapa pemimpin negara dunia yang sangat mewaspadai potensi serangan musuh, khawatir DNA mereka digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan atau bahkan untuk upaya pembunuhan.

    Kim datang ke Beijing dari Korea Utara menggunakan kereta. Dilaporkan kereta itu memiliki toilet khusus yang dirancang untuk menjaga agar DNA-nya tidak bisa diperiksa.

    “Kondisi fisik pemimpin tertinggi sangat berpengaruh pada rezim Korea Utara. Korea Utara berusaha keras menutup rapat semua hal terkait itu, termasuk rambut dan kotoran,” ucap salah seorang pejabat intelijen Korea Selatan.

    (avk/kna)

  • Bocornya Obrolan Xi Jinping dan Putin tentang ‘Hidup Abadi’

    Trump Tuduh Rusia-China-Korut Berkonspirasi Lawan AS, Kremlin Bilang Begini

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden China Xi Jinping dan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un sedang berkonspirasi melawan AS. Kremlin langsung memberikan respons dengan membantah tuduhan Trump itu.

    Tuduhan itu, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Kamis (4/9/2025), disampaikan Trump saat ketiga pemimpin itu bertemu di China dalam rangka menghadiri parade militer besar-besaran memperingati 80 tahun kemenangan Beijing atas Jepang dalam Perang Dunia II.

    Sekitar 26 kepala negara, termasuk Putin dan Kim Jong Un, diundang untuk menyaksikan langsung parade militer tersebut. China tidak menyampaikan undangan serupa kepada Trump, terutama setelah ketegangan antara Beijing dan Washington meningkat beberapa waktu terakhir terkait tarif.

    “Tolong (Presiden Xi) sampaikan salam hangat saya kepada Vladimir Putin, dan Kim Jong Un, saat kalian berkonspirasi melawan Amerika Serikat,” tulis Trump dalam pernyataannya via media sosial Truth Social pada Rabu (3/9).

    Trump, dalam pernyataannya, menekankan peran AS dalam mendukung China selama Perang Dunia II melawan invasi Jepang. Dia menyesalkan Xi tidak menyebut besarnya dukungan dan peran AS dalam membantu China meraih kemenangan.

    “Pernyataan besar yang harus dijawab adalah apakah Presiden Xi dari China akan menyebutkan besarnya dukungan dan ‘darah’ yang diberikan Amerika Serikat kepada China untuk membantu negara itu mengamankan KEBEBASAN dari penjajah asing yang sangat tidak bersahabat,” sebut Trump.

    “Banyak warga Amerika gugur dalam perjuangan China meraih Kemenangan dan Kejayaan. Saya berharap mereka dihormati dan dikenang atas keberanian dan pengorbanan mereka!” ucapnya.

    “Semoga Presiden Xi dan rakyat China yang luar biasa merayakan hari kemenangan yang agung dan abadi,” harap Trump dalam pernyataannya.

    Kremlin Bantah Tuduhan Trump Soal Konspirasi Melawan AS

    Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia merespons tuduhan Trump dengan bantahan. Ditegaskan oleh Kremlin bahwa Putin tidak berkonspirasi dengan Xi dan Kim Jong Un untuk melawan AS.

    Kremlin bahkan mengisyaratkan bahwa Trump mungkin hanya bermaksud menyindir.

    Korut telah berulang kali mendukung Rusia dalam perang melawan Ukraina dengan mengirikan pasukan dan peralatan militer. Sedangkan China memasok peralatan militer dan membeli produk-produk Rusia saat negara itu terisolasi akibat invasinya ke Kyiv.

    Saat ditanya soal tuduhan Trump soal konspirasi melawan AS, penasihat kebijakan luar negeri Kremlin, Yuri Ushakov, mengatakan bahwa Trump mungkin sedang menyindir dengan kritikan terhadap Rusia, China dan Korut.

    “Saya ingin mengatakan bahwa tidak ada yang berkonspirasi, tidak ada yang merencanakan apa pun, tidak ada konspirasi,” tegas Ushakov dalam pernyataannya.

    “Tidak seorang pun memiliki pemikiran seperti itu — tidak satu pun dari ketiga pemimpin ini yang memiliki pemikiran seperti itu,” sebutnya.

    “Saya bisa mengatakan bahwa semua orang memahami peran yang dimainkan oleh Amerika Serikat, pemerintahan Presiden Trump saat ini, dan Presiden Trump secara pribadi dalam situasi internasional saat ini,” kata Ushakov.

    Tonton juga video “Kremlin: Perundingan Damai di Ukraina Rumit, Mustahil Ada Keajaiban” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Akhiri Perang via Dialog Atau Diakhiri dengan Kekerasan

    Akhiri Perang via Dialog Atau Diakhiri dengan Kekerasan

    Beijing

    Presiden Rusia Vladimir Putin melontarkan dua opsi untuk mengakhiri perang dengan Ukraina. Opsi pertama adalah mengakhiri perang melalui perundingan atau dialog, sedangkan opsi kedua adalah Moskow akan mengakhiri perang dengan kekerasan.

    Putin, seperti dilansir Reuters, Kamis (4/9/2025), mengatakan kepada Ukraina bahwa ada peluang untuk mengakhiri perang melalui negosiasi “jika akal sehat menang”. Namun jika negosiasi tidak terwujud, Putin menegaskan dirinya siap untuk mengakhiri perang dengan kekerasan, jika memang itu satu-satunya cara.

    Putin mengatakan dirinya lebih memiliki opsi pertama. Pernyataan terbaru itu disampaikan Putin pada Rabu (3/9) waktu setempat, di akhir kunjungannya ke China.

    Dikatakan Putin bahwa dirinya melihat “sedikit cahaya di ujung terowongan” merujuk pada apa yang disebutnya sebagai upaya tulus Amerika Serikat (AS) untuk mengupayakan penyelesaian bagi perang darat terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.

    “Menurut saya, jika akal sehat menang, akan dimungkinkan untuk menyepakati solusi yang dapat diterima untuk mengakhiri konflik ini. Itulah asumsi saya.” kata Putin saat berbicara kepada wartawan di Beijing.

    “Terutama karena kita dapat melihat suasana hati pemerintahan AS saat ini di bawah Presiden (Donald) Trump, dan kita melihat bukan hanya pernyataan mereka, tetapi juga keinginan tulus mereka untuk mencari solusi,” sebutnya.

    “Dan saya pikir ada sedikit cahaya di ujung terowongan. Mari kita lihat bagaimana situasinya berkembang. Jika tidak, maka kita harus menyelesaikan semua tugas yang ada di hadapan kita dengan kekuatan senjata,” tegas Putin dalam pernyataannya.

    Tonton juga video “Putin Siap Bahas Perdamaian Jika Zelensky Bersedia ke Moskow” di sini:

    Putin, dalam pernyataannya, tidak menunjukkan kesediaan untuk melunakkan tuntutannya yang telah lama diajukan agar Ukraina meninggalkan gagasan untuk bergabung dengan aliansi NATO. Dia juga tidak mencabut pernyataan soal apa yang digambarkan Moskow sebagai diskriminasi terhadap penutur bahasa Rusia dan etnis Rusia di Ukraina.

    Putin juga tidak mundur dari gagasan soal Moskow memiliki kendali penuh setidaknya atas wilayah Donbas di Ukraina bagian timur.

    Dikatakan Putin bahwa dirinya siap berunding dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, jika Zelensky bersedia datang ke Moskow. Otoritas Kyiv mengatakan usulan Putin soal pertemuan di Moskow itu “tidak dapat diterima”, dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha menyebut ada tujuh negara, termasuk Austria, Vatikan, Swiss, dan tiga negara Teluk, yang siap menjadi tuan rumah pertemuan tersebut.

    Putin kembali menegaskan bahwa dirinya selalu terbuka untuk bertemu Zelensky. Namun dia juga menegaskan kembali sikap Kremlin bahwa pertemuan semacam itu harus dipersiapkan dengan baik sebelumnya dan memastikan ada hasil yang nyata.

    “Mengenai pertemuan dengan Zelensky, saya tidak pernah mengesampingkan kemungkinan pertemuan semacam itu. Tetapi apakah ada gunanya? Kita lihat saja nanti,” kata Putin.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Trump Sesalkan Xi Jinping Tak ‘Mention’ AS di Pidato Parade Militer China

    Trump Sesalkan Xi Jinping Tak ‘Mention’ AS di Pidato Parade Militer China

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump buka suara mengenai parade militer di China. Dia menilai acara itu merupakan ‘upacara yang indah’.

    “Saya pikir itu adalah upacara yang indah. Saya pikir itu sangat, sangat mengesankan,” kata Trump kepada wartawan, dilansir Reuters, Kamis (4/9/2025).

    Trump mengaku menonton pidato Presiden China Xi Jinping. Trump memuji Xi, namun dia menyesalkan Xi tidak menyebut AS dalam pidatonya.

    “Saya menonton pidato tadi malam. Presiden Xi adalah teman saya, tetapi saya pikir Amerika Serikat seharusnya disebutkan tadi malam dalam pidato itu, karena kami sangat, sangat membantu China,” kata Trump.

    Xi Jinping Tak Sebut AS

    Invasi Jepang ke China pada tahun 1937 merupakan eskalasi besar dalam pertempuran yang kemudian memicu Perang Dunia II, dan penyerahan diri Jepang pada tahun 1945 menandai berakhirnya konflik tersebut. AS bergabung dalam perang pada tahun 1941, membantu pasukan China melawan militer Jepang dan memainkan peran penting dalam kekalahan Jepang.

    Dengan memanfaatkan sejarah untuk melancarkan pertempuran politik masa kini, Xi menggambarkan Perang Dunia II sebagai titik balik utama dalam “peremajaan besar bangsa China” yang kini diperintah oleh Partai Komunis Tiongkok dan sekutu-sekutunya.

    Kemarin, Xi mengucapkan terima kasih kepada “pemerintah asing dan sahabat internasional yang telah mendukung dan membantu rakyat China,” menurut seorang pejabat.

    Namun, ia tidak membahas peran Amerika Serikat dalam perang tersebut. Diketahui, hubungan AS-China sedang berada di titik tegang.

    Kedua belah pihak berselisih dalam berbagai masalah keamanan, mulai dari Ukraina hingga Laut Cina Selatan, dan sedang berselisih mengenai kesepakatan perdagangan yang luas untuk mencegah tarif atas barang-barang masing-masing.

    Namun, Trump telah berulang kali memuji hubungan pribadi yang positif dengan Xi, yang menurut para ajudannya dapat mengarahkan dua ekonomi terbesar dunia ke arah yang konstruktif.

    Trump juga mengatakan akan segera bertemu dengan Xi. Dalam sebuah unggahan yang ditujukan kepada Xi di Truth Social saat parade dimulai, Trump berkata, “Sampaikan salam hangat saya kepada Vladimir Putin, dan Kim Jong Un, karena kalian berkonspirasi melawan Amerika Serikat,”.

    Kremlin mengatakan mereka tidak berkonspirasi. Mereka malah menganggap pernyataan itu ironis.

    Halaman 2 dari 2

    (zap/fas)

  • Xi Jinping Unjuk Kekuatan di Parade Militer Bersama Putin-Kim

    Xi Jinping Unjuk Kekuatan di Parade Militer Bersama Putin-Kim

    Jakarta

    Dalam parade militer besar-besaran di Beijing pada hari Rabu (06/09, diapit oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dari Rusia dan Kim Jong Un dari Korea Utara. Presiden Cina Xi Jinping memperingatkan dunia bahwa dunia sedang menghadapi pilihan antara “perdamaian atau perang”.

    Acara yang memperingati 80 tahun kekalahan Jepang pada akhir Perang Dunia II ini sebagian besar dijauhi oleh para pemimpin Barat, karena perang Ukraina dan ambisi nuklir Kim yang hadir sebagai tamu kehormatan.

    Dirancang untuk memproyeksikan kekuatan militer dan pengaruh diplomatik Cina, parade ini juga hadir di saat perang tarif Presiden AS Donald Trump dan kebijakan fluktuatif yang membebani hubungan baik dengan sekutu maupun saingan. “Saat ini, umat manusia dihadapkan pada pilihan damai atau perang, dialog atau konfrontasi, sama-sama menguntungkan atau sama-sama menguntungkan,” ujar Xi kepada lebih dari 50.000 penonton di Lapangan Tiananmen, seraya menambahkan bahwa Cina “berdiri teguh di sisi sejarah yang benar”.

    Menumpang sebuah limusin beratap terbuka, Xi kemudian memeriksa pasukan dan peralatan militer mutakhir seperti rudal hipersonik, drone bawah air, dan ‘robot serigala’ yang dipersenjatai.

    Helikopter yang membawa spanduk besar dan jet tempur terbang dalam formasi selama pertunjukan selama 70 menit yang berpuncak pada pelepasan 80.000 burung ‘perdamaian’.

    Mengenakan setelan tunik dengan gaya yang dikenakan oleh mantan pemimpin Mao Zedong, Xi sebelumnya menyapa lebih dari 25 pemimpin di karpet merah, termasuk Prabowo Subianto dari Indonesia yang tampil mengejutkan meskipun aksi protes meluas di dalam negeri.

    Duduk di antara Putin dan Kim, Xi berulang kali terlibat dalam percakapan dengan kedua pemimpin tersebut sementara ribuan pasukan berlalu lalang di hadapan mereka. Ini menandai pertama kalinya ketiganya tampil bersama di depan umum.

    Dalam sebuah unggahan yang ditujukan kepada Xi di Truth Social saat parade dimulai, Trump menyoroti peran AS dalam membantu Cina mempertahankan kemerdekaannya dari Jepang selama Perang Dunia Kedua.

    “Sampaikan salam hangat saya kepada Vladimir Putin, dan Kim Jong Un, karena kalian berkonspirasi melawan Amerika Serikat,” tambah Trump.

    Kremlin menjawab Putin tidak berkonspirasi melawan Amerika Serikat dan mengisyaratkan bahwa Trump sedang bersikap ironis dalam pernyataannya.

    Visi global Cina

    Xi telah menggambarkan Perang Dunia Kedua sebagai titik balik utama dalam “peremajaan besar bangsa Cina”, di mana ia berhasil mengatasi penghinaan akibat invasi Jepang dan menjadi kekuatan global yang kuat.

    Awal pekan ini, Xi mengungkap visinya tentang tatanan dunia baru di sebuah pertemuan puncak keamanan regional, menyerukan persatuan melawan “hegemonisme dan politik kekuasaan”, sebuah sindiran terselubung terhadap saingannya di seberang Samudra Pasifik.

    “Xi merasa yakin bahwa keadaan telah berbalik. Cina yang kembali memegang kendali sekarang,” kata Wen-Ti Sung, peneliti di Global China Hub Dewan Atlantik, yang bermarkas di Taiwan.

    “Yang dibicarakan tentang sumber utama ketidakpastian dalam sistem internasional adalah unilateralisme ala Trump, bukan diplomasi serigala Cina.”

    Dalam resepsi mewah setelah parade di Balai Agung Rakyat, Xi menyampaikan kepada para tamunya bahwa umat manusia tidak boleh kembali kepada “hukum rimba”.

    Di luar kemegahan dan propaganda, para analis mengamati apakah Xi, Putin, dan Kim akan mengisyaratkan hubungan pertahanan yang lebih erat setelah pakta yang ditandatangani oleh Rusia dan Korea Utara pada Juni 2024, dan aliansi serupa antara Beijing dan Pyongyang, sebuah hasil yang dapat mengubah kalkulasi militer di kawasan Asia-Pasifik.

    Putin telah mencapai kesepakatan energi yang lebih erat dengan Beijing selama kunjungannya ke Cina, sementara pertemuan tersebut telah memberi Kim yang tertutup kesempatan untuk mendapatkan dukungan implisit bagi senjata nuklirnya yang dilarang.

    Sudah 66 tahun sejak seorang pemimpin Korea Utara terakhir kali menghadiri parade militer Cina. Kim juga berjabat tangan dengan Ketua Majelis Nasional Korea Selatan, Woo Won-shik sebelum parade dimulai.

    Pyongyang telah menolak tawaran Seoul baru-baru ini untuk menstabilkan hubungan yang memburuk antara kedua Korea, yang secara teknis berperang sejak Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, namun bukan perjanjian damai.

    Musuh AS

    Bergabung dengan Putin dan Kim termasuk Presiden Iran Masoud Pezeshkian, yang semuanya dianggap sebagai musuh AS. Sekutu dekat Rusia, Presiden Belarus Alexander Lukashenko, berjalan di samping Kim setelah berfoto bersama dengan para pemimpin lainnya.

    Pemimpin-pemimpin Asia selain Presiden Prabowo Subianto, yang hadir di antaranya Raja Kamboja Norodom Sihamoni, Presiden Vietnam Luong Cuong, dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.

    Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa dan Presiden Republik Kongo Denis Sassou Nguesso juga masuk dalam daftar tamu. Presiden Kuba Miguel Daz-Canel adalah satu-satunya pemimpin dari Amerika Latin yang hadir.

    Tamu lainnya adalah Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan. Daftar tamu tersebut sangat tumpang tindih dengan pertemuan puncak tahunan Organisasi Kerja Sama Shanghai beberapa hari sebelumnya, tetapi ada beberapa wakil penting yang meninggalkan acara sebelum parade, termasuk perwakilan dari India dan Turki.

    Perdana Menteri India Narendra Modi mengunggah kata-kata hangat tentang pertemuan dengan Xi dan Putin di platform media sosial X. Ia mengunggah foto dirinya dan Putin yang sedang bepergian bersamanya, mengatakan bahwa “percakapan dengannya selalu memberikan wawasan,” dan menulis bahwa ia memiliki “pertemuan yang bermanfaat” dengan Xi.

    Sebagian besar pemimpin Eropa tidak hadir. Selain Putin dan Lukashenko, hanya sedikit pemimpin Eropa yang menghadiri parade tersebut. Serbia mengirimkan Presiden Aleksandar Vucic yang pro-Rusia dan Slowakia mengirimkan Perdana Menteri Robert Fico.

    *Editor: Rizki Nugraha

    Tonton juga Video Putin Disambut Hangat Xi Jinping dalam Pertemuan di China

    (ita/ita)