Event: Ibadah Haji

  • Bolehkah Puasa Arafah Tanpa Tarwiyah? Ini Penjelasan Hadisnya

    Bolehkah Puasa Arafah Tanpa Tarwiyah? Ini Penjelasan Hadisnya

    Jakarta, Beritasatu.com – Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah, termasuk berpuasa pada sepuluh hari pertama bulan Zulhijah. Di antara puasa sunah yang populer adalah puasa tarwiyah pada 8 Zulhijah dan puasa arafah pada 9 Zulhijah.

    Lantas, apakah boleh hanya menjalankan puasa arafah tanpa puasa tarwiyah? Dihimpun dari berbagai sumber, berikut ini hukum, keutamaan, dan penjelasan ulama mengenai puasa arafah tanpa tarwiyah.

    Hukum Puasa Arafah Tanpa Tarwiyah

    Secara umum, puasa arafah dan tarwiyah adalah ibadah sunah, bukan wajib. Oleh karena itu, tidak ada keharusan untuk mengerjakan keduanya secara berurutan atau bersamaan. Seseorang tetap diperbolehkan menjalankan puasa arafah meskipun tidak berpuasa tarwiyah sehari sebelumnya.

    Banyak muslim yang tidak bisa mengerjakan seluruh puasa di 10 hari pertama Zulhijah, tetapi masih ingin mengerjakan puasa arafah karena keutamaannya yang sangat besar. Hal ini sepenuhnya dibolehkan dalam syariat.

    Dalil tentang Keutamaan Puasa Arafah

    Rasulullah SAW bersabda:

    صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ

    Ṣiyāmu yaumi ‘Arafah aḥtasibu ‘alallāhi an yukaffira as-sanata allatī qablahu was-sanata allatī ba‘dahu.

    Artinya: “Puasa arafah, aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang” (HR Muslim).

    Keutamaan ini menunjukkan bahwa puasa arafah sangat dianjurkan, terutama bagi muslim yang tidak sedang menunaikan ibadah haji.

    Bagaimana dengan Puasa Tarwiyah?

    Puasa Tarwiyah juga termasuk puasa sunah yang dikerjakan pada 8 Zulhijah. Meskipun hadis-hadis yang menyebutkan keutamaannya tergolong lemah (daif), para ulama tetap menganjurkan pelaksanaannya sebagai bagian dari semangat beribadah di 10 hari pertama Zulhijah.

    Jadi, jika Anda tidak sempat berpuasa pada hari tarwiyah, tidak menghalangi Anda untuk tetap mengerjakan puasa arafah.

    Tidak Wajib Berurutan

    Dalam Islam, tidak ada dalil yang mewajibkan urutan atau keterkaitan antara puasa tarwiyah dan puasa arafah. Maka, hukum puasa arafah tanpa tarwiyah adalah sah dan diperbolehkan.

    Salah satu istri Nabi Muhammad SAW mengatakan:

    كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ، وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَثَلاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ

    Artinya: “Rasulullah SAW biasa melaksanakan puasa pada sembilan hari pertama Zulhijah, hari asyura, dan tiga hari setiap bulan” (HR Abu Dawud).

    Hadis ini menunjukkan bahwa Nabi biasa berpuasa di sembilan hari pertama Zulhijah, termasuk hari Arafah.

    Waktu dan Niat Puasa Sunah

    Jika seseorang lupa berniat puasa Arafah atau Tarwiyah pada malam harinya, ia tetap boleh berniat di pagi hari selama belum melakukan hal yang membatalkan puasa, seperti makan, minum, atau hubungan suami istri.

    Hadis Niat Puasa Sunah Dilakukan Siang Hari

    Dari Aisyah Ra, ia berkata:

    دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ: هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ؟ فَقُلْنَا: لاَ. فَقَالَ: فَإِنِّي إِذًا صَائِمٌ.

    Artiny: “Suatu hari Nabi SAW masuk ke rumahku dan bertanya: ‘Apakah kamu punya makanan?’ Kami menjawab: ‘Tidak.’ Beliau lalu berkata: ‘Kalau begitu saya akan berpuasa” (HR Muslim).

    Hadis ini menjadi dalil bahwa puasa sunah boleh diniatkan pada siang hari.

    Jadwal Puasa Arafah dan Tarwiyah 2025

    Berdasarkan sidang isbat Kementerian Agama Republik Indonesia, 1 Zulhijah 1446 H jatuh pada Rabu (28/5/2025), maka jadwal puasanya:

    Puasa Tarwiyah: Rabu (4/6/2025)Puasa Arafah: Kamis (5/6/2025)Mana yang Lebih Utama?

    Puasa tarwiyah dan arafah sama-sama termasuk ibadah sunah. Namun, dari segi keutamaan, puasa arafah memiliki dasar hadis yang lebih kuat dan manfaat yang lebih besar, yaitu penghapusan dosa dua tahun.

    مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ

    Artinya: “Tidak ada hari di mana Allah membebaskan hamba-hamba dari api neraka lebih banyak daripada pada hari Arafah” (HR Muslim).

    Maka dari itu, walau tidak sempat berpuasa tarwiyah, tetap dianjurkan untuk tidak melewatkan puasa arafah.

    Niat Puasa Tarwiyah dan Arafah

    Berikut bacaan niat puasa:

    1. Niat puasa tarwiyah (8 Zulhijah)

    نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

    Nawaitu shauma tarwiyata sunatan lillāhi Ta’ala.

    Artinya: “Saya berniat puasa sunah Tarwiyah karena Allah Ta’ala.”

    2. Niat puasa arafah (9 Zulhijah)

    نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

    Nawaitu shauma ‘arafata sunatan lillāhi Ta’ala.

    Artinya: “Saya berniat puasa sunah Arafah karena Allah Ta’ala.”

    Jika niat dilakukan pada siang hari:

    Niat siang hari puasa tarwiyah

    نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

    Niat siang hari puasa arafah

    نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

    Hukum puasa arafah tanpa tarwiyah adalah diperbolehkan dan sah. Tidak ada kewajiban untuk mengerjakan puasa tarwiyah terlebih dahulu. Yang terpenting adalah semangat menjalankan ibadah puasa arafah dengan niat yang tulus karena Allah.

  • Khofifah: Tata Kelola Masjidil Haram Musim Haji Tahun Ini Sangat Bagus

    Khofifah: Tata Kelola Masjidil Haram Musim Haji Tahun Ini Sangat Bagus

    Surabaya (beritajatim.com) – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa tengah menjalankan ibadah haji atas undangan Khadimul Haramain Asy Syarifain, Raja Salman bin Abdul Aziz Al Saud.

    Ditemani sang putra bungsu Ali Mannagalli, Khofifah menunaikan ibadah haji bersama 40 jemaah lain dari Indonesia sebagai undangan raja serta dari 140 negara dunia.

    Pengalaman haji tahun ini dikatakan Khofifah berbeda dengan tahun sebelumnya. Terutama ia merasakan adanya perbaikan manajemen haji yang signifikan oleh Pemerintah Saudi yang membuat jemaah haji menjadi lebih nyaman dan khusyuk ketika menjalankan ibadah di Masjidil Haram.

    “Alhamdulillah, haji tahun ini rasanya proses ibadah di Masjidil Haram terasa lebih nyaman dan lebih khusyuk. Saat ini regulasi jemaah ke Masjidil Haram jauh lebih bagus dan memudahkan sirkulasi jemaah. Para askar yang menjaga berbagai titik dan mengatur jemaah juga rasanya lebih ramah,” kata Khofifah, Rabu (4/6/2025).

    Tidak hanya itu, Khofifah juga mengatakan askes menuju Masjidil Haram dan sekitarnya saat ini relatif lebih mudah dan lebih banyak pintu dibuka untuk jemaah haji keluar masuk masjidil haram. Ia membandingkan dengan kondisi di tahun sebelumnya ketika jemaah masuk Masjidil Haram untuk umrah maupun saat thowaf ifadhah dan wada’, sering mereka harus memutar jauh bahkan dengan ketidakpastian pintu mana yang dibuka.

    Sering terjadi ketika mencapai gate tertentu, ternyata ditutup dan harus mencari pintu lain yang tak sekali dua kali juga menemukan kondisi pintu yang tertutup. Sehingga, harus memutar lumayan jauh.

    “Suasana Masjidil Haram cenderung relatif longgar saat ini. Relatif banyak jalan dan pintu yang dibuka. Ini sangat membantu dan membuat ibadah makin khusyuk. Dorong-dorongan dan desak-desakan saat keluar dan masuk masjidil haram juga sangat berkurang karena kondisi jemaah yang terkelola dengan baik, karena manajemen yang terus ditata,” ujarnya.

    Pengalaman ini ditegaskan Khofifah ia rasakan bukan karena sebagai jemaah haji undangan raja. Sebab selama melaksanakan ibadah umroh, semua dilakukan secara mandiri dan leluasa keliling untuk beribadah dan berkeliling Masjidil Haram.

    “Bisa saya bedakan dengan haji tahun lalu dan juga saat umrah Ramadan. Kondisi ini membuat nyaman dan khusyuk para jemaah dalam beribadah,” tegasnya.

    Khofifah melihat bahwa semakin baiknya tata kelola di Masjidil Haram turut ditunjang oleh upaya serius Pemerintah Arab Saudi dalam menata pelaksanaan ibadah haji secara lebih tertib dan aman.

    Menurutnya, penyesuaian sejumlah kebijakan seperti peningkatan proses skrining, pengaturan akses jemaah, serta penertiban administrasi dan izin ibadah, menjadi bagian dari ikhtiar besar untuk memastikan ibadah berjalan lebih lancar, nyaman, dan penuh kekhusyukan.

    “Upaya penataan ini saya lihat sebagai bentuk kesungguhan pemerintah Arab Saudi dalam memberikan pelayanan terbaik bagi para dhuyufurrahman dari seluruh dunia,” ujar Khofifah.

    “Tantangannya nanti adalah saat puncak haji. Semoga kepadatan saat Wukuf di Arafah Insya Allah besok hari Kamis tanggal 5 Juni atau 9 Dzulhijjah serta Muzdalifah dan juga Mina (Armuzna), serta saat thawaf ifadhah juga bisa terurai,” tambah dia.

    Sebab saat puncak haji, kata dia, jutaan jemaah akan sama-sama bergerak ke tujuan yang sama untuk menjalankan puncak ibadah haji di Arafah. Mulai dari bergerak ke Arafah, Muzdalifah, Mina, jamarat hingga pelaksanaan nafar tsani.

    “Tentu ini membutuhkan manajemen yang komplek. Semoga pelaksaan ibadah haji tahun ini bisa berjalan dengan lancar, semua bisa beribadah dengan nyaman dan khusyuk dan menjadi ibadah haji yang mambrur, sebaliknya yang belum haji semoga segera dipanggil sebagai tamu Allah bisa melaksanakan ibadah haji. Amin,” pungkasnya. (tok/ian)

  • Perdana, Arab Saudi Kerahkan Drone dengan Kecerdasan Buatan Selama Ibadah Haji Tahun Ini

    Perdana, Arab Saudi Kerahkan Drone dengan Kecerdasan Buatan Selama Ibadah Haji Tahun Ini

    JAKARTA – Drone pemadam kebakaran yang disebut “Falcon” akan dikerahkan selama puncak ibadah haji tahun ini, menandakan untuk pertama kalinya teknologi tersebut digunakan saat lebih dari 1,5 juta orang diperkirakan menunaikan Rukun Islam kelima yang pekan ini akan mencapai puncaknya, kata Direktorat Jenderal Pertahanan Sipil Arab Saudi pada Hari Minggu.

    Direktur Jenderal Pertahanan Sipil Mayor Jenderal Hamoud bin Suleiman Al-Faraj membuat pengumuman tersebut pada Konferensi Pers Komandan Pasukan Keamanan Haji.

    Al-Faraj menekankan pentingnya tindakan pencegahan melalui kunjungan pra-inspeksi ke tempat tinggal jamaah, melakukan patroli keselamatan dan melaksanakan sejumlah skenario dan latihan bersama dengan otoritas terkait di tempat-tempat suci, seperti mengutip Arab News dari Saudi Press Agency (SPA), Senin 2 Juni.

    Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan koordinasi dan respons optimal terhadap situasi darurat, dengan dukungan dari tim intervensi cepat yang dikerahkan sepanjang waktu, katanya.

    Drone Falcon. (Sumber: SPA)

    Drone yang disempurnakan dengan kecerdasan buatan ini secara khusus dirancang untuk operasi pemadaman kebakaran dan penyelamatan di dataran tinggi atau lokasi yang sulit diakses.

    Drone ini memiliki waktu terbang operasional hingga 12 jam di dataran tinggi dan dapat membawa muatan sekitar 40 kilogram.

    Lebih jauh, drone tersebut dikatakan dilengkapi dengan sistem pemadaman kebakaran serbaguna, bersama dengan sistem penyelamatan, kontrol, dan keselamatan yang terintegrasi.

    Kemampuannya meliputi kamera termal dan kemampuan untuk menyiarkan rekaman langsung dari lokasi, yang dapat langsung dihubungkan ke pusat komando dan kontrol.

    Tak hanya itu, drone tersebut juga menawarkan beragam aplikasi untuk gedung bertingkat tinggi, lokasi industri, area yang mengandung bahan berbahaya, lingkungan yang padat dan kebakaran hutan.

    Keunggulan utamanya meliputi kecepatan respons yang cepat, pengurangan risiko bagi personel, dan peningkatan kemampuan pengambilan keputusan melalui pencitraan waktu nyata, kata SPA.

    Diketahui, puncak ibadah haji tahun ini, Wukuf Arafah akan jatuh pada Hari Kamis 5 Mei. Kementerian Agama RI mengumumkan, jemaah haji asal Indonesia akan diberangkatkan ke Arafah mulai 4 Juni atau 8 Dzulhijah.

  • Kapan Puasa Arafah? Ini Waktu, Niat dan Keutamaanya

    Kapan Puasa Arafah? Ini Waktu, Niat dan Keutamaanya

    Jakarta: Memasuki awal Dzulhijjah, umat Muslim disunahkan untuk melaksanakan puasa. Pada 10 hari pertama ada tiga puasa yang dianjurkan, salah satunya puasa Arafah.

    Puasa ini sangat dianjurkan bagi orang-orang yang tidak menjalankan ibadah haji. Dalam sebuah hadis diriwayatkan puasa Arafah dapat menghapus dosa bagi yang menjalankannya.

    Sebagaimana hadis riwayat Abu as-Syekh Al-Ishfahani dan Ibnu an-Najar sebagai berikut :

    Artinya: “Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang.” (HR Muslim).
    Dosa Apa Saja yang Dihapus?
    Menurut mayoritas ulama, dosa-dosa yang dihapus adalah dosa kecil. (An-Nawawi, Syarah Muslim, juz 3, h. 113).
     
    Rasulullah juga bersabda Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka pada Hari Arafah dibandingkan dengan hari-hari lainnya.
     

     

    Waktu Puasa Arafah

    Waktu pelaksanaan puasa sunnah Arafah adalah tanggal sembilan Dzulhijjah.  Durasinya sama seperti puasa pada umumnya, yaitu mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Selama durasi tersebut ia mesti mencegah dari hal-hal yang membatalkan puasa sebagaimana puasa-puasa lain.  

    Lalu kapan puasa Arafah dikerjakan? Seperti disebutkan di atas puasa ini dikerjakan pada 9 Dzulhijah. Pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan bulan Dzulhijjah 1446 jatuh pada Rabu, 28 Mei 2025. Artinya puasa puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dilaksanakan pada Kamis, 5 Juni 2025. 
    Niat Puasa Arafah

    Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an ada’i arafata sunnatan lillahi ta’ala  

    Artinya: Saya niat puasa sunnah Arafah hari ini karena Allah ta’ala.
     

    Jakarta: Memasuki awal Dzulhijjah, umat Muslim disunahkan untuk melaksanakan puasa. Pada 10 hari pertama ada tiga puasa yang dianjurkan, salah satunya puasa Arafah.
     
    Puasa ini sangat dianjurkan bagi orang-orang yang tidak menjalankan ibadah haji. Dalam sebuah hadis diriwayatkan puasa Arafah dapat menghapus dosa bagi yang menjalankannya.
     
    Sebagaimana hadis riwayat Abu as-Syekh Al-Ishfahani dan Ibnu an-Najar sebagai berikut :

    Artinya: “Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang.” (HR Muslim).

    Dosa Apa Saja yang Dihapus?
    Menurut mayoritas ulama, dosa-dosa yang dihapus adalah dosa kecil. (An-Nawawi, Syarah Muslim, juz 3, h. 113).
     
    Rasulullah juga bersabda Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka pada Hari Arafah dibandingkan dengan hari-hari lainnya.
     

     

    Waktu Puasa Arafah

    Waktu pelaksanaan puasa sunnah Arafah adalah tanggal sembilan Dzulhijjah.  Durasinya sama seperti puasa pada umumnya, yaitu mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Selama durasi tersebut ia mesti mencegah dari hal-hal yang membatalkan puasa sebagaimana puasa-puasa lain.  
     
    Lalu kapan puasa Arafah dikerjakan? Seperti disebutkan di atas puasa ini dikerjakan pada 9 Dzulhijah. Pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan bulan Dzulhijjah 1446 jatuh pada Rabu, 28 Mei 2025. Artinya puasa puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dilaksanakan pada Kamis, 5 Juni 2025. 
    Niat Puasa Arafah

    Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an ada’i arafata sunnatan lillahi ta’ala  
     
    Artinya: Saya niat puasa sunnah Arafah hari ini karena Allah ta’ala.
     
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (RUL)

  • Banyak Jemaah Haji Furoda Gagal Berangkat, Tokoh Muda NU: Jangan Paksakan Diri Masuk Makkah

    Banyak Jemaah Haji Furoda Gagal Berangkat, Tokoh Muda NU: Jangan Paksakan Diri Masuk Makkah

    Surabaya (beritajatim.com) – Fenomena gagalnya keberangkatan jemaah haji Furoda tahun ini kembali menjadi sorotan. Banyak di antara mereka yang gagal melaksanakan ibadah haji karena berbagai kendala, utamanya penggunaan visa ziarah atau visa turis yang tidak diperuntukkan bagi haji.

    Salah satu Tokoh Muda NU, Ubaidillah Amin (Gus Ubaid) yang pernah mengalami pengalaman serupa, menyampaikan imbauan agar para jemaah Furoda maupun jemaah lain yang saat ini berada di Arab Saudi dengan visa ziarah tidak memaksakan diri untuk masuk ke Makkah. Ia menegaskan, setiap menjelang puncak haji (khususnya saat wukuf di Arafah) pemerintah Saudi Arabia sangat memperketat seluruh perbatasan, sehingga upaya untuk lolos ke Arafah sangat berisiko.

    “Kalaupun lolos ke Arafah, bisa jadi akses ke tempat lain belum tentu terbuka,” ujar Gus Ubaid, sapaan akrabnya.

    Menurutnya, pemerintah Saudi kini bahkan menggunakan teknologi drone untuk memperketat pengawasan. Ia juga mengingatkan agar pihak travel tidak memanfaatkan jasa orang mukimin lokal untuk menerobos jalur-jalur tidak resmi. “Banyak yang menawarkan jasa lewat jalur gurun, tapi risikonya sangat besar. Kami pernah dikejar-kejar saat menggunakan visa ziarah, tapi sekarang jauh lebih ketat,” tambahnya.

    Ia juga menyarankan, lebih baik para jemaah Furoda menunggu di Jeddah dan melaksanakan umrah setelah puncak haji selesai. “Biasanya, setelah wukuf Arafah dan jemaah haji resmi kembali ke Mekah, barulah akses dibuka untuk umrah. Tidak perlu memaksakan diri agar tidak berakhir dengan penahanan, deportasi, bahkan masuk daftar hitam (blacklist) di Saudi Arabia,” jelasnya.

    Selain itu, ia mengingatkan bahwa jemaah yang memaksakan diri masuk ke Mekah dengan visa ziarah hampir pasti akan sulit masuk ke Arafah. Penjagaan sangat ketat, dan seluruh tenda di Arafah sudah terdaftar atas nama jemaah haji resmi. “Apalagi suhu di Arafah saat ini mencapai 50 derajat Celsius, sangat membahayakan bagi yang tidak memiliki fasilitas memadai. Jemaah resmi pun biasanya menolak kehadiran orang yang tak terdaftar di tenda mereka,” tegasnya.

    Ia menekankan, ibadah haji seharusnya dijalankan dengan penuh hikmat dan tertib, bukan dengan menciptakan kegaduhan atau berisiko menimbulkan konflik. “Saran kami, bagi calon jemaah haji Furoda yang sudah di Jeddah atau Riyadh, sebaiknya tidak memaksakan diri masuk ke Mekah tahun ini. Keselamatan dan ketertiban harus diutamakan,” pungkasnya. (tok/ian)

  • Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta Cegah Pemberangkatan 719 Calon Haji Ilegal – Page 3

    Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta Cegah Pemberangkatan 719 Calon Haji Ilegal – Page 3

    Fanny mengungkapkan, ada beberapa modus yang dipakai para calon jemaah haji ilegal untuk bisa lolos pemeriksaan imigrasi. Modus yang paling banyak dilakukan para calon jemaah adalah berpakaian seperti halnya orang yang akan berhaji.

    “Mereka berangkat secara berombongan, berpakaian seragam, dan koper yang sama dengan tujuan melakukan ibadah haji,” katanya.

    Makanya petugas melakukan kroscek dan interview lebih mendalam, seperti mengecek apakah mereka mempunyai visa haji atau tidak. Dari hasil temuan petugas, kebanyakan mereka menggunakan visa nonhaji.

    Selain itu, para calon jemaah haji ilegal ini menggunakan penerbangan transit dengan tiket terputus menuju negara-negara bebas visa, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, hingga Philipina. Mereka juga berpenampilan seperti penumpang yang akan berwisata.

    Dengan modus seperti itu, kata Fanny, membuat petugas sulit mendeteksi mereka di antara ribuan penumpang yang dilayani setiap harinya.

    “Sehingga kemungkinan untuk lolos itu ada,” katanya.

  • Kumpulan Khutbah Iduladha 2025 Bertema Hikmah Qurban hingga Haji Mabrur

    Kumpulan Khutbah Iduladha 2025 Bertema Hikmah Qurban hingga Haji Mabrur

    Jakarta: Khutbah termasuk salah satu rangkaian ibadah salat Iduladha. Keberadaan khutbah dalam salat Id menjadi penanda bahwa shalat tersebut ada pada momen yang penting.

    Umumnya khutbah Iduladha menceritakan kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Kisah ini menjadi inti dari perayaan Idul Adha dan menjadi pelajaran penting tentang ketaatan dan pengorbanan kepada Allah SWT.

    Namun, khutbah Iduladha juga membahas tentang ibadah Haji. Termasuk tentang nilai-nilai dari rukun Islam kelima tersebut.
    Khutbah Iduladha 2025

    Berikut ini kumpulan khutbah Iduladha 2025 seperti Medcom rangkum dari laman resmi Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
    Khutbah 1
    Berqurban Untuk Menjadi Pribadi Paripurna

    (Oleh: M. Mahlani, S.Ag., M.Pd Sumber: Kemenag Kota Yogyakarta)

    Muslimin-muslimat, jama’ah Sholat ‘Idul Adha yang dimuliakan Allah
    subhanahu wata’ala …

    Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wata’ala, di pagi hari ini, Jum’at,10 Dzulhijjah 1446/6 Juni 2025, kita baru saja menunaikan sholat sunah ‘Idul Adha dua raka’at sebagai ungkapan rasa syukur, sekaligus sebagai wujud ketaatan, kepasrahan dan pengabdian diri kita kepada Allah Subhanahu wata’ala, Dzat yang telah memberikan sekian banyak kenikmatan…kesehatan, kesempatan dan berbagai kemudahan dalam mencari penghidupan (ma’isyah) tanpa batas.

    Sholawat – salam semoga selalu dilimpahkan, dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarganya, para shahabat, tabi’it-tabi’in dan seluruh ummatnya hingga hari akhir nanti.
     

    Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah

    ‘Idul Adha, yang kita rayakan hari ini, selalu menjadi momen spesial bagi umat Islam sedunia. Setidaknya ada dua peristiwa utama di hari raya ‘Iedul Adha, atau riyoyo besar ini, yaitu ibadah haji dan ibadah kurban atau penyembelihan hewan kurban. Tepat tanggal 10 Dzulhijjah, saudara-saudara kita yang menunaikan ibadah haji, sedang berada di Mina, melakukan salah satu rukun haji, yaitu lempar jumrah, setelah semalam bermalam di Muzdalifah yang sebelumnya, tanggal 9 Dzulhijjah menunaikan ibadah paling menentukan 
    syah-tidaknya ibadah haji, yaitu wukuf di Arafah.
    Surat Al Hajj

    “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang
    kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari
    segenap penjuru yang jauh”. (QS. Al Hajj: 27)

    Para jamaah haji ini sedang menunaikan rukun Islam ke-5 ini sedang melakukan “Muktamar Akbar”, memenuhi panggilan suci dari Allah Subhanahu wata’ala. Para tamu Allah ini sedang melakukan transendensi diri untuk menjadi manusia paripurna, yaitu menjadi kaum menjadi kaum Abrar (seperti doa yang dipanjatkan bagi setiap orang yang berhaji, yaitu hajjan mabruura – menjadi mabrur).

    Menjadi kaum Abrar, artinya menjadi pribadi yang telah bebas dari kendala diri (internal) dan kandala alam (eksternal). Bebas dari kendali diri artinya, mereka dapat memiliki kecakapan emosi yang baik; mantap kesadaran dirinya, mampu menata/mengendalikan diri secara efektif, mampu menjaga kestabilan motivasi, empati dan keterampilan sosial yang baik. Malas, egois, iri, dengki, suka menunda-nunda pekerjaan, lalai/abai terhadap kewajiban, putus asa dan sebagainya merupakan bagian dari contoh kendala diri yang kadang dialami setiap diri, tidak terkecuali saudara-saudara kita yang sedang berhaji.

    Sedangkan bebas dari kendala alam (eksternal) artinya pikiran, sikap dan perilakunya tidak lagi dikendalikan oleh budaya, gaya hidup, teknologi dan sebagainya yang berkembang di masyarakat.

    Jamaah Idul Adha Rahimakumullah…
    Menjadi kaum Abrar (mabrur), artinya menjadi pribadi yang berkelimpahan; kokoh imannya, kesadaran diri dan motivasi yang kuat, tertib ibadahnya, kaya hati, sabar, peduli kepada nasib orang lain, dan berani berkorban sebagaimana pengorbanan Nabiyullah Ibrahim ‘Alaihissalam. (Al Baqarah: 177) : Iman kepada
    Allah…Memberi sebagian harta kepada karib-kerabat, anak yatim, orang miskin,
    menunaikan sholat, zakat, menepati janji, sabar/kontrol diri yang baik dan sebagainya.

    Di sinilah pertautan ibadah haji dengan peristiwa besar kedua dalam perayaanIdul Adha, yaitu ibadah Qurban. Bahwa ibadah Qurban yang kita tunaikan hari ini merupakan wujud “partisipasi spiritual” dalam hubungannya dengan ibadah haji.

    Artinya bahwa ibadah haji itu hukumnya wajib bagi setiap muslim yang mampu (istitha’ah), mampu secara ekonomi, juga mampu dan aman untuk melakukan perjalanan ke tanah suci, Tetapi karena faktor keterbatasan kesempatan (quota jumlah jamaah), serta bisa jadi ada sebagian dari kita yang belum mampu dan belum atau tidak ada kesempatan menunaikan ibadah haji, maka dituntunkan/disyariatkan melakukan ibadah qurban di tempatnya masing-masing.

    Bahwa ibadah korban yang dilakukan dengan menyembelih hewan qurban, ini menggambarkan aktifitas yang menunjukkan kesetiaan atau mengandung makna kebaktian. Keberanian menunaikan ibadah qurban, juga sebagai wujud dari kesempurnaan diri yang kita persembahkan untuk menunjukkan pengagungan dan kebaktian kepada Allah Subhanahu wata’ala.

    Menunaikan ibadah qurban yang kita lakukan hari ini merupakan bagian dari ketaatan atas perintah Allah Subhanahu wata’ala.

    Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka
    dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang
    yang membenci kamu dialah yang terputus. (QS. Al Kautsar: 1-3)
    Jamaah ‘Idul Adha yang dirahmati Allah
    Prosesi penyembelihan hewan qurban itu, merupakan ibadah yang memiliki
    beberapa pelajaran penting.
    1. Sebagai ibadah atas kecintaan kepada Allah Yang Maha Rahman dan Rahim. Bahwa ibadah qurban itu sebagai wujud kecintaan kepada Allah yang melebihi kecintaan kita terhadap harta dunia apapun wujudnya dan seberapapun banyaknya.
    2. Sebagai gambaran keberanian kita untuk menyembelih atau memutus segala bentuk ego ke “aku” an yang bisa saja muncul pada pribadi kita. Menyembelih binatang/hewan qurban ini menjadi gambaran sederhana bahwa kita sedang mengendalikan ego kita, menghilangkan sifat-sifat kebinatangan yang bisa jadi kadang atau malah sering muncul dalam diri kita, seperti: kesombongan, ketamakan, kesewenang-wenangan, ambisi yang dikendalikan oleh hawa nafsu dan sebagainya.
    3. Ibadah qurban mengajarkan pentingnya empati dan perhatian serius pada hewan/binatang. Bahwa memperlakukan hewan itu ada adab yang harus dijaga dan dilakukan. Saat kita menunaikan ibadah qurban, maka kita harus memahami bahwa hewan yang kita jadikan qurban juga makhluk Allah Subhanahu wata’ala, yang juga memiliki hak-haknya, seperti halnya kita makhluk manusia.

    Ini artinya bahwa melalui ibadah korban, kita belajar untuk memahami rasa sakit dan penderitaan makhluk lain. Harapanya, kita dapat merasakan kebutuhan kepedulian terhadap mereka. Pemahaman dan sikap ini penting dalam rangka untuk mengembangkan sifat empati dan memperlakukan semua makhluk Allah dan tata lingkungan/ekologi di sekitarnya dengan penuh tanggungjawab dan bijaksana.

    Jamaah Idul Adha, muslimin-muslimat yang berbahagia Perayaan hari raya Idul Qurban tahun ini, harapannya kita dapat terus belajar menjadi pribadi paripurna, pribadi yang semakin tulus dalam beribadah, memiliki kesadaran tinggi untuk belajar dari sejarah, belajar menjadi pribadi yang bertanggung jawab terhadap dirinya, keluarganya dan masyarakatnya, seperti halnya Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam yang dijuluki Awwahun halim.

    Kamu bisa mengunduh versi lengkap khutbah ini di tautan ini.

    Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. At Taubah: 24)

    Setiap orang ada kecenderungan menyenangi harta, anak, jabatan, popularitas dan sebagainya, ini tentu diperbolehkan, karena hal yang demikian itu merupakan bagian dari sunnatullah, itu bagian dari sifat kemanusiaan kita.

    “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (QS. Ali Imran: 14)

    Tetapi, kita harus ingat dan sadar bahwa kesenangan pada harta atau materi lainnya itu harus ada batasnya. Semua yang kita miliki tidak ada yang abadi, termasuk jazad kita ini juga cepat atau lambat akan kembali ke asal-muasalnya, yaitu tanah.

    Lantas apa yang kita banggakan hari ini dari badan kita ini? Kekuatan, kecantikan, ketampanan, popularitas, jabatan dan lain-lainnya? Semua itu ada limit waktunya.
    Semuanya akan selesai di saat takdir ajal/kematian telah tiba.

    Semoga, kita semua yang menunaikan ibadah Qurban tahun ini, tetap dapat menjaga niat, tulus-ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah Subhanahu wata’ala.

    Sementara yang belum berkesempatan, semoga tetap dapat menikmati daging qurban dengan rasa syukur – seberapapun adanya dan semoga di tahun-tahun mendatang masih ada kesempatan dan dimudahkan untuk dapat menunaikanya.

    Semoga kita semua dapat menjadi pribadi paripurna, pribadi yang akan mendapatkan jaminan keselamatan dan kemuliaan dunia-akhirat. Untuk versi lengkap khutbah ini kamu bisa mengunduhnya melalui di sini.
    Khutbah 2

    Haji Mabrur Itu Berkualitas Transformatif

    (Oleh: Agus Saeful Bahri, S.Ag, M.S.I  Sumber: Kemenag Kota Yogyakarta)

    Hadirin kaum muslimin wal muslimat yang berbahagia

    Dengan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, hari ini kita dapat merayakan Idul Adha, dinamakan pula Idul Qurban, „Idun Nahr, dan Idul Akbar. Hari raya yang menekankan semangat sosial dan berkorban.

    Pagi ini saat kita berkumpul di lapangan/Masjid ini, saudara-saudara kitakaum muslimin yang sedang menunaikan rukun Islam yang kelima di tanah suci Mekah, dengan berbaik sangka berhusnudzhan kepada Allah SWT mereka berharap dan kita doakan hajinya diterima Allah sehingga mereka meraih kualitas haji mabrur.

    Aamiin ya mujiibas saailiin.

    Hadirin kaum muslimin wal muslimat yang berbahagia Seorang muslim yang telah menunaikan ibadah haji dan dikualifikasikan atau digolongkan sebagai haji mabrur itu dicirikan dengan 2 (dua) hal. Pertama, membagikan makanan, dan kedua menebarkan salam. Hal ini ditegaskan dalam salah satu hadis ketika Nabi saw bersabda bahwa kualitas haji mabrur hanya pantas berbalaskan surga kemudian seorang sahabat bernama Jabir bertanya kepadanya:
    ”Wahai Nabi Allah apa haji mabrur itu?” Rosulullah saw pun menjawab:”haji mabrur
    adalah ith’am ath-tha’aam dan ifsya as-salaam.

    Hadirin kaum muslimin wal muslimat yang berbahagia Dalam Islam praktek ritual ibadah tidak sebatas pengikat hubungan hamba dan Tuhannya, tetapi menuntut pembuktian dalam kehidupan sehari-hari sebagai ciri makhluk yang tidak bisa terlepas dari keterikatan dengan lingkungannya baik manusia, hewan, dan semesta alam seluruhnya.

    Berdasarkan hadis tersebut di atas secara normatif seseorang yang telah menunaikan ibadah haji dan dikategorikan mencapai kualitas haji mabrur ketika dirinya senantiasa mampu berbagi makanan dan mengucapkan salam (assalamu’alaikum) kepada orang lain yang dikenal maupun tidak dikenal. Tetapi apakah pengertiannya sebatas itu? Dalam kesempatan khutbah yang singkat ini saya akan menguraikan satu ciri saja dari kualitas haji mabrur dimaksud yaitu ith’aam aththa’aam.

    Kata “ith’aam ath-tha’aam” terdiri dari 2 (dua) kata yang berasal dari akar kata yang sama yaitu “tha’ama. Dan makna frase tersebut secara bahasa adalah memberikan segala sesuatu yang dapat dimakan untuk menghidupi dan menopang badan. Secara istilah dalam persfektif fiqih bermakna memberikan makan dalam jumlah tertentu dan berbeda kepada fakir miskin sesuai dengan kebutuhan. 

    Dalam pemaknaan moderan ith’aam ath-tha’aam diartikan sebagai kepedulian sosial. Adalah tidak keliru jika alumni haji apabila ingin meraih kemabruran dia senantiasa berbagi makanan kepada orang-orang yang membutuhkan. Hanya saja kiranya perlu difikirkan kembali bahwa aksi “berbagi makanan (ith’aam ath-tha’aam)” tidak saja bermakna harpiah membagikan makanan yang siap disantap tetapi juga menjadi sebuah gerakan pemberdayaan yang tepat sasaran dan menjadi solusi bagi persoalan persoalan sosial yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia yang diupayakan penyelesaiannya oleh pemerintah dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat termasuk para alumni haji.

    Pun dalam konteks penyembelihan hewan qurban yang dilakukan oleh orangorang yang tidak berangkat haji, juga ditemukan anjuran yang sama yang disampaikan oleh Rosulullah saw terkait daging hewan qurban untuk dibagi-bagikan kepada orangorang miskin bahkan yang berada jauh di wilayah tempat tinggal shohibul qurban. Nabi saw bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Malik dari „Aisiyah radiyallahuanha:

    Innamaa nahaitukum min ajli ad-daappati al-latii daffat ‘alaikum fakuluu wa
    tashoddaquu wa ad-dakhoruu ya’ni’bi ad-daappati qauman masaakiina qadimuu almadiinata

    “Saya melarang kalian karena adanya orang-orang yang datang. Makanlah daging tersebut, sedekahkanlah dan simpanlah sisanya, untuk diberikan kepada kaum miskin yang datang ke madinah”.

    Dua bentuk ibadah yang berbeda tetapi outcome yang diharapakannya sama yaitu pribadi-pribadi yang melaksanaan kedua ibadah tersebut menjadi pribadi yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi bahkan mampu melakukan transformasi (perubahan) yang berdampak baik di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

    Sebagai misal karakter ith’aam ath-tha’am diwujudkan dalam penghimpunan dana secara rutin setiap bulan dari para alumni haji kemudian bersinergi dan berkolaborasi dengan stakeholder lainnya baik pemerintah, civil society atau ormas keagamaan, dan kelompok masyarakat lainnya dengan menyelenggarakan kegiatankegiatan atau memperkuat daya dorong dan daya jangkau program-program terutama yang sedang dikerjakan oleh pemerintah dalam percepatan penurunan angka stunting seperti pemenuhan gizi keluarga baik yang bersifat kuratif (pengobatan) maupun preventif (pencegahan). Bisa juga dengan membiayai kegiatan pelatihan keterampilan bagi orang-orang yang tidak mempunyai penghasilan tetap atau bahkan menganggur seperti cukur rambut, kemudian diberikan modal untuk membuka usahanya sendiri sehingga bisa hidup mandiri bahkan bisa menghidupi keluarganya, maka cara ini merupakan bagian dari ith’aam ath-tha’aam yang dapat menghantarkan ke surga.

    Karena itu manakala seorang pulang haji lalu dia berusaha untuk memberdayakan orang di sekitarnya dengan harta atau keahlian yang dimilikinya termasuk bagian dari ith’aam ath-tha’aam, memberikan kail untuk memancing penghasilan sehingga beroleh makanan kemandirian, dan hal itu akan menambah keberkahan rejeki yang diperolehnya (ma naqasha maalun min shodaqotin bal yazdad, tidak akan berkurang harta karena sedekah sebaliknya akan bertambah). Perlu disadari juga terutama para alumni haji yang kaya, uangnya yang berlebih itu semestinya tidak dibayarkannya untuk melakukan haji yang kesekian kalinya tapi dia investasikan, misalnya untuk membiayai dana pendidikan siswa miskin, mahasiswa miskin sehingga dalam beberapa tahun ke depan akan lahir generasi anak bangsa dan keluarga yang cerdas dan terbebas dari kemiskinan. Itulah yang dimaksud dengan ith’aam ath-tha’aam.

    Hadirin kaum muslimin wal muslimat yang berbahagia
    Salah satu cerita shufi malah menyebutkan bahwa kemabruran haji itu dapat diperoleh dengan tidak berhaji. Itu diturunkan pertamakali oleh Abdullah bin Mubarak dalam kisahnya bahwa dia diberitahu pada suatu tahun orang berhaji demikian melimpah ruah tetapi yang diterima hajinya sebagai haji mabrur oleh Allah SWT hanya beberapa gelintir orang saja. Diantara yang sedikit itu adalah seorang yang tidak pergi haji tetapi tercatat di sisi Allah seorang yang meraih haji mabrur. Dicarilah orang itu berhari-hari oleh Abdullah bin Mubarak. Tatkala ditemukan sang peraih haji hanya merasa aneh bagaimana mungkin ia meraih kemabruran tanpa berhaji? 

    Setelah didesak oleh Abdullah bin Mubarak apa yang dilakukannya selama musim haji tahun itu. Dia berkata,”saya tidak pergi haji tapi saya nyaris pergi haji. Saya kumpulkan
    uang puluhan tahun untuk pergi haji dan saya hendak pergi haji tahun ini. Ketika hendak berangkat haji saya diberitahu bahwa tetangga-tetangga saya yang miskin itu ditimpa musibah penyakit mewabah. Saya pun batalkan pergi haji saya berikan uang yang semula untuk pergi haji itu buat pengobatan dan makanan saudara-saudara saya yang miskin itu.

    Cerita di atas bukanlah hadis Nabi saw, tetapi spirit cerita itu mendapatkan dukungan ayat al-Qur?an surah al-Baqarah (2) ayat 177 ketika Allah berfirman:

    Bukanlah mengahadapkan wajahmu kea rah timur dan barat itu suatu kebajikan, tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta;dan (memerdekakan) hamba sahaya,mendidirkan shalat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.

    Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Sebagaimana diketahui kata mabrur seakar dengan kata al-birru yang disebutkan ayat di atas. Mabrur berasal dari kata barra yabirru birran fahuwa baarun wadzaaka mabruurun. Jika al-birru itu dimaknai sebagai kebajikan maka mabrur itu orang yang diluruskan oleh Alah hatinya untuk senantiasa dalam kebajikan. Ayat di atas sama sekali tidak menyebutkan menyebutkan kata haji tetapi ayat di atas menyebutkan bahwa kebajikan, keimanan, mendermakan harta terbaik kepada sesama, menegakkan shalat, tunaikan zakat secara istiqamah, memelihara janji, senantiasa bersabar saat diuji Allah sebagai orang yang benar imannya yang mereka dilabeli orang yang bertaqwa. 

    Jika saat orang yang berhaji disuruh Allah untuk berbekal taqwa, orang pelaku kebajikan ini sudah dicap muttaqin oleh Allah. Dalam konteks inilah bagi siapapun yang tidak pergi haji atau bukan alumni dapat berkontribusi dalam perubahan menuju peradaban yang berlandaskan pada kepedulian sehingga terjadi perbaikan sosial. Wallahu a’lam bish showab. Dari keseluruhan urain di atas kiranya terjelaskan bahwa haji mabrur adalah haji dengan kualitas transformatif. Yaitu kualitas haji seseorang yang di dalam dirinya ada nilai-nilai perubahan menuju perbaikan. Suatu kualitas yang diperlukan oleh bangsa ini.

    Kamu bisa mengunduh khutbah Iduladha 2025 PDF lainnya di tautan ini.

    Jakarta: Khutbah termasuk salah satu rangkaian ibadah salat Iduladha. Keberadaan khutbah dalam salat Id menjadi penanda bahwa shalat tersebut ada pada momen yang penting.
     
    Umumnya khutbah Iduladha menceritakan kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Kisah ini menjadi inti dari perayaan Idul Adha dan menjadi pelajaran penting tentang ketaatan dan pengorbanan kepada Allah SWT.
     
    Namun, khutbah Iduladha juga membahas tentang ibadah Haji. Termasuk tentang nilai-nilai dari rukun Islam kelima tersebut.
    Khutbah Iduladha 2025

    Berikut ini kumpulan khutbah Iduladha 2025 seperti Medcom rangkum dari laman resmi Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

    Khutbah 1

    Berqurban Untuk Menjadi Pribadi Paripurna

    (Oleh: M. Mahlani, S.Ag., M.Pd Sumber: Kemenag Kota Yogyakarta)
     
    Muslimin-muslimat, jama’ah Sholat ‘Idul Adha yang dimuliakan Allah
    subhanahu wata’ala …
     
    Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wata’ala, di pagi hari ini, Jum’at,10 Dzulhijjah 1446/6 Juni 2025, kita baru saja menunaikan sholat sunah ‘Idul Adha dua raka’at sebagai ungkapan rasa syukur, sekaligus sebagai wujud ketaatan, kepasrahan dan pengabdian diri kita kepada Allah Subhanahu wata’ala, Dzat yang telah memberikan sekian banyak kenikmatan…kesehatan, kesempatan dan berbagai kemudahan dalam mencari penghidupan (ma’isyah) tanpa batas.
     
    Sholawat – salam semoga selalu dilimpahkan, dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarganya, para shahabat, tabi’it-tabi’in dan seluruh ummatnya hingga hari akhir nanti.
     

     
    Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah
     
    ‘Idul Adha, yang kita rayakan hari ini, selalu menjadi momen spesial bagi umat Islam sedunia. Setidaknya ada dua peristiwa utama di hari raya ‘Iedul Adha, atau riyoyo besar ini, yaitu ibadah haji dan ibadah kurban atau penyembelihan hewan kurban. Tepat tanggal 10 Dzulhijjah, saudara-saudara kita yang menunaikan ibadah haji, sedang berada di Mina, melakukan salah satu rukun haji, yaitu lempar jumrah, setelah semalam bermalam di Muzdalifah yang sebelumnya, tanggal 9 Dzulhijjah menunaikan ibadah paling menentukan 
    syah-tidaknya ibadah haji, yaitu wukuf di Arafah.
    Surat Al Hajj
     
    “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang
    kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari
    segenap penjuru yang jauh”. (QS. Al Hajj: 27)
     
    Para jamaah haji ini sedang menunaikan rukun Islam ke-5 ini sedang melakukan “Muktamar Akbar”, memenuhi panggilan suci dari Allah Subhanahu wata’ala. Para tamu Allah ini sedang melakukan transendensi diri untuk menjadi manusia paripurna, yaitu menjadi kaum menjadi kaum Abrar (seperti doa yang dipanjatkan bagi setiap orang yang berhaji, yaitu hajjan mabruura – menjadi mabrur).
     
    Menjadi kaum Abrar, artinya menjadi pribadi yang telah bebas dari kendala diri (internal) dan kandala alam (eksternal). Bebas dari kendali diri artinya, mereka dapat memiliki kecakapan emosi yang baik; mantap kesadaran dirinya, mampu menata/mengendalikan diri secara efektif, mampu menjaga kestabilan motivasi, empati dan keterampilan sosial yang baik. Malas, egois, iri, dengki, suka menunda-nunda pekerjaan, lalai/abai terhadap kewajiban, putus asa dan sebagainya merupakan bagian dari contoh kendala diri yang kadang dialami setiap diri, tidak terkecuali saudara-saudara kita yang sedang berhaji.
     
    Sedangkan bebas dari kendala alam (eksternal) artinya pikiran, sikap dan perilakunya tidak lagi dikendalikan oleh budaya, gaya hidup, teknologi dan sebagainya yang berkembang di masyarakat.
     
    Jamaah Idul Adha Rahimakumullah…
    Menjadi kaum Abrar (mabrur), artinya menjadi pribadi yang berkelimpahan; kokoh imannya, kesadaran diri dan motivasi yang kuat, tertib ibadahnya, kaya hati, sabar, peduli kepada nasib orang lain, dan berani berkorban sebagaimana pengorbanan Nabiyullah Ibrahim ‘Alaihissalam. (Al Baqarah: 177) : Iman kepada
    Allah…Memberi sebagian harta kepada karib-kerabat, anak yatim, orang miskin,
    menunaikan sholat, zakat, menepati janji, sabar/kontrol diri yang baik dan sebagainya.
     
    Di sinilah pertautan ibadah haji dengan peristiwa besar kedua dalam perayaanIdul Adha, yaitu ibadah Qurban. Bahwa ibadah Qurban yang kita tunaikan hari ini merupakan wujud “partisipasi spiritual” dalam hubungannya dengan ibadah haji.
     
    Artinya bahwa ibadah haji itu hukumnya wajib bagi setiap muslim yang mampu (istitha’ah), mampu secara ekonomi, juga mampu dan aman untuk melakukan perjalanan ke tanah suci, Tetapi karena faktor keterbatasan kesempatan (quota jumlah jamaah), serta bisa jadi ada sebagian dari kita yang belum mampu dan belum atau tidak ada kesempatan menunaikan ibadah haji, maka dituntunkan/disyariatkan melakukan ibadah qurban di tempatnya masing-masing.
     
    Bahwa ibadah korban yang dilakukan dengan menyembelih hewan qurban, ini menggambarkan aktifitas yang menunjukkan kesetiaan atau mengandung makna kebaktian. Keberanian menunaikan ibadah qurban, juga sebagai wujud dari kesempurnaan diri yang kita persembahkan untuk menunjukkan pengagungan dan kebaktian kepada Allah Subhanahu wata’ala.
     
    Menunaikan ibadah qurban yang kita lakukan hari ini merupakan bagian dari ketaatan atas perintah Allah Subhanahu wata’ala.
     
    Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka
    dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang
    yang membenci kamu dialah yang terputus. (QS. Al Kautsar: 1-3)
    Jamaah ‘Idul Adha yang dirahmati Allah
    Prosesi penyembelihan hewan qurban itu, merupakan ibadah yang memiliki
    beberapa pelajaran penting.
    1. Sebagai ibadah atas kecintaan kepada Allah Yang Maha Rahman dan Rahim. Bahwa ibadah qurban itu sebagai wujud kecintaan kepada Allah yang melebihi kecintaan kita terhadap harta dunia apapun wujudnya dan seberapapun banyaknya.
    2. Sebagai gambaran keberanian kita untuk menyembelih atau memutus segala bentuk ego ke “aku” an yang bisa saja muncul pada pribadi kita. Menyembelih binatang/hewan qurban ini menjadi gambaran sederhana bahwa kita sedang mengendalikan ego kita, menghilangkan sifat-sifat kebinatangan yang bisa jadi kadang atau malah sering muncul dalam diri kita, seperti: kesombongan, ketamakan, kesewenang-wenangan, ambisi yang dikendalikan oleh hawa nafsu dan sebagainya.
    3. Ibadah qurban mengajarkan pentingnya empati dan perhatian serius pada hewan/binatang. Bahwa memperlakukan hewan itu ada adab yang harus dijaga dan dilakukan. Saat kita menunaikan ibadah qurban, maka kita harus memahami bahwa hewan yang kita jadikan qurban juga makhluk Allah Subhanahu wata’ala, yang juga memiliki hak-haknya, seperti halnya kita makhluk manusia.
     
    Ini artinya bahwa melalui ibadah korban, kita belajar untuk memahami rasa sakit dan penderitaan makhluk lain. Harapanya, kita dapat merasakan kebutuhan kepedulian terhadap mereka. Pemahaman dan sikap ini penting dalam rangka untuk mengembangkan sifat empati dan memperlakukan semua makhluk Allah dan tata lingkungan/ekologi di sekitarnya dengan penuh tanggungjawab dan bijaksana.
     
    Jamaah Idul Adha, muslimin-muslimat yang berbahagia Perayaan hari raya Idul Qurban tahun ini, harapannya kita dapat terus belajar menjadi pribadi paripurna, pribadi yang semakin tulus dalam beribadah, memiliki kesadaran tinggi untuk belajar dari sejarah, belajar menjadi pribadi yang bertanggung jawab terhadap dirinya, keluarganya dan masyarakatnya, seperti halnya Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam yang dijuluki Awwahun halim.
     
    Kamu bisa mengunduh versi lengkap khutbah ini di tautan ini.
     
    Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. At Taubah: 24)
     
    Setiap orang ada kecenderungan menyenangi harta, anak, jabatan, popularitas dan sebagainya, ini tentu diperbolehkan, karena hal yang demikian itu merupakan bagian dari sunnatullah, itu bagian dari sifat kemanusiaan kita.
     
    “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (QS. Ali Imran: 14)
     
    Tetapi, kita harus ingat dan sadar bahwa kesenangan pada harta atau materi lainnya itu harus ada batasnya. Semua yang kita miliki tidak ada yang abadi, termasuk jazad kita ini juga cepat atau lambat akan kembali ke asal-muasalnya, yaitu tanah.
     
    Lantas apa yang kita banggakan hari ini dari badan kita ini? Kekuatan, kecantikan, ketampanan, popularitas, jabatan dan lain-lainnya? Semua itu ada limit waktunya.
    Semuanya akan selesai di saat takdir ajal/kematian telah tiba.
     
    Semoga, kita semua yang menunaikan ibadah Qurban tahun ini, tetap dapat menjaga niat, tulus-ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah Subhanahu wata’ala.
     
    Sementara yang belum berkesempatan, semoga tetap dapat menikmati daging qurban dengan rasa syukur – seberapapun adanya dan semoga di tahun-tahun mendatang masih ada kesempatan dan dimudahkan untuk dapat menunaikanya.
     
    Semoga kita semua dapat menjadi pribadi paripurna, pribadi yang akan mendapatkan jaminan keselamatan dan kemuliaan dunia-akhirat. Untuk versi lengkap khutbah ini kamu bisa mengunduhnya melalui di sini.

    Khutbah 2

    Haji Mabrur Itu Berkualitas Transformatif
     
    (Oleh: Agus Saeful Bahri, S.Ag, M.S.I  Sumber: Kemenag Kota Yogyakarta)
     
    Hadirin kaum muslimin wal muslimat yang berbahagia
     
    Dengan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, hari ini kita dapat merayakan Idul Adha, dinamakan pula Idul Qurban, „Idun Nahr, dan Idul Akbar. Hari raya yang menekankan semangat sosial dan berkorban.
     
    Pagi ini saat kita berkumpul di lapangan/Masjid ini, saudara-saudara kitakaum muslimin yang sedang menunaikan rukun Islam yang kelima di tanah suci Mekah, dengan berbaik sangka berhusnudzhan kepada Allah SWT mereka berharap dan kita doakan hajinya diterima Allah sehingga mereka meraih kualitas haji mabrur.
     
    Aamiin ya mujiibas saailiin.
     
    Hadirin kaum muslimin wal muslimat yang berbahagia Seorang muslim yang telah menunaikan ibadah haji dan dikualifikasikan atau digolongkan sebagai haji mabrur itu dicirikan dengan 2 (dua) hal. Pertama, membagikan makanan, dan kedua menebarkan salam. Hal ini ditegaskan dalam salah satu hadis ketika Nabi saw bersabda bahwa kualitas haji mabrur hanya pantas berbalaskan surga kemudian seorang sahabat bernama Jabir bertanya kepadanya:
    ”Wahai Nabi Allah apa haji mabrur itu?” Rosulullah saw pun menjawab:”haji mabrur
    adalah ith’am ath-tha’aam dan ifsya as-salaam.
     
    Hadirin kaum muslimin wal muslimat yang berbahagia Dalam Islam praktek ritual ibadah tidak sebatas pengikat hubungan hamba dan Tuhannya, tetapi menuntut pembuktian dalam kehidupan sehari-hari sebagai ciri makhluk yang tidak bisa terlepas dari keterikatan dengan lingkungannya baik manusia, hewan, dan semesta alam seluruhnya.
     
    Berdasarkan hadis tersebut di atas secara normatif seseorang yang telah menunaikan ibadah haji dan dikategorikan mencapai kualitas haji mabrur ketika dirinya senantiasa mampu berbagi makanan dan mengucapkan salam (assalamu’alaikum) kepada orang lain yang dikenal maupun tidak dikenal. Tetapi apakah pengertiannya sebatas itu? Dalam kesempatan khutbah yang singkat ini saya akan menguraikan satu ciri saja dari kualitas haji mabrur dimaksud yaitu ith’aam aththa’aam.
     
    Kata “ith’aam ath-tha’aam” terdiri dari 2 (dua) kata yang berasal dari akar kata yang sama yaitu “tha’ama. Dan makna frase tersebut secara bahasa adalah memberikan segala sesuatu yang dapat dimakan untuk menghidupi dan menopang badan. Secara istilah dalam persfektif fiqih bermakna memberikan makan dalam jumlah tertentu dan berbeda kepada fakir miskin sesuai dengan kebutuhan. 
     
    Dalam pemaknaan moderan ith’aam ath-tha’aam diartikan sebagai kepedulian sosial. Adalah tidak keliru jika alumni haji apabila ingin meraih kemabruran dia senantiasa berbagi makanan kepada orang-orang yang membutuhkan. Hanya saja kiranya perlu difikirkan kembali bahwa aksi “berbagi makanan (ith’aam ath-tha’aam)” tidak saja bermakna harpiah membagikan makanan yang siap disantap tetapi juga menjadi sebuah gerakan pemberdayaan yang tepat sasaran dan menjadi solusi bagi persoalan persoalan sosial yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia yang diupayakan penyelesaiannya oleh pemerintah dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat termasuk para alumni haji.
     
    Pun dalam konteks penyembelihan hewan qurban yang dilakukan oleh orangorang yang tidak berangkat haji, juga ditemukan anjuran yang sama yang disampaikan oleh Rosulullah saw terkait daging hewan qurban untuk dibagi-bagikan kepada orangorang miskin bahkan yang berada jauh di wilayah tempat tinggal shohibul qurban. Nabi saw bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Malik dari „Aisiyah radiyallahuanha:
     
    Innamaa nahaitukum min ajli ad-daappati al-latii daffat ‘alaikum fakuluu wa
    tashoddaquu wa ad-dakhoruu ya’ni’bi ad-daappati qauman masaakiina qadimuu almadiinata
     
    “Saya melarang kalian karena adanya orang-orang yang datang. Makanlah daging tersebut, sedekahkanlah dan simpanlah sisanya, untuk diberikan kepada kaum miskin yang datang ke madinah”.
     
    Dua bentuk ibadah yang berbeda tetapi outcome yang diharapakannya sama yaitu pribadi-pribadi yang melaksanaan kedua ibadah tersebut menjadi pribadi yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi bahkan mampu melakukan transformasi (perubahan) yang berdampak baik di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
     
    Sebagai misal karakter ith’aam ath-tha’am diwujudkan dalam penghimpunan dana secara rutin setiap bulan dari para alumni haji kemudian bersinergi dan berkolaborasi dengan stakeholder lainnya baik pemerintah, civil society atau ormas keagamaan, dan kelompok masyarakat lainnya dengan menyelenggarakan kegiatankegiatan atau memperkuat daya dorong dan daya jangkau program-program terutama yang sedang dikerjakan oleh pemerintah dalam percepatan penurunan angka stunting seperti pemenuhan gizi keluarga baik yang bersifat kuratif (pengobatan) maupun preventif (pencegahan). Bisa juga dengan membiayai kegiatan pelatihan keterampilan bagi orang-orang yang tidak mempunyai penghasilan tetap atau bahkan menganggur seperti cukur rambut, kemudian diberikan modal untuk membuka usahanya sendiri sehingga bisa hidup mandiri bahkan bisa menghidupi keluarganya, maka cara ini merupakan bagian dari ith’aam ath-tha’aam yang dapat menghantarkan ke surga.
     
    Karena itu manakala seorang pulang haji lalu dia berusaha untuk memberdayakan orang di sekitarnya dengan harta atau keahlian yang dimilikinya termasuk bagian dari ith’aam ath-tha’aam, memberikan kail untuk memancing penghasilan sehingga beroleh makanan kemandirian, dan hal itu akan menambah keberkahan rejeki yang diperolehnya (ma naqasha maalun min shodaqotin bal yazdad, tidak akan berkurang harta karena sedekah sebaliknya akan bertambah). Perlu disadari juga terutama para alumni haji yang kaya, uangnya yang berlebih itu semestinya tidak dibayarkannya untuk melakukan haji yang kesekian kalinya tapi dia investasikan, misalnya untuk membiayai dana pendidikan siswa miskin, mahasiswa miskin sehingga dalam beberapa tahun ke depan akan lahir generasi anak bangsa dan keluarga yang cerdas dan terbebas dari kemiskinan. Itulah yang dimaksud dengan ith’aam ath-tha’aam.
     
    Hadirin kaum muslimin wal muslimat yang berbahagia
    Salah satu cerita shufi malah menyebutkan bahwa kemabruran haji itu dapat diperoleh dengan tidak berhaji. Itu diturunkan pertamakali oleh Abdullah bin Mubarak dalam kisahnya bahwa dia diberitahu pada suatu tahun orang berhaji demikian melimpah ruah tetapi yang diterima hajinya sebagai haji mabrur oleh Allah SWT hanya beberapa gelintir orang saja. Diantara yang sedikit itu adalah seorang yang tidak pergi haji tetapi tercatat di sisi Allah seorang yang meraih haji mabrur. Dicarilah orang itu berhari-hari oleh Abdullah bin Mubarak. Tatkala ditemukan sang peraih haji hanya merasa aneh bagaimana mungkin ia meraih kemabruran tanpa berhaji? 
     
    Setelah didesak oleh Abdullah bin Mubarak apa yang dilakukannya selama musim haji tahun itu. Dia berkata,”saya tidak pergi haji tapi saya nyaris pergi haji. Saya kumpulkan
    uang puluhan tahun untuk pergi haji dan saya hendak pergi haji tahun ini. Ketika hendak berangkat haji saya diberitahu bahwa tetangga-tetangga saya yang miskin itu ditimpa musibah penyakit mewabah. Saya pun batalkan pergi haji saya berikan uang yang semula untuk pergi haji itu buat pengobatan dan makanan saudara-saudara saya yang miskin itu.
     
    Cerita di atas bukanlah hadis Nabi saw, tetapi spirit cerita itu mendapatkan dukungan ayat al-Qur?an surah al-Baqarah (2) ayat 177 ketika Allah berfirman:
     
    Bukanlah mengahadapkan wajahmu kea rah timur dan barat itu suatu kebajikan, tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta;dan (memerdekakan) hamba sahaya,mendidirkan shalat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
     
    Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Sebagaimana diketahui kata mabrur seakar dengan kata al-birru yang disebutkan ayat di atas. Mabrur berasal dari kata barra yabirru birran fahuwa baarun wadzaaka mabruurun. Jika al-birru itu dimaknai sebagai kebajikan maka mabrur itu orang yang diluruskan oleh Alah hatinya untuk senantiasa dalam kebajikan. Ayat di atas sama sekali tidak menyebutkan menyebutkan kata haji tetapi ayat di atas menyebutkan bahwa kebajikan, keimanan, mendermakan harta terbaik kepada sesama, menegakkan shalat, tunaikan zakat secara istiqamah, memelihara janji, senantiasa bersabar saat diuji Allah sebagai orang yang benar imannya yang mereka dilabeli orang yang bertaqwa. 
     
    Jika saat orang yang berhaji disuruh Allah untuk berbekal taqwa, orang pelaku kebajikan ini sudah dicap muttaqin oleh Allah. Dalam konteks inilah bagi siapapun yang tidak pergi haji atau bukan alumni dapat berkontribusi dalam perubahan menuju peradaban yang berlandaskan pada kepedulian sehingga terjadi perbaikan sosial. Wallahu a’lam bish showab. Dari keseluruhan urain di atas kiranya terjelaskan bahwa haji mabrur adalah haji dengan kualitas transformatif. Yaitu kualitas haji seseorang yang di dalam dirinya ada nilai-nilai perubahan menuju perbaikan. Suatu kualitas yang diperlukan oleh bangsa ini.
     
    Kamu bisa mengunduh khutbah Iduladha 2025 PDF lainnya di tautan ini.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (RUL)

  • Tanazul Dibatalkan, Menag: Tenda di Mina Tetap Disiapkan untuk Semua Jemaah

    Tanazul Dibatalkan, Menag: Tenda di Mina Tetap Disiapkan untuk Semua Jemaah

    Bisnis.com, MAKKAH — Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi tetap menyiapkan tenda di Mina sejumlah jemaah haji Indonesia meski tanazul dibatalkan oleh Pemerintah Arab Saudi. Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan penyediaan tenda di Mina sudah mencakup sekitar 37.000 jemaah yang sebelumnya direncanakan akan menjalani tanazul.

    Tanazul sebelumnya disiapkan sebagai salah satu skema untuk mengurai kepadatan jemaah di Mina. Skema tanazul memungkinkan jemaah yang tinggal di hotel dekat area Jamarat atau lokasi lontar jumrah, untuk kembali ke hotel setelah melempar Jumrah Aqabah. Dengan demikian, jemaah tidak perlu menempati tenda di Mina, tetapi tetap menjalankan kewajiban bermalam sesuai ketentuan. Jemaah tanazul tinggal di hotel wilayah Syisyah dan Raudhah.

    “Jadi kalau seandainya ada yang tanazul kemarin itu, kuota makanannya saja yang dipindahkan ke hotelnya, tetapi kasurnya tetap ada disitu, tendanya tetap ada disitu. Jadi bukan berarti yang [lebih dari] 30.000 sekian itu melakukan tanazul otomatis tidak ada kuota kasurnya, tetap ada kasurnya,” kata Nasaruddin di Makkah, Selasa (3/6/2025).

    Dengan kebijakan terbaru Arab Saudi untuk membatalkan tanazul tahun ini, PPIH saat ini bergerak untuk mengatur penyediaan makanan yang awalnya akan diantar ke hotel-hotel jemaah dekat Jamarat. Meski jemaah tetap bisa melakukan tanazul secara mandiri dengan berkoordinasi dengan syarikah, Nasaruddin sangat menyarankan jemaah untuk mematuhi ketentuan Otoritas Saudi.

    Selain itu, tak hanya Indonesia yang terdampak kebijakan ini, tanazul juga dibatalkan untuk seluruh negara yang mengirimkan jemaah hajinya.

    “Jadi masih sangat ada alternatifnya, cuma secara instruksional kami sudah tidak menganjurkan untuk melakukan tanazul, sesuai dengan anjuran pemerintah Saudi,” katanya.

    Ketua PPIH Arab Saudi Muchlis M Hanafi sebelumnya mengatakan penundaan pelaksanaan program ini sesuai keputusan Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi dengan mempertimbangkan alasan keselamatan.

    Fase puncak haji 1446 H akan berlangsung mulai 4 Juni 2025, ditandai dengan pemberangkatan jemaah haji Indonesia dari Makkah ke Arafah. PPIH Arab Saudi, syarikah penyedia layanan jemaah haji Indonesia, dan Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi telah bersepakat bahwa pemberangkatan jemaah dilaksanakan berdasarkan syarikah, markaz, dan hotel tempat jemaah menginap.

    Kesepakatan ini juga diperkuat dalam kesimpulan Rapat Kerja Tim Pengawas Haji Republik Indonesia bersama Menteri Agama dan Kepala Badan Penyelenggara Haji RI pada 2 Juni 2025.

  • 5
                    
                        Kecewanya Pengusaha Travel Visa Haji Furoda Tak Terbit, Heran yang Pakai Visa Amil Bisa Berangkat…
                        Regional

    5 Kecewanya Pengusaha Travel Visa Haji Furoda Tak Terbit, Heran yang Pakai Visa Amil Bisa Berangkat… Regional

    Kecewanya Pengusaha Travel Visa Haji Furoda Tak Terbit, Heran yang Pakai Visa Amil Bisa Berangkat…
    Tim Redaksi
    NUNUKAN, KOMPAS.com
    – Gagalnya keberangkatan jemaah haji furoda 2025, akibat otoritas Arab Saudi tak menerbitkan visa, menjadi keluhan para jemaah juga pemilik travel haji dan umrah.
    Para pemilik travel harus menelan kerugian miliaran rupiah.
    Batalnya keberangkatan jemaah haji furoda menjadi beban moral dan mental.
    “Saya gemetaran waktu para jemaah haji furoda tak bisa berangkat. Ini kan masalah ibadah, jadi fikiran saya bukan kerugian yang saya alami, tapi lebih pada beban moral. Terus terang itu ngaruh juga ke mental,” ujar
    owner
    PT An Nur Kaltara Arafah, Nur Rahmat, saat ditemui pada Selasa (3/6/2025).
    Rahmat menuturkan, An Nur sudah melakukan pelunasan biaya tiket, konsumsi, dan hotel di Arab Saudi.
    Tahun ini, An Nur Kaltara Arafah memberangkatkan 32 jemaah haji furoda dengan biaya relatif murah sekitar Rp 340 juta per jemaah.
    Namun, mereka tak bisa berbuat apa-apa ketika Pemerintah Arab Saudi memutuskan untuk tidak menerbitkan visa haji furoda tahun 2025.
    “Dari yang saya tahu, Pemerintah Arab Saudi sedang melakukan perbaikan sistem haji. Itu kebijakan negara sana, dan bukan hanya Indonesia yang visanya tak terbit. Banyak negara lain juga sama,” jelas Rahmat.
    Beruntung, An Nur memiliki koneksi langsung ke Arab Saudi sehingga mereka tak perlu bertaruh seperti travel lain yang nekat memberangkatkan jemaah ke Jakarta, sembari berharap visa keluar.
    Di lain sisi, Rahmat menyesalkan banyaknya jemaah haji ilegal, dalam artian menggunakan
    visa amil
    /pekerja, justru bisa berhaji dengan gampangnya.
    “Kekecewaan kami bertumpuk setelah mendengar justru banyak jemaah haji dengan visa amil bisa berangkat haji. Sedangkan visa haji furoda ditahan. Ini kan lucu,” imbuhnya.
    Para jemaah haji ilegal diberangkatkan dengan cara kucing-kucingan, melalui sejumlah lokasi, ada yang dari Medan, Batam, Riau.
    Mereka diterbangkan ke Singapura, Kuala Lumpur, Istanbul, dan sebagainya.
    “Tapi akibat keberangkatan menggunakan visa amil, silakan lihat di pemberitaan. Ada yang ditangkap, ada yang dikembalikan lagi ke Jeddah,” kata Rahmat.
    Jika dikalkulasi, batalnya 32 jemaah haji furoda yang memercayakan keberangkatan melalui An Nur Kaltara Arafah mengakibatkan kerugian hampir Rp 2 miliar.
    Rahmat juga sempat mencoba menghubungi pihak hotel di Arab Saudi untuk refund/pengembalian uang. Namun, upaya tersebut nihil.
    Rahmat kemudian memberikan pilihan kepada para jemaah haji furoda yang gagal berangkat.
    1. Apakah dananya dikembalikan utuh.
    2. Digunakan untuk berangkat haji tahun depan.
    “Alhamdulillahnya, mereka memilih tetap ingin berangkat tahun depan. Jadi nanti akan saya upayakan beralih ke ONH Plus. Kami akan menghadap Kemenag untuk percepatan, semoga tahun depan bisa berangkat,” jelasnya.
    Untuk diketahui,
    haji furoda adalah
    program haji yang diselenggarakan langsung oleh Pemerintah Arab Saudi melalui undangan khusus atau visa mujamalah.
    Program ini tidak menggunakan kuota haji reguler maupun kuota haji plus nasional.
    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019, warga negara Indonesia (WNI) yang mendapatkan undangan visa haji furoda dari Kerajaan Arab Saudi wajib berangkat melalui Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK), yaitu lembaga berbadan hukum yang telah mendapat izin dari Menteri Agama untuk menyelenggarakan haji khusus.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Hendak Berhaji, Warga Pamekasan Meninggal Dunia di Gurun Pasir

    Hendak Berhaji, Warga Pamekasan Meninggal Dunia di Gurun Pasir

    Pamekasan (beritajatim.com) – Seorang warga Kecamatan Larangan, Pamekasan, berinisial SM dikabarkan meninggal dunia di wilayah Gurun Makkah, Arab Saudi, saat hendak melaksanakan ibadah haji melalui jalur ilegal.

    Korban yang diketahui berprofesi sebagai salah satu dosen di universitas swasta di Pamekasan, dikabarkan meninggal dunia diduga mengalami dehidrasi setelah nekat melaksanakan haji melalui jalur ilegal, dan menyusup ke Makkah dengan visa non haji.

    “Sebelum berangkat, ia sempat bilang ingin menunaikan ibadah haji. Saat itu kami sempat tanya pakai jalur resmi atau tidak, ia jawab pakai orang. Bahkan kami juga sempat ingatkan agar berhati-hati karena pengawasan di Makkah, lebih ketat dari sebelumnya, tapi ia tetap yakin akan lancar,” kata salah satu rekan sejawat, Ahmad, Selasa (3/6/2025).

    Bahkan dalam kesempatan tersebut, pihaknya juga sempat melarang SM dan membatalkan niat haji karena resikonya relatif tinggi. Namun yang bersangkutan tetap berangkat menuju Arab Saudi, sekitar 25 April 2025 lalu.

    “Setibanya di Makkah, SM sempat mengabari jika dirinya sudah menunaikan ibadah umrah pertama. Namun tidak lama setelah itu, komunikasi terputus hingga akhirnya kami mendapat kabar duka,” ungkapnya.

    Kabar duka tersebut didapat sekitar 27 Mei 2025, di mana SM dikabarkan meninggal dunia di sekitar wilayah Taniem, salah satu gurun pasir yang berada di sekitar perbatasan Makkah. “Kami kaget, ternyata ia meninggal. Kabarnya ada 10 orang teman yang bersamanya, tujuh di antaranya tertangkap razia, tiga selamat, dan mereka semua pakai visa non-haji,” jelasnya.

    Berdasar informasi yang dihimpun beritajatim.com, SM bersama dua orang reknnya terekam kamera drone patroli keamanan Arab Saudi di sebuah gurun, ketiganya diduga kuat mengalami dehidrasi. Kedua rekannya, yakni inisial J dan S dibawa aparat ke rumah sakit, dan setelah dirawat diusir menuju Kota Jeddah.

    Sebelumnya SM bersama rombongan juga sempat terjaring razia keamanan Saudi, dan dideportasi ke Jeddah. Namun mereka kembali masuk ke Makkah, melalui jalur gurun dan akhirnya berujung nahas.

    Namun hingga berita ini ditulis, belum ada keterangan resmi dari Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Pamekasan, termasuk dari Kasi Haji dan Umrah Kemenag Pamekasan. Sekalipun sebelumnya sempat menyampaikan jika sempat mendapat informasi jika terdapat warga Pamekasan, yang melaksanakan ibadah haji melalui jalur ilegal alias visa non haji. [pin/ted]