Jahe dikenal memiliki efek menghangatkan tubuh dan memperlancar peredaran darah, sangat cocok untuk mengatasi masuk angin atau kelelahan. Cengkeh dan kayu manis mengandung antioksidan dan zat antibakteri yang bermanfaat untuk menjaga daya tahan tubuh.
Sementara pandan tidak hanya memberikan aroma yang menenangkan, tetapi juga dipercaya mampu meredakan stres dan memberi efek relaksasi. Gula aren, sebagai pemanis alami, lebih sehat dibanding gula pasir biasa karena mengandung zat besi dan mineral lain yang penting untuk tubuh.
Dengan demikian, mengonsumsi Es Kobbhu bukan hanya soal kenikmatan rasa, tapi juga memberi manfaat kesehatan, terutama jika dinikmati dalam porsi yang tepat dan dengan bahan-bahan alami tanpa tambahan pemanis buatan.
Secara sosial dan budaya, Es Kobbhu juga sering disajikan dalam berbagai acara adat atau pertemuan keluarga di Madura, menjadi simbol kehangatan dan kebersamaan. Di beberapa desa, Es Kobbhu bahkan menjadi sajian khas saat bulan puasa, disuguhkan untuk berbuka puasa karena kandungan rempahnya yang membantu memulihkan energi dan menghangatkan perut yang kosong.
Kini, dengan meningkatnya tren kembali ke makanan dan minuman tradisional, Es Kobbhu mulai dilirik sebagai alternatif minuman sehat yang bisa dipasarkan lebih luas. Beberapa pelaku UMKM di Madura bahkan mulai mengemas Es Kobbhu dalam bentuk siap saji, lengkap dengan isian kelapa muda atau cincau, sehingga bisa dinikmati di luar pulau atau bahkan dijual secara daring.
Perkembangan ini tentu menjadi angin segar bagi pelestarian kuliner lokal dan membuka peluang ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat daerah. Lebih dari sekadar minuman, ia adalah representasi dari cara masyarakat Madura meramu alam menjadi sesuatu yang menyejukkan, menyenangkan, dan menyehatkan.
Sebuah bukti bahwa kekayaan kuliner Indonesia tidak hanya terletak pada makanan utama, tapi juga pada minuman tradisional yang penuh cita rasa dan cerita.
Maka dari itu, tak ada salahnya jika mulai sekarang, kita memberikan ruang bagi Es Kobbhu untuk hadir di meja-meja kita, baik dalam suasana santai bersama keluarga maupun dalam upaya menghidupkan kembali kekayaan rempah-rempah Nusantara yang hampir terlupakan.
Penulis: Belvana Fasya Saad
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5064509/original/063407600_1735021937-cendol_dawet.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)