End Game, Rusia Incar Pusat-Pusat Pengambil Keputusan di Kiev, Lavrov: Ukraina Serang Target Sipil
TRIBUNNEWS.COM – Pusat-pusat pengambilan keputusan di Ibu Kota Ukraina, Kiev potensial menjadi target serangan Rusia, dalam gelombang serangan besar yang menghujam negara tersebut beberapa hari terakhir.
Ancaman ini dilontarkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, yang menyebut serangan yang ditargetkan Rusia tergantung pada ancaman yang ada.
“Tetapi Moskow tidak pernah menyerang fasilitas sipil,” kata Lavrov dalam pernyataan pada wawancara dengan media dalam dan luar negeri, Kamis (26/12/2024).
“Kami memilih target untuk serangan di wilayah Ukraina, semata-mata berdasarkan ancaman terhadap Rusia. Target ini bisa berupa fasilitas militer dan perusahaan pertahanan. Pusat-pusat pengambilan keputusan di Kiev juga bisa menjadi target semacam itu. Namun, tidak ada aturan untuk melakukan serangan balasan terhadap target sipil,” kata Lavrov.
Menyerang target sipil, tambahnya, justru dipertontonkan Ukraina dengan dukungan sekutu Baratnya.
“Ini (menyerang target sipil) adalah aturan Nazi yang telah bercokol di Kiev dengan dukungan Barat dan ini adalah aturan mereka yang memasok senjata kepada mereka untuk menghancurkan infrastruktur sipil dan warga sipil,” kata diplomat tinggi Rusia itu.
“Kiev setiap hari melaporkan serangan menggunakan kendaraan udara tak berawak dan rudal Barat terhadap “target sipil yang jelas,” kata Lavrov menekankan, dilansir TASS.
“Warga sipil terbunuh dalam serangan ini. Serangan tersebut dilancarkan terhadap ambulans, pasar barang, dan fasilitas sipil lainnya,” lanjut menteri luar negeri Rusia tersebut.
“Tidak ada satu pun negara Barat yang memasok senjata kepada rezim Nazi di Kiev yang pernah memperingatkannya agar tidak terlibat dalam pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional dan aturan peperangan,” kata Lavrov.
“Selama rezim Kiev terus berperilaku seperti ini, dan ini tidak hanya didorong tetapi juga diarahkan oleh Barat, termasuk Prancis, kami akan menanggapi (membalas) tetapi kami tidak akan menanggapi dengan cara yang dilakukan oleh rezim Kiev atas dorongan Anda,” kata menteri luar negeri Rusia, menjawab pertanyaan dari seorang jurnalis Prancis.
“Kami hanya menyasar fasilitas militer, lokasi industri militer, dan instalasi lain yang terkait dengan pasokan angkatan bersenjata Ukraina,” kata Lavrov.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan, Kiev juga kehilangan lebih dari 2.360 prajurit, empat tank, termasuk satu tank Leopard buatan Jerman dan dua tank Abrams buatan Amerika. (Sputnik/Mikhail Voskresenski)
Risiko End Game Bagi Ukraina
Ancaman Lavrov di atas bisa jadi skenario mematikan bagi Ukraina yang kemungkinan menjadi end game dengan akhir berupa kekalahan memalukan bagi Barat.
Kiev, lokasi di mana Ukraina mengelola keputusan dalam perang melawan Rusia, menjadi lokasi inti bagi presiden Volodymir Zelensky.
Ancaman Rusia ini bukan isapan jempol semata.
Rusia mengeklaim telah menghancurkan empat peluncur rudal Patriot MIM-104 yang diproduksi Amerika Serikat, bersama dengan sistem radar AN/MPQ-65, dalam serangan presisi yang dilakukan oleh angkatan bersenjata mereka, pekan lalu.
Serangan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan Rusia untuk merusak infrastruktur pertahanan udara Ukraina.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, serangan ini tidak hanya menargetkan radar dan peluncur, tetapi juga pangkalan udara militer Ukraina, konsentrasi pasokan, dan peralatan strategis di 146 lokasi.
“Combat control vehicle, radar AN/MPQ-65, dan empat peluncur sistem pertahanan udara Patriot telah dihancurkan,” ungkap Kementerian Pertahanan Rusia.
Serangan tersebut dilakukan menggunakan kombinasi rudal balistik Iskander-M, pesawat tempur taktis, dan drone bersenjata, menunjukkan kemampuan Rusia yang semakin berkembang dalam perang misil dan akurasi yang meningkat dalam menargetkan aset bernilai tinggi.
Sistem Patriot, salah satu teknologi pertahanan udara tercanggih di gudang senjata Ukraina, telah menghadapi kerugian yang meningkat selama beberapa bulan terakhir.
Eleminasi pertama Patriot terjadi pertengahan 2023, di mana rekaman telah muncul yang mendokumentasikan penghancuran berbagai komponen Patriot, dengan salah satu serangan paling awal yang dikonfirmasi terjadi pada Mei 2023, ketika jet tempur MiG-31K Rusia meluncurkan serangan rudal balistik pada radar Patriot.
Serangan berikutnya, termasuk serangan rudal besar pada Maret 2024, telah menunjukkan kerusakan lebih lanjut pada baterai Patriot di seluruh wilayah yang diperebutkan, khususnya di wilayah Donetsk dan Odesa.
Salah satu insiden paling signifikan terjadi pada bulan Juli, ketika pasukan Rusia menghancurkan dua baterai Patriot di dekat Yuzhnoye, menggunakan rudal berpemandu presisi.
Baru-baru ini, pada bulan Agustus, rudal Rusia menghantam peluncur Patriot dan stasiun radar di lokasi yang dirahasiakan, membuktikan kerentanan berkelanjutan dari sistem pertahanan berteknologi tinggi ini.
Penghancuran sistem Patriot ini menggarisbawahi tren yang lebih luas: pengurangan parah aset pertahanan udara Ukraina yang paling canggih.
Karena Rusia semakin menargetkan sistem ini, Kyiv menghadapi tantangan untuk mempertahankan jaringan pertahanan udaranya di bawah tekanan.
Ukraina dalam bahaya besar.
Sistem pertahanan udara Patriot saat di operasikan di Ukraina. Peluncur rudal buatan AS itu habis di Ukraina karena diserang oleh Rusia,kini Kiev kembali meminta untuk mengamankan wilayahnya. (Kementerian Pertahanan Ukraina)
Menipisnya pertahanan udara membuat negara itu rentan menghadapi ancaman drone, pesawat tempur hingga rudal Moskow.
Karena Rusia mengintensifkan kampanye rudalnya, ketergantungan Ukraina pada sistem pertahanan rudal Patriot MIM-104 berteknologi tinggi menjadi semakin bermasalah.
Kekurangan global sistem ini sangat membatasi kemampuan Ukraina untuk mengganti aset yang hancur, membuat negara itu rentan terhadap serangan Rusia yang meningkat.
Sistem Patriot, di antara teknologi pertahanan udara tercanggih yang tersedia, telah menjadi landasan strategi Ukraina melawan rudal dan pesawat nirawak Rusia.
Namun, kapasitas produksi yang terbatas dari sistem ini, dikombinasikan dengan kepentingan strategisnya bagi negara-negara NATO, telah menciptakan kemacetan pasokan yang parah.
AS dan negara-negara NATO menghadapi tantangan signifikan dalam menyeimbangkan kebutuhan pertahanan mereka sendiri dengan tuntutan untuk mendukung Ukraina.
Dengan keterbatasan cadangan Patriot dan tidak adanya pengganti segera, Ukraina berjuang untuk mempertahankan jaringan pertahanan udara yang kuat.
Faktanya, banyak Patriot yang dipasok ke Ukraina telah hancur dalam serangan Rusia, dan pengisian ulangnya terbukti menjadi proses yang lambat dan rumit.
Kekurangan sistem Patriot berarti Ukraina menjadi semakin bergantung pada alternatif yang sudah ketinggalan zaman atau kurang efektif, sehingga meninggalkan celah dalam pertahanan udaranya. Sistem berteknologi tinggi ini sangat penting untuk mencegat rudal Rusia berkecepatan tinggi dan melindungi infrastruktur penting.
Tanpa sistem tersebut, pertahanan Ukraina akan melemah secara signifikan, dan lebih banyak kota, instalasi militer, dan lapangan udaranya akan tetap terkena serangan Rusia.
Sejak pertengahan 2023, telah terjadi beberapa contoh sistem Patriot yang dikonfirmasi dihancurkan oleh serangan rudal Rusia, termasuk keberhasilan penargetan peluncur dan stasiun radar di wilayah yang disengketakan seperti Donetsk dan Odesa.
Pengurangan ini diperparah oleh lambatnya pengisian ulang sistem ini dari stok NATO, yang sudah menipis.
Situs Militer Bulgaria menulis, meskipun sekutu Barat terus berupaya untuk mengirim sistem pertahanan rudal alternatif seperti NASAMS, teknologi ini tidak dapat menandingi kemampuan Patriot untuk melawan rudal balistik berkecepatan tinggi.
“Hal ini membuat Ukraina berada pada posisi yang kurang menguntungkan dalam perjuangannya untuk mempertahankan wilayah udaranya dari serangan rudal dan pesawat nirawak Rusia yang semakin canggih.”
Dengan cadangan sistem Patriot global yang sangat rendah dan NATO tidak dapat menyediakan pengganti yang cepat, kemampuan Ukraina untuk mempertahankan diri dari ancaman udara Rusia semakin dipertanyakan.
Sistem Patriot dianggap oleh banyak orang sebagai standar emas pertahanan udara, tetapi kelangkaannya dan biayanya yang tinggi membuatnya sulit untuk ditingkatkan dengan cepat. Bagi Ukraina, kurangnya sistem ini berarti meningkatnya kerentanan.
Selain itu, sementara AS dan negara-negara NATO lainnya terus mengirim bantuan militer, mereka juga menghadapi kenyataan bahwa kebutuhan pertahanan udara mereka sendiri merupakan prioritas.
Keseimbangan antara mendukung Ukraina dan memastikan keamanan nasional semakin rumit seiring berlanjutnya perang.
Tanpa peningkatan signifikan dalam produksi sistem ini, negara-negara NATO mungkin tidak akan mampu mempertahankan komitmen pertahanan mereka sendiri dan persyaratan Ukraina.
Kekurangan sistem rudal Patriot secara global dapat berdampak jangka panjang bagi Ukraina dan NATO.
Jika Rusia terus menargetkan infrastruktur pertahanan udara Ukraina dengan peningkatan efisiensi, Kyiv perlu menemukan cara untuk beradaptasi dengan cepat.
Serangan Rusia ke Ukraina 2022
Perang dua negara ini bermula pada 21 Februari 2022, Rusia menyatakan bahwa fasilitas perbatasannya diserang oleh pasukan Ukraina, yang mengakibatkan tewasnya lima pejuang Ukraina.
Namun, Ukraina dengan cepat menepis tuduhan ini, dan menyebutnya sebagai ‘false flags’.
Dalam sebuah langkah penting pada hari yang sama, Rusia mengumumkan secara resmi mengakui wilayah DPR dan LPR yang diproklamirkan sendiri.
Menariknya, menurut Presiden Rusia Putin, pengakuan ini mencakup semua wilayah Ukraina. Setelah deklarasi ini, Putin mengirim satu batalion pasukan militer Rusia, termasuk tank, ke wilayah ini.
(oln/tass/MNA/*)