Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Gerai kelontong di Stasiun Kereta Api Binjai, Sumatera Utara, menjadi pemasok kebutuhan BUMN se-Indonesia.
Gerai Rowtea yang dikelola oleh Dewi Suraya mencatat kenaikan omzet hingga 4.000 persen sejak bergabung dengan platform ini pada 2022.
Dewi bercerita bagaimana usahanya berawal dengan menjual makanan ringan dan minuman untuk pengunjung stasiun serta pekerja di lingkungan stasiun.
Peluang mulai terbuka ketika dia mendengar bahwa PT Kereta Api Indonesia (KAI) membutuhkan logistik kantor.
Atas saran seorang teman, Dewi mencoba bergabung dengan Pasar Digital (PaDI) UMKM, sebuah platform digital yang menghubungkan pelaku usaha kecil dengan perusahaan BUMN.
“Awalnya saya hanya jualan makanan ringan di stasiun. Setelah mencoba, saya memperbanyak jenis produk yang dijual, seperti gula, kopi, pembersih lantai, hingga sabun cuci tangan,” ujar Dewi kepada wartawan, Senin (9/12/2024)
Dewi mengatakan ternyata keberuntungan itu berpihak kepadanya. PT KAI hang sudah menjadi pelanggan di gerainya, ternyata merupakan salah satu pembeli utama di platform barunya tersebut.
Melihat potensi kebutuhan pembeli-pembeli yang merupakan BUMN dan perusahaan dan transaksi yang lebih besar di PaDi, Dewi memutuskan untuk memperluas usahanya dengan menjual berbagai kebutuhan kantor, seperti gula, kopi, pembersih lantai, tisu, dan sabun cuci tangan. Perlahan, pekerja di tempatnya pun semakin bertambah.
Karena B2B Marketplace, dari Binjai ke seluruh Indonesia tidak butuh waktu lama, usaha Dewi mulai mendapat perhatian.
Seiring waktu, pesanan mulai mengalir dari BUMN lain seperti Bank Mandiri dan Telkom. Usahanya tidak hanya dikenal di Binjai, tetapi juga menarik pembeli dari daerah-daerah lain seperti Rantauprapat, Padang, hingga Jakarta.
Keberhasilannya dalam menjual produk-produk harian ini tak hanya mendatangkan keuntungan, tetapi juga membantu menciptakan hubungan yang lebih transparan antara pelaku usaha kecil dan BUMN.
Menurut Dewi, salah satu keunggulan berjualan di PaDi adalah persaingannya yang sehat.
“Harga antar penjual mudah dibandingkan oleh pembeli, sehingga tercipta transparansi harga. Ketika audit dilakukan, bukti transaksi pun mudah diakses, sesuai dengan prinsip tata kelola yang baik,” kata dia.
Dewi juga menekankan pentingnya keterbukaan dalam bisnis. Dia juga mengalami masa sulit saat harus menutup salah satu outletnya karena masalah internal dengan karyawan.
Dewi mengatakan bahwa ini mengajarinya betapa pentingnya keterbukaan dan kejujuran, terutama dalam skala bisnis yang lebih besar.
Dewi juga sangat memperhatikan kualitas produk yang dijualnya.
Menurutnya, menyediakan barang berkualitas untuk kantor tidak hanya membantu kelancaran operasional, tetapi juga menciptakan suasana kerja yang nyaman.
“Kami selalu memilih barang dengan hati-hati agar pembeli puas, karena kenyamanan di tempat kerja dapat mendukung produktivitas,” kata dia.
Dewi semakin optimistis terhadap masa depan usaha yang dirintisnya di pasar digital. Meskipun ia tetap mempertahankan toko fisiknya, nyatanya penjualan online melalui PaDi telah menjadi tulang punggung bisnisnya.
Selama satu tahun bergabung, Dewi mencatat kenaikan omset sampai dengan 4.000 persen dibanding sebelumnya, yang hanya
“Sekarang semuanya serba mudah. Kami berharap bisa terus berkembang dan berkolaborasi dengan lebih banyak BUMN di masa depan,” tandas Dewi