Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengungkapkan keprihatinannya terhadap kemungkinan eskalasi ketegangan antara NATO dan Rusia menjadi perang langsung, yang ia gambarkan sebagai skenario bencana global.
Aliyev menegaskan bahwa perang semacam itu akan membawa kehancuran besar dan tak ada pihak yang dapat mengklaim kemenangan.
“Memikirkan skenario ini, di mana NATO dan Rusia terlibat dalam perang panas, sama saja dengan membayangkan kiamat,” ujar Aliyev, dilansir RT, Rabu (18/12/2024).
Ia menambahkan bahwa “tidak ada negara, bahkan yang berada jauh dari kawasan NATO dan Rusia, yang akan merasa aman” jika konflik tersebut terjadi.
Aliyev menyatakan harapannya bahwa Washington, Moskow, dan para pemimpin global lainnya memiliki kebijaksanaan politik yang cukup untuk mencegah skenario mengerikan itu menjadi kenyataan.
“Jika diperlukan, kami siap berkontribusi untuk meredakan ketegangan,” imbuhnya.
Ketegangan antara Rusia dan NATO telah lama dipicu oleh ekspansi aliansi militer tersebut di Eropa, yang menurut Moskow mengancam keamanan nasionalnya. Konflik di Ukraina, yang semakin memanas sejak 2022, sebagian besar disebabkan oleh niat NATO untuk memasukkan negara itu ke dalam keanggotaannya, menurut pejabat Rusia.
Aliyev juga menyinggung kekhawatiran Azerbaijan terkait NATO, terutama karena keterlibatan aliansi itu dengan Armenia, rival utama Azerbaijan.
“Infrastruktur NATO sedang dibangun di perbatasan kami di sisi Armenia, dengan dalih pengamat Eropa,” jelas Aliyev.
Azerbaijan dan Armenia telah terlibat konflik berkepanjangan selama beberapa dekade, terutama terkait wilayah Nagorno-Karabakh, yang memiliki populasi besar etnis Armenia.
Wilayah tersebut memproklamasikan kemerdekaan setelah runtuhnya Uni Soviet dan menikmati pemerintahan de facto hingga Azerbaijan merebut kembali kendali melalui dua kampanye militer besar pada 2020 dan 2023.
Konflik ini juga memicu bentrokan langsung di perbatasan kedua negara dalam beberapa tahun terakhir. Armenia, yang sebelumnya mengandalkan Rusia sebagai sekutu tradisional, mulai beralih ke negara-negara Barat seperti Prancis untuk mendapatkan bantuan militer.
(luc/luc)