Jakarta, Beritasatu.com – Ekonom memprediksi pertumbuhan perekonomian Indonesia yang direfleksikan pendapatan domestik bruto (PDB) akan tumbuh 5,1 persen year on year (yoy) pada 2025.
Chief India and Indonesia Economist HSBC Global Research Pranjul Bhandari mengatakan, PDB untuk 2025 diperkirakan akan mencapai 5,1 persen. Angka PDB terakhir adalah 4,9 persen pada September atau kuartal III 2024.
“Jadi, ada sedikit peningkatan. Sementara pertumbuhan di banyak negara lain bisa lebih rendah,” kata Pranjul dikutip dari Antara, Jumat (10/1/2025).
Pranjul memprediksi, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 akan mengalami sedikit perlambatan, dengan rata-rata pertumbuhan PDB diperkirakan mencapai sekitar 5 persen. Selama lima bulan berturut-turut, purchasing managers index (PMI) manufaktur Indonesia menunjukkan kontraksi. Meskipun kredit tumbuh dengan kuat, tingkat pertumbuhannya sedikit melambat.
Untuk 2025, ia melihat prospek ekonomi yang lebih cerah. Walaupun sempat mengalami kontraksi, sektor manufaktur menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada Desember 2024.
“Jika melihat indikator lain, seperti ekspor, saya melihat adanya peningkatan dalam beberapa bulan terakhir. Beberapa hal mulai menunjukkan perbaikan,” ungkapnya.
Pranjul juga menyoroti pentingnya kebijakan fiskal dan moneter dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di tahun depan. Dari sisi fiskal, ia memprediksi defisit fiskal Indonesia pada 2025 akan lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya karena implementasi program makan bergizi gratis yang baru dimulai awal tahun. Namun, defisit tersebut diperkirakan tetap di bawah 3 persen dari PDB.
Sementara itu, dalam hal kebijakan moneter, Bank Indonesia (BI) diproyeksikan menurunkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali sepanjang 2025, yakni sebesar 35 basis poin (bps) pada kuartal pertama dan 50 bps pada kuartal kedua. Dengan demikian, BI rate diperkirakan turun dari 6 persen menjadi 5,25 persen pada Juni 2025.
Inflasi diprediksi tetap terkendali, berada di bawah target tengah Bank Indonesia sebesar 2,5 persen. Pada Desember 2024, inflasi tercatat sebesar 1,57 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 2,61 persen.
“Upaya pemerintah dalam beberapa tahun terakhir, seperti mempercepat distribusi pangan ke berbagai wilayah dan meningkatkan koordinasi antar kementerian, berhasil menekan inflasi. Untuk saat ini, inflasi masih dalam batas aman,” tambah Pranjul.
Namun, ia juga menggarisbawahi tantangan berupa lemahnya arus investasi asing langsung (FDI) ke Indonesia. Kondisi ini, menurutnya, bukan hanya menjadi tantangan bagi Indonesia tetapi juga bagi banyak negara berkembang lainnya.
“Secara keseluruhan, 2025 menunjukkan prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Stabilitas makroekonomi sebagian besar dapat dijaga, meskipun dinamika global yang tidak menentu tetap menjadi perhatian,” jelasnya.
Secara global, HSBC memperkirakan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) akan menurunkan suku bunga secara bertahap sebesar 25 bps masing-masing pada Maret, Juni, dan September 2025, sehingga suku bunga acuan AS diproyeksikan berada di kisaran 3,50–3,75 persen pada September 2025.
Pertumbuhan PDB dunia untuk 2025 diperkirakan tetap berada di angka 2,7 persen, sama seperti tahun sebelumnya.
Di Asia, kecuali Jepang, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan tetap kuat di level 4,4 persen, sementara negara-negara ASEAN diprediksi mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,8 persen pada 2025.
Sementara, pertumbuhan perekonomian Indonesia yang direfleksikan PDB akan tumbuh 5,1 persen secara tahunan pada 2025.
