Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Dulu Jadi Pembalap Moto2, Kini Axel Pons Jalan Kaki dari Spanyol ke Pakistan, Sering Tanpa Alas Kaki

Dulu Jadi Pembalap Moto2, Kini Axel Pons Jalan Kaki dari Spanyol ke Pakistan, Sering Tanpa Alas Kaki

TRIBUNJATIM.COM – Seorang mantan pembalap Moto2, Axel Pons terekam kamera sedang berjalan kaki tanpa menggunakan alas.

Terlihat Axel Pons menjadi musafir berpenampilan jauh berbeda dibanding saat masih menjadi pembalap.

Aksi Axel Pons kini viral di media sosial.

Video itu kemudian diunggah di akun Youtube Pariwisata Pakistan.

Mantan pebalap asal Spanyol itu kini punya rambut gimbal dan sedang berjalan kaki di Pakistan, dan diketahui sudah berjalan dari Spanyol.

Pria kelahiran tahun 1991 itu mengatakan, dirinya telah meninggalkan dunia balap dan memutuskan hijrah untuk mencari Tuhan.

Perjalanan spritualnya telah dilakukan selama enam tahun dan dilakukan dengan berjalan kaki tanpa alas atau nyeker. 

Kemudian saat ditanya oleh perekam video, Pons mengenalkan diri dengan nama baru. 

“Nama saya Isa. Saya sudah dari mana-mana dan telah berjalan kaki selama tiga tahun dari Spanyol ke Pakistan,” kata Pons pada video tersebut.

Mantan pebalap Moto2 itu pernah berlaga di arena balap selama 2008-2017.

Pada awal debutnya di dunia balap dirinya berada di kelas 125cc, kemudian satu tahun kemudian naik ke kelas 250cc.

Sementara itu karirnya sebagai pembalap Moto2 dimulai pada 2010.

Rapornya di Moto2 bisa dibilang tidak terlalu gemilang lantaran tidak pernah naik podium.

Pons pernah melakukan balapan sebanyak 126 kali total 176 poin.

Ayah Pons merupakan mantan juara dunia balap yakni Sito Pons.

Sementara itu, kisah jalan kaki lainnya juga dialami oleh dua pria asal Malaysia.

Perjuangan dua pria untuk bisa menunaikan ibadah haji ini menjadi inspirasi.

Pasalnya keduanya memilih jalan kaki 50 km setiap hari untuk ke Mekkah.

Kisahnya pun viral di media sosial.

Dua pria tersebut diketahui bernama Mohamad Al Bukhari Ellia (26) dan Mohamad Azizul Abdullah (34).

Keduanya merupakan warga Malaysia.

Mereka jalan kaki dari Malaysia menuju Mekkah untuk bisa haji tahun depan.

Dikutip dari mStar via Tribun Trends pada Jumat (6/12/2024), Al Bukhari dan Azizul merupakan kerabat.

Mereka mengatakan, keinginan berwisata ke Tanah Suci dengan berjalan kaki sudah dimulai sejak tiga tahun lalu.

Namun karena kendala tertentu, rezeki untuk berwisata ini sudah tahun ketiga tercapai.

“Alhamdulillah hari ini (3 Desember) adalah hari ketiga dakwah kami,” kata Al Bukhari.

Kedua bersaudara yang memulai perjalanan Minggu lalu dari Kampung Changkat Lobak, Bagan Serai, Perak ini menambahkan, berbagai persiapan telah mereka lakukan sejak 2022 sebagai persiapan menyukseskan misi tersebut.

“Persiapan yang dilakukan adalah sik dan mental. Di antaranya kami berjalan kaki dari Kampung Changkat Lobak hingga Cameron Highlands yang jaraknya sekitar 200 kilometer (km),” bebernya.

“Selain itu, kami banyak melakukan latihan kebugaran seperti jogging dan hiking,”

Latihan-latihan ini dilakukan secara konsisten.

Aksi nekat dua bersaudara asal Malaysia ini viral, jalan kaki menuju ke Mekkah untuk menunaikan haji di tahun 2025. (mStar)

“Persiapan penting lainnya, kami juga melakukan riset tentang rute yang akan ditempuh, cuaca dan lain sebagainya. 

Kami banyak bertanya kepada masyarakat yang punya pengalaman bepergian dengan sepeda dan jalan kaki,” kata Azizul yang merupakan peternak ayam kampung.

Menurut Azizul lagi, mereka bertujuan tiba di Riyadh, Arab Saudi saat Ramadan dan merayakan Idul Fitri di negara tersebut.

“Petualangan ini bukan jalan kaki langsung. Kita akan terus berjalan kaki menuju Bangkok, sebelum menaiki pesawat menuju India. Dari India, kita melanjutkan petualangan dengan berjalan kaki kembali ke Arab Saudi,” ucapnya.

“Insya Allah, kami menargetkan perjalanan antara 30 km hingga 50 km sehari,”

“Biasanya kami singgah untuk istirahat untuk sholat dan jika cuaca tidak memungkinkan. Semua tergantung cuaca. Alhamdulillah sejauh ini kesehatan kami dalam keadaan baik,” ujarnya.

Sementara itu, Al Bukhari yang merupakan seorang pedagang online mengungkapkan perasaannya tergerak oleh kuatnya dukungan yang diterimanya tidak hanya dari keluarganya, tetapi juga masyarakat Malaysia.

“Saat kami membagikan petualangan ini di TikTok, terlalu banyak doa dan kata-kata penyemangat dari orang-orang virtual.

Begitu pula saat kami bertemu di tengah jalan.

Kami juga terharu menerima undangan dari Mat Western yang ingin merayakan bersama. 

Alhamdulillah sejuta terima kasih kepada keluarga, saudara, warga desa, dan semua pihak yang tak henti-hentinya memberikan semangat.

Yang diharapkan, semoga kisah kita ini dijadikan contoh untuk mengajarkan arti pengorbanan, cinta kasih, ketekunan, arti persahabatan dan nilai-nilai luhur lainnya.

Jangan lupa, mohon doanya agar misi haji kita tahun 2025 tercapai,” pungkas Al Bukhari.

Aksi nekat dua bersaudara asal Malaysia ini viral, jalan kaki menuju ke Mekkah untuk menunaikan haji di tahun 2025. (mStar)

Sementara itu, seorang sopir truk bernama Abdul Kodir (65) yang mampu naik haji menarik perhatian.

Warga Cileunyi, Bandung, Jawa Barat, ini menceritakan perjuangannya mengumpulkan uang untuk berhaji.

Apalagi penghasilannya sebagai sopir truk terbilang sangat minim.

Kodir sendiri mengemudikan truk jenis Colt Diesel 120 PS berwarna krem yang hampir berusia 20 tahun.

Seharusnya truk tersebut ditukar dengan yang baru.

Namun tidak dilakukan Kodir karena tidak sanggup untuk mencicilnya.

Selain itu, banyak kenangan dari mobil tua tersebut.

“Truk ini yang membawa saya pergi haji dan menyekolahkan anak-anak saya sampai sarjana,” tutur Kodir.

Sambil membenarkan posisi duduk di garasi pinjaman, Kodir menceritakan bagaimana perjuangannya mengumpulkan uang untuk berhaji.

Saat itu, di tahun 2009, secara hitungan matematika, tidak mungkin dirinya bisa pergi berhaji.

Penghasilannya saat itu sangat minim, di tengah utang yang lumayan besar, belum ditambah biaya anak kuliah.

Jika dihitung, dalam sehari, paling besar ia mengantongi Rp 200.000, ada kalanya tidak ada tarikan berhari-hari.

Untuk itu, ia dan keluarganya selalu berhemat.

Makan pun jarang dengan daging, ia lebih banyak mengkonsumsi tumisan sayur.

Meski demikian, keinginannya untuk berhaji sangat besar, walaupun ia tak berani bermimpi karena kondisi ekonomi.

Suatu hari anak ketiganya yang tahu keinginan orang tuanya meyakinkan untuk nabung sebisanya, diniatkan untuk berhaji, sisanya biar Allah yang menentukan.

Mendengar ucapan tersebut, dengan bermodal keyakinan, ia meminta istrinya sebisa mungkin menyisihkan uang untuk berhaji.

Terkadang Rp 10.00, Rp50.000, Rp100.000, seadanya uang sisa kebutuhan rumah tangga.

“Saat itu saya meyakini Allah bukan memanggil orang yang mampu, tapi memampukan orang yang Allah panggil.”

“Bismillah saja, saya percaya semua orang bisa berhaji jika sudah dipanggil Allah,” ungkap dia.

Dua tahun kemudian, dengan tidak diduga, ia bisa mengumpulkan uang Rp50 juta untuk daftar dua porsi haji bareng sang istri, Karmini.

Keajaiban kembali datang saat ia harus melunasi karena sudah ada panggilan untuk pergi haji lima tahun kemudian.

Padahal sebulan sebelum berangkat, ia tidak punya bayangan akan mendapatkan uang dari mana.

Saat sedang asyik berbincang dengan Kompas.com, imam Masjid Al Hikmah ini teringat harus bergegas ke masjid untuk azan dan memimpin salat asar.

Di masjid, usai menjalankan salat asar, dia menceritakan kepada teman-temannya, bahwa berhaji menguntungkan.

Bayangkan, bila sengaja pergi berwisata ke luar negeri 40 hari dengan makan, penginapan, dan lain-lainnya sudah diurus, berapa biaya yang harus dikeluarkan.

Waktu 40 hari ini mengacu pada masa tinggal jemaah Indonesia di Arab Saudi untuk berhaji.

Tapi untuk berhaji sebenarnya murah.

Apalagi di Tanah Suci, umat muslim bisa menjalankan rukun Islam kelima.

Ucapan Kodir tersebut merujuk pada catatan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).

Misal, biaya haji reguler 2024 kemarin, sebesar Rp93.410.286 per jemaah.

Jumlah yang dibayarkan jemaah haji tidak sebesar itu, namun hanya 60 persennya, yakni sebesar Rp 56.046.172.

Sisanya yang 40 persen atau Rp 37.364.114 per jemaah dibayar dari nilai manfaat yang digelontorkan BPKH.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com