Dosen dan Mahasiswa di NTT Perkenalkan Teknologi Tungku Hemat Energi untuk Tingkatkan Produktivitas Garam Regional 22 September 2025

Dosen dan Mahasiswa di NTT Perkenalkan Teknologi Tungku Hemat Energi untuk Tingkatkan Produktivitas Garam
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        22 September 2025

Dosen dan Mahasiswa di NTT Perkenalkan Teknologi Tungku Hemat Energi untuk Tingkatkan Produktivitas Garam
Tim Redaksi
KUPANG, KOMPAS.com
– Tim dosen dan mahasiswa dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang memperkenalkan teknologi tungku hemat energi berbahan bakar oli bekas.
Inovasi ini bertujuan meningkatkan produktivitas garam bagi warga Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Teknologi ramah lingkungan tersebut diperkenalkan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan di Desa Tanah Merah, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang.
Tim yang terlibat dalam kegiatan ini terdiri dari Ir Petrus Romeo S KM MKes, Dr Luh Putu Ruliati SKM MKes, Diana Aipipidely SPsi MA, Muhammad Fikri Haikal, Ade Khezya Theofania Doko dan Eva Magdalena Elisabeth Taklal.
Ketua Tim Pelaksana Kegiatan, Petrus Romeo, menjelaskan bahwa kegiatan yang dimulai sejak awal September 2025 ini mengusung tema peningkatan produktivitas pemasak garam melalui ergonomi kerja dan pemanfaatan energi alternatif.
Tema ini diangkat sebagai respons terhadap tantangan kesehatan kerja dan efisiensi produksi yang dihadapi oleh kelompok usaha garam lokal.
“Tim kami memberikan pelatihan ergonomi kerja, memperkenalkan teknologi tungku hemat energi berbahan bakar oli bekas, serta mendampingi mitra dalam pencatatan produksi dan pengelolaan usaha,” ungkap Petrus kepada Kompas.com, Senin (22/9/2025).
Dia berharap teknologi ini dapat memberikan manfaat bagi para petani garam di Kabupaten Kupang.
Dosen Luh Putu Ruliati menambahkan bahwa teknologi yang diperkenalkan dirancang agar mudah dirawat dan direplikasi oleh masyarakat.
“Kami ingin agar masyarakat bisa mandiri dalam menerapkan teknologi yang sederhana, murah, dan berdampak nyata,” kata Ruliati.
Selain memperkenalkan tungku hemat energi, tim juga memberikan pelatihan teknik angkat-angkut beban dan penggunaan alat bantu kerja seperti gerobak dorong untuk meningkatkan kenyamanan dan efisiensi kerja para pemasak garam.
Ruliati menjelaskan bahwa mahasiswa yang terlibat aktif mendampingi proses pelatihan dan evaluasi.
“Kegiatan diawali dengan sosialisasi kepada seluruh mitra usaha garam, dilanjutkan dengan pelatihan teknik angkat-angkut beban yang ergonomis dan pemanfaatan energi alternatif,” ujar Ruliati.
Tim pengabdian masyarakat juga menyerahkan sarana pendukung berupa lima buah tungku pembakaran, blower, 230 liter oli bekas, gerobak dorong, dan wadah seng.
“Gerobak dorong dan wadah seng ini turut diberikan untuk mendukung efisiensi dan kenyamanan kerja,” imbuhnya.
Hasil evaluasi awal menunjukkan bahwa penerapan teknologi dan pelatihan ergonomi berhasil menurunkan keluhan fisik seperti nyeri punggung dan sesak napas akibat paparan asap kayu bakar.
Produktivitas garam pun meningkat hingga 30 persen, sementara biaya operasional menurun berkat penggunaan oli bekas sebagai bahan bakar alternatif.
“Mitra juga mulai menerapkan pencatatan produksi dan pengeluaran secara mandiri,” kata Ruliati.
Dia menekankan bahwa program ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara akademisi dan masyarakat dapat menghasilkan inovasi tepat guna yang berdampak langsung pada kesejahteraan lokal.
Ruliati berharap program ini dapat menjadi model intervensi yang dapat direplikasi di wilayah pesisir lainnya.
Tim FKM Undana berkomitmen untuk terus mendampingi masyarakat dalam mengembangkan teknologi tepat guna yang sehat, efisien, dan berkelanjutan.
Maria, salah satu pemasak garam di Desa Tanah Merah, mengaku mendapatkan banyak manfaat dari program FKM Undana.
“Dulu kalau masak garam pakai kayu, asapnya bikin mata perih dan dada sesak. Sekarang pakai tungku oli, lebih cepat panas dan tidak bikin batuk. Gerobak dorong juga sangat membantu, jadi tidak terlalu capek angkut garam,” ujarnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.