PIKIRAN RAKYAT – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 24 Maret 2025, yang menghasilkan beberapa keputusan strategis, termasuk pembagian dividen sebesar Rp51,74 triliun atau setara Rp345 per lembar saham.
Keputusan ini diambil dari 85% laba bersih tahun buku 2024 yang tercatat sebesar Rp 60,64 triliun, mencerminkan komitmen BRI dalam memberikan imbal hasil menarik bagi para pemegang saham.
Kinerja Keuangan 2024
Sepanjang tahun 2024, BRI mencatatkan kinerja keuangan yang solid. Pendapatan bunga bersih mencapai Rp 142,05 triliun, naik 3,38% dibanding tahun sebelumnya.
Penyaluran kredit tumbuh 7,98% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp1.348,21 triliun, dengan porsi besar tersalurkan ke sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebesar Rp1.110,37 triliun. Ini sejalan dengan fokus BRI yang terus mendukung sektor riil dan ekonomi kerakyatan.
Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) BRI tetap terjaga di level 2,94% secara gross dan 0,75% secara net. Perseroan juga memperkuat perlindungan risiko dengan mencatat NPL coverage sebesar 215,01%. Sementara itu, total dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun mencapai Rp 1.365,45 triliun, didominasi dana murah (current account savings account/CASA) sebesar 67,30%.
Rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) konsolidasi berada di angka 89,39%, menandakan pengelolaan likuiditas yang optimal.
Strategi Pembagian Dividen
Dari total dividen Rp51,74 triliun, BRI sebelumnya telah membayarkan dividen interim sebesar Rp20,46 triliun atau Rp135 per saham. Sisa dividen final yang akan dibagikan mencapai Rp 31,4 triliun atau setara Rp 208,4 per lembar saham.
Strategi ini dirancang agar tetap menjaga keseimbangan antara imbal hasil pemegang saham dan kebutuhan permodalan untuk ekspansi bisnis di masa mendatang.
Tantangan dan Proyeksi 2025
Memasuki tahun 2025, BRI menghadapi tantangan di tengah pemulihan ekonomi yang belum sepenuhnya merata, khususnya di sektor UMKM. Penyaluran kredit per Februari 2025 tercatat Rp1.218,4 triliun, tumbuh 5,17% yoy — lebih rendah dari target awal 7-9%. Kondisi ini mendorong BRI untuk lebih realistis dalam mematok target pertumbuhan kredit tahun ini.
Biaya risiko (credit cost) juga menjadi perhatian, di mana pada 2024 tercatat 3,23%, melebihi proyeksi BRI yang semula maksimal 3%. Untuk 2025, BRI memperkirakan credit cost berada di kisaran 3% hingga 3,2%, menyesuaikan dengan kondisi likuiditas perbankan yang lebih mahal.
Di sisi profitabilitas, laba bersih BRI secara individual (bank only) per Februari 2025 tercatat Rp 8,27 triliun, turun 18,6% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini seiring dengan turunnya pendapatan bunga 3,57% menjadi Rp 26,21 triliun.
Meski beban bunga berhasil ditekan 5,92% menjadi Rp 7,95 triliun, net interest income (NII) tetap turun 2,46% menjadi Rp 18,26 triliun.
Rencana Buyback Saham
Selain pembagian dividen, RUPST BRI juga menyetujui rencana pembelian kembali saham (buyback) dengan total nilai hingga Rp3 triliun. Saham hasil buyback ini akan disimpan sebagai saham treasuri (treasury stock) dan dapat digunakan sesuai kebutuhan strategi korporasi di masa mendatang.
Dengan fundamental yang kuat dan strategi bisnis yang adaptif, BRI tetap menjadi salah satu pilar utama dalam perbankan nasional. Meskipun menghadapi tantangan di 2025, perseroan optimistis mampu menjaga pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan sambil terus mendukung sektor UMKM sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia.***
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News