Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the acf domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/xcloud.id/public_html/wp-includes/functions.php on line 6121
Ditampar 4.800 Kali dalam Game hingga Depresi, Pria di China Gugat Perusahaan Permainan – Halaman all – Xcloud.id
Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Ditampar 4.800 Kali dalam Game hingga Depresi, Pria di China Gugat Perusahaan Permainan – Halaman all

Ditampar 4.800 Kali dalam Game hingga Depresi, Pria di China Gugat Perusahaan Permainan – Halaman all

TRIBUNNEWS.COM – Seorang pria di China menggugat perusahaan game setelah mengaku mengalami depresi akibat ditampar secara virtual sebanyak 4.800 kali dalam permainan daring yang ia mainkan.

Mengutip South China Morning Post (SCMP), media lokal Xin Huanghe melaporkan bahwa pria tersebut—yang menggunakan nama samaran Qiaoben—merupakan penggemar berat game Three Kingdoms Kill Online, yang telah ia mainkan selama 15 tahun.

Three Kingdoms Kill Online adalah permainan pertempuran multipemain berlatar era Tiga Kerajaan (220–265).

Game ini dikembangkan oleh perusahaan game yang berbasis di Hangzhou, Tiongkok timur, dan pertama kali dirilis pada tahun 2009.

Qiaoben diketahui telah mencapai peringkat tertinggi di antara para pemain dalam game tersebut.

Dalam setiap sesi permainan yang melibatkan empat hingga delapan pemain dan berlangsung sekitar 10–30 menit, Qiaoben kerap menjadi pemenang.

Namun, ia menyadari bahwa setiap kali dirinya menang, avatarnya sering kali menjadi sasaran lemparan benda-benda seperti telur dan sandal jerami oleh lawan-lawannya.

Efek dari lemparan tersebut dalam game menyerupai tamparan virtual.

DITAMPAR ONLINE – Tangkapan layar dari situs portal China QQ.com, memperlihatkan seorang pemain dalam permainan daring ‘Three Kingdoms Kill’ diserang oleh sandal jerami virtual. Seorang pria menggugat perusahaan game setelah mengalami depresi karena ditampar secara virtual dalam game (Tangkapan layar dari situs portal China QQ.com)

Dalam enam bulan terakhir, berdasarkan perhitungannya sendiri, Qiaoben mengaku telah menerima lebih dari 4.800 tamparan.

Ia meyakini bahwa tindakan itu merupakan bentuk pelampiasan kekesalan dari para pemain yang kalah.

Ia menyebut salah satu tamparan berlangsung selama lebih dari 90 detik secara nonstop, disaksikan oleh seluruh pemain dalam pertandingan.

“Setiap kali saya dipukul dengan telur, saya merasa harga diri saya terluka, dan saya menjadi depresi,” ujar Qiaoben.

Item seperti telur dan sandal jerami dalam game tersebut dapat diperoleh secara gratis melalui aktivitas tertentu, atau dibeli dengan harga murah.

Qiaoben menuduh perusahaan game telah menoleransi perilaku tersebut demi keuntungan finansial dari penjualan item-item tersebut.

Ia juga menyatakan telah melayangkan beberapa keluhan kepada layanan pelanggan, namun tak kunjung mendapat tanggapan.

Akhirnya, ia memutuskan untuk mengajukan gugatan hukum, menuntut kompensasi dari perusahaan tersebut.

Meski demikian, jumlah kompensasi yang diminta belum diungkapkan ke publik.

Sementara itu, pencarian di media sosial Tiongkok menunjukkan bahwa perilaku seperti yang dialami Qiaoben bukan hal asing.

Banyak pemain lain mengaku sengaja menggunakan item tersebut untuk “membalas dendam” setelah kalah, bahkan menyusun strategi lemparan berulang untuk mempermalukan lawan.

“Tak peduli seberapa kuat pemainnya, mereka tetap bisa dihancurkan oleh telur dan sandal jerami,” tulis seorang pengguna.

Pada 31 Maret 2025, perwakilan perusahaan game menyatakan bahwa item seperti telur dan sandal merupakan bagian dari fitur permainan, namun mereka akan segera menerapkan pembatasan penggunaan.

Perusahaan juga menyatakan siap berkoordinasi dengan pengadilan terkait gugatan yang diajukan Qiaoben.

Pengacara Jin Xiaodong dari Provinsi Shandong menilai bahwa penggunaan item-item tersebut berpotensi bersifat menghina.

Ia menegaskan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menjaga ketertiban dalam ekosistem game.

Sementara itu, pakar hukum lainnya menyatakan bahwa jika tindakan perundungan dalam game terbukti melanggar hak pribadi seseorang, maka perusahaan bisa dimintai pertanggungjawaban secara perdata.

Reaksi netizen pun beragam.

Seorang warganet menyebut:

“Kasus Qiaoben ini agak menyedihkan, tapi juga agak lucu. Mungkin sudah waktunya dia berhenti bermain game itu.”

Warganet lain menimpali dengan pengalaman pribadi:

“Saya pernah diburu oleh pemain lain selama sebulan di sebuah game. Setiap kali saya masuk, saya langsung diserang dan ‘dibunuh’. Itu benar-benar bikin trauma.”

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Merangkum Semua Peristiwa