TRIBUNJATIM.COM – Gara-gara fitnah soal Pilkada, dua organisasi masyarakat (ormas) di Pematangsiantar bentrok saat tengah malam.
Bentrok terjadi di Jalan Silimakuta, Kelurahan Simarito, Kecamatan Siantar Barat, Kota Pematangsiantar, pada Senin (25/11/2024).
Dikabarkan bentrok terjadi hingga adanya aksi pelemparan batu dan serangan senjata tajam.
Pihak yang saling serang dalam kejadian ini adalah Pemuda Pancasila (PP) dan Ikatan Pemuda Karya (IPK) Kota Pematangsiantar.
Aksi inipun berlangsung cepat hingga akhirnya anggota Brimob Pematangsiantar datang.
Menurut penuturan warga, aksi ini terjadi karena salah satu anggota organisasi masyarakat memfitnah penasihat kubu ormas lainnya.
Fitnah tersebut menyebut bahwa penasihat organisasi masyarakat ingin pindah haluan politik.
Alhasil, ada upaya untuk mengkonfirmasi hal ini ke kubu yang diduga menyebutkan fitnah.
“Kalau infonya, Bang, ada orang dari PP menanyakan ke orang yang diduga anggota IPK. Kok ada fitnah terkait penasihat mereka. Begitu,” ungkap warga di sana, dilansir dari Tribun Medan.
Warga pun berharap peristiwa ini tak lagi terjadi di hari H-1 Pilkada Kota Pematangsiantar 27 November 2024.
Pilkada Pematangsiantar sendiri diikuti empat paslon, yakni Wesly Silalahi – Herlina nomor urut 01 diusung Partai Gerindra, Demokrat, Nasdem, dan Gelora.
Lalu ada Mangatas Marulitua Silalahi – Ade Sandrawati Purba nomor urut 02 diusung Partai Golkar, Perindo, dan PSI.
Kemudian dr Susanti Dewayani SpA – Ronald Darwin Tampubolon nomor urut 03 diusung PAN, PKS, dan Hanura.
Terakhir, Yan Santoso Purba – Irwan nomor urut 04 diusung PDI Perjuangan.
Ilustrasi tawuran antar dua ormas (Net via TribunJakarta.com)
Sempat terjadi bentrok antara PP dan IPK pada Senin (25/11/2024) malam, hingga terjadi pelemparan batu dan pengapungan senjata tajam.
Kedua organisasi masyarakat ini akhirnya memilih jalan damai di Mapolres Pematangsiantar.
Wakil Ketua Majelis Pimpikan Cabang (MPC) PP Kota Pematangsiantar, Surya Pandangan, menyampaikan bahwa pihaknya dan IPK dipertemukan oleh Kapolres AKBP Yogen Heroes Baruno di Mapolres Pematangsiantar pada Selasa (26/11/2024).
“Kita dengan PP sepakat bersama-sama untuk tidak saling usik dan bagaimana menciptakan Pilkada 2024 yang aman dan sukses terlaksana hingga terpilih pemimpin yang diharapkan masyarakat,” kata Surya, Selasa (26/11/2024).
Surya menjelaskan bahwa antara PP dan IPK juga sepakat untuk tidak saling sikut dalam memilih dan mendukung pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Pematangsiantar Tahun 2024.
PP mendukung Paslon Nomor Urut 3 Susanti Dewayani – Ronald Tampubolon.
Sementara IPK mendukung paslon nomor urut 1, Wesly Silalahi dan Herlina.
Senada dengan PP, Humas IPK, Ekoinra Siahaan menerangkan bahwa mereka berkomitmen untuk tidak melakukan aksi apapun demi menciptakan Pilkada 2024 yang aman dan lancar di Kota Pematangsiantar.
“Kita juga sudah sampaikan kepada pengurus di tingkat ranting untuk tidak melakukan aksi-aksi yang mengganggu jalannya demokrasi.”
“Kita akan mendukung Pilkada 2024 yang aman dan lancar. Kita dan PP sudah sepakat berdamai,” pungkasnya.
Kondisi keramaian warga di Jalan Silimakuta, Kelurahan Simarito, Kecamatan Siantar Barat, usai bentrok terjadi Senin (25/11/2024) tengah malam. (TRIBUN MEDAN/ISTIMEWA)
Beda pilihan di Pilkada, seorang warga Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, mengaku diintimidasi oleh perangkat kelurahan.
Warga bernama Nurul tersebut diintimidasi perangkat kelurahan yang merupakan saudaranya sendiri karena beda pilihan.
Nurul mengaku dituding sebagai pengkhianat karena tidak memilih salah satu paslon.
Awalnya, dia dipanggil ke kelurahan pada Selasa (26/11/2024) malam.
“Saya dipanggil di kantor kelurahan sama kamituwo, itu masih saudara,” katanya melalui sambungan telepon pada Selasa (26/11/2024).
“Dia mengatakan saya pengkhianat karena berbeda pilihan dengan saudara saya,” imbuh Nurul.
Nurul mengaku sempat berdebat dengan saudaranya tersebut.
Menurutnya, setiap warga bebas memilih paslon yang maju dalam Pilkada Kabupaten Magetan 2024.
Saudaranya yang menjadi kasi pelayanan tersebut mengaku dipanggil dan dimarahi oleh lurah karena ada saudaranya yang beda pilihan.
“Katanya dia dimarahi Mbah Lurah karena saya beda pilihan,” ungkap Nurul.
“Dia juga mengatakan, saya tidak menghormati dia sebagai perangkat desa, karena saya memilih paslon lain,” lanjutnya.
“Saya memang didata oleh RT, tapi Pemilu itu hak saya untuk memilih siapapun paslon,” tutur Nurul.
Tak berhasil membujuknya, Nurul mengatakan, perangkat desa tersebut mengancam akan memutuskan tali persaudaran dengan dirinya.
“Karena saya tetap memilih sesuai keinginan saya, Pakde mengancam, sejak detik itu saya bukan saudaranya,” ucap Nurul.
Ilustrasi Pilkada 2024 (KOMPAS/HANDINING)
Sementara itu, perangkat desa yang dimaksud, Karno, mengaku mengintimidasi keponakannya karena memang beda pilihan.
Dia mengaku menjadi perbincangan warga terkait keponakannya yang berbeda dengan memberi dukungan terhadap paslon yang berbeda.
“Saya menjadi perbincangan warga dan malu karena keponakan saya memilih paslon lain.”
“Dikira saya tidak bisa mengatur saudara,” katanya, melansir Kompas.com.
Dia mengaku intimidasi yang dilakukan murni karena malu dengan warga dan perangkat lainnya.
Meski demikian, dia mengatakan akan menyelesaikan permasalahan tersebut secara damai.
“Itu inisiatif saya sendiri karena saya malu dianggap tidak bisa mengatur keponakan saya sendiri.”
“Saya akan menyelesaikan secara keluarga nanti, kalau soal pilihan saya serahkan kepada ponakan saya,” pungkasnya.