TRIBUNNEWS.COM – Militer Rusia dilaporkan terpaksa menembak jatuh drone atau pesawat nirawak milik mereka sendiri demi menjalankan perintah Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sebelumnya, Putin sudah memerintahkan agar serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina dihentikan.
Perintah itu dikeluarkan setelah Putin berbicara dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada hari Selasa lalu.
Dalam percakapan lewat telepon itu, Putin menerima usul Trump, yakni baik Rusia maupun Ukraina harus berhenti menyerang infrastruktur energi selama 30 hari.
Menurut Russia Today, Kantor Kepresidenan Rusia melaporkan Putin langsung memerintahkan militernya untuk berhenti menyerang.
Kementerian Pertahanan Rusia sehari kemudian mengonfirmasi bahwa serangan terhadap infrastruktur energi ditangguhkan.
Ketika perintah Putin disampaikan, ada tujuh drone penyerang milik Rusia yang sedang dikerahkan untuk menargetkan infrastruktur energi Ukraina di wilayah Nikolaev.
Oleh karena itu, militer Rusia terpaksa menembak jatuh drone itu dengan sistem pertahanan udara dan jet tempur.
Namun, menurut kementerian itu, Ukraina justru melancarkan serangan dengan tiga drone di infrastruktur energi Rusia di Desa Kavkazskaya, Krasnodar, setelah pembicaraan Putin dengan Trump.
Serangan itu merusak tempat penyimpanan minyak dan menimbulkan kebakaran.
Fasilitas di Kavkazskava itu digunakan untuk mengirimkan minyak mentah ke pipa yang dioperasikan ileh Caspian Pipeline Consortium.
Menurut Rusia, serangan itu adalah provokasi dari Ukraina yang bertujuan untuk mengganggu inisiatif perdamaian dari Trump.
AS dan Rusia akan bertemu lagi
Para pejabat AS dan Rusia dijadwalkan bertemu kembali di Arab Saudi pada hari Minggu, (30/3/2025).
Kedua belah pihak akan meneruskan perundingan untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Nantinya delegasi AS akan dipimpin oleh Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio.
Steve Witkoff, seorang utusan khusus AS, turut mengomentari percakapan antara Trump dan Putin.
Dia mengatakan sebagai percakapan itu membahas gencatan senjata yang meliputi komitmen bersama untuk mencegah serangan terhadap infrastruktur energi.
“Kami harus memahami rinciannya. Intinya, hingga belakangan ini kami belum memiliki kesepakatan tentang dua aspek, yakni energi dan infrastruktur, dan penghentian tembak-menembak di Laut Hitam,” kata Witkoff.
Ketika ditanya tentang kekhawatiran Rusia mengenai kemungkinan Ukraina mempersenjatai diri selama gencatan 30 hari itu, Witkoff mengakui adanya kerumitan.
Dia menyebut rinciannya akan dibahas saat pertemuan di Arab Saudi akhir pekan ini. Dia juga merasa optimistis perihal perundingan di sana.
Di samping itu, dia mengungkapkan dua pertemuannya dengan Putin.
“Saya dua kali mengikuti rapat dengan Putin. Yang pertama berlangsung 3,5 jam, dan yang kedua hampir 4 jam. Kedua rapat itu menarik. Saya pikir kami mendapatkan banyak hal,” ujarnya.
(*)