Lamongan, Beritasatu.com – Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan mengimbau masyarakat agar waspada terhadap penyakit yang rawan menular saat pergantian musim, khususnya penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan Leptospirosis.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Lamongan, dr Mafidhatul laely mengatakan, hingga Oktober 2024, pihaknya mencatat terdapat 553 kasus DBD yang merebak di Lamongan.
“Jumlah kasus tertinggi di Karangbinangun dan Mantup. Masing-masing sebanyak 43 kasus. Beberapa pasien dirawat di RSM, RSUD, dan RSI,” kata dr Fidha kepada awal media, Sabtu (9/11/2024).
Fidha mengatakan kasus DBD itu muncul dikarenakan adanya pergantian musim, pihaknya menekankan kepada masyarakat untuk melakukan langkah pencegahan dengan cara menerapkan prinsip 3M, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat penyimpanan air dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.
Selain DBD, jelas Fidha, ia menyebutkan adanya penyakit lain yang perlu diwaspadai saat musim hujan adalah leptospirosis yang merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira.
“Bakteri ini dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi. Beberapa hewan yang tergolong sebagai perantara penyebaran leptospirosis adalah tikus, sapi, anjing, dan babi,” tuturnya.
Gejala pada leptospirosis mirip dengan gejala penyakit flu, tetapi lebih berat serta disertai dengan bengkak di kaki dan tangan, serta kulit menjadi kuning. Apabila tidak diobati dengan tepat, leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan organ dalam, bahkan mengancam nyawa.
Meski hingga saat ini di Kabupaten Lamongan belum ditemukan kasus leptospirosis, kata Fida, pihaknya tetap siaga serta mengimbau masyarakat untuk lebih waspada.
“Memang belum ada kasus, tetapi kami selalu siap jika ada yang muncul,” ucap Fidha.
Sebagai langkah pencegahan, Dinas Kesehatan Lamongan mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan segera meminta bantuan tenaga kesehatan jika diperlukan. Selain itu, Fida mengatakan pihaknya telah menyiapkan langkah antisipasi, termasuk menyediakan rapid diagnostic test (RDT) untuk leptospirosis guna mempercepat diagnosis.
“Kami juga akan melakukan penyelidikan epidemiologis jika ada laporan kasus, agar risiko penularan dapat segera diidentifikasi dan dikendalikan,” pungkasnya.