Festival Dieng Culture Festival yang diadakan setiap tahun bahkan menjadikan upacara ini sebagai salah satu puncak acaranya, lengkap dengan pertunjukan seni, pelepasan lampion, hingga jazz di atas awan yang menambah pesona malam dingin di sana.
Tidak lengkap rasanya berlibur ke Dieng tanpa menyambangi Telaga Warna dan Telaga Pengilon yang letaknya berdampingan namun memiliki karakter sangat berbeda. Telaga Warna memikat dengan warna airnya yang bisa berubah-ubah karena kandungan sulfur di dasarnya, sementara Telaga Pengilon dikenal karena kejernihannya yang nyaris menyerupai cermin raksasa alami.
Keduanya memberikan kesan damai yang dalam, apalagi jika dinikmati saat matahari pagi mulai menembus celah-celah pohon, memantulkan bayangan pepohonan di permukaan air yang tenang. Dari sini, perjalanan bisa dilanjutkan ke Batu Pandang Ratapan Angin, sebuah spot yang menyajikan panorama telaga dari ketinggian.
Duduk di atas batu sambil merasakan hembusan angin pegunungan, melihat telaga dari kejauhan, dan menyaksikan awan bergerak perlahan adalah bentuk meditasi alami yang menenangkan jiwa dan pikiran. Liburan ke Dieng bukan hanya sekadar melepas penat atau mengisi waktu luang, melainkan sebuah perjalanan menyeluruh menyentuh fisik, batin, dan budaya.
Ia mengajarkan tentang kesederhanaan hidup di dataran tinggi, tentang bagaimana alam dapat menjadi guru terbaik, dan tentang betapa kayanya negeri ini dengan segala pesonanya.
Ketika kembali dari Dieng, setiap orang seolah membawa pulang sepotong awan, sejumput kabut, dan segenggam pengalaman yang tak tergantikan. Maka tidak berlebihan jika seseorang menyebut liburan ke Dieng sebagai perjalanan menuju negeri para dewa tempat di mana alam, manusia, dan budaya saling berpadu dalam harmoni yang sempurna.
Penulis: Belvana Fasya Saad
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1637750/original/a6b27b39276464f7cb5696350c89933d-099780500_1499043921-2.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)