TRIBUNNEWS.COM, – Sejumlah motor ojek online (ojol) mengalami mogok setelah melakukan isi bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite di salah satu SPBU Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
Mereka pun menduga bensin yang dibelinya merupakan BBM oplosan dan melaporkannya ke Kepolisian Resor Kota atau Polresta Kendari, pada Selasa (4/3/2025) malam.
Kapolresta Kendari Kombes Pol Eko Widiantoro mengungkapkan pihaknya tengah melakukan penyelidikan terkait dugaan Pertalite oplosan.
“Terkait dugaan BBM oplosan kemarin laporannya telah diterima, informasi sementara sekitar 10 korban terdampak,” kata Eko dikutip dari TribunSultra, Kamis (6/3/2025).
Motor Baru dari Dealer
Dandy, salah satu pengemudi ojol, mengaku menjadi korban BBM diduga oplosan hingga membuat motor barunya rusak mesin.
Ia menyebut, motor yang ditungganginya baru tiga hari turun dari dealer dan kemudian mengisi BBM di salah satu SPBU di Kota Kendari.
“Saya isi Pertalite pada Senin (3/3/2025) semenjak saat itu motorku mulai tersendat-sendat kemarin (Selasa) baru mogok,” kata Dandy.
Karena motor baru, dia menghubungi teknisi dealer tempat membeli motor untuk mengetahui penyebab motornya mogok.
“Saya diarahkan datang ke dealer, pas diperiksa ternyata saringan tangki BBM-nya kotor, heran juga masa motor baru langsung kotor mi filternya,” jelasnya.
Rupanya kejadian serupa bukan hanya dirinya yang mengalami, motor mogok juga dialami rekan-rekannya usai mengisi BBM Pertalite di SPBU.
“Kejadian begini bukan hanya saya, tapi teman-teman ojol lain juga jadi korban, dan kemarin (Selasa) kita sudah datang ke Polres Kendari untuk buat laporan,” tutupnya.
Kata Pertamina
Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Fahrougi Andriani Sumampouw mengatakan saat ini pihaknya tengah melakukan investigasi menyeluruh berkaitan dengan isu tersebut.
“Pertamina telah menurunkan tim Quality Control untuk melakukan pengecekan langsung di lapangan, termasuk di SPBU yang menerima suplai Pertalite,” katanya ketika dikonfirmasi, Rabu (5/3/2025).
Selain itu, Fahrougi menyebut pertamina juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Aparat Penegak Hukum serta pihak independen untuk sama-sama melakukan uji kualitas bahan bakar, agar memberikan rasa kepastian kepada masyarakat.
“Uji sampling akan segera dilakukan bersama dengan instansi terkait guna memberikan kepastian kepada masyarakat,” tuturnya.
Pada Kamis (6/3/2025), Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Kendari mengklaim penyebab sejumlah motor warga dan pengemudi ojek online (Ojol) mogok bukan dari BBM jenis Pertalite yang mereka distribusikan.
Manager Pertamina Patra Niaga Kendari, Supriyono Agung Nugroho menyampaikan, mogoknya sejumlah motor ojol maupun warga bukan disebabkan Pertalite.
“Secara mutu tidak ada hubunganya kerusakan mobil dan motor dengan BBM produk yang didistribuksikan Pertamina Terminal Kendari. Jadi hasilnya sudah sesuai on spek,” kata Supriyono saat konferensi pers, dikutip dari TribunSultra.
Supriyono mengatakan klaim kerusakan motor bukan dari BBM oplosan yang didistrubusikan Pertamina Patra Niaga setelah melakukan pengecekan spesifikasi di empat SPBU.
Pengecekan tersebut dilakukan Pertamina bersama Polda Sultra dan ESDM Sultra pada Rabu (05/3/2025) pagi.
Sampel Pertalite yang disebutkan warga dan ojol Pertalite oplosan juga sudah dilakukan pengujian spesifikasi.
“Untuk BBM hasil dari pemeriksaan baik internal kita ataupun pengambilan sampel yang langsung dari nosel, pengambilan sampel yang dikirimkan masyatakat ke SPBU itu sudah kita pengujian seluruhnya,” jelasnya.
“Itu sudah diperoleh dengan hasil masuk dalam range mutu atau standar dari dirjen migas,” lanjut Supriyono.
Sementara terkait kerusakan motor atau kendaraan yang mogok setelah mengisi BBM Pertalite, pihak pertamina tidak mau bertanggungjawab.
Karena untuk mengetahui secara pasti penyebab kendaaran mogok apakah dari pertalite yang didistrbusikan terminal Kendari atau pedagang eceran masih harus diselidiki.
“Terkait kendaraan warga yang rusak kita perlu lalukan pemeriksaaan lebih mendalam. Kalau nanti ada hasil dari LEMIGAS yang kita uji kalau memang diperlukan akan kita sampaikan kembali,” tutur Supriyono.