Dihubungi, pakar kebijakan pariwisata berkelanjutan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sakir Ridho Wijaya menyatakan menjadikan DIY sebagai lokasi peluncuran dan percontohan GWB terkesan terlalu dini.
“Sepertinya terlalu dini, langsung sebagai percontohan wisata bersih, karena persoalan sampah belum bisa diatasi. Seharusnya DIY lebih fokus bagaimana pembangunan pengembangan industri pariwisata pada penguatan aspek lingkungan,” kata Sakir yang merupakan dosen Prodi Ilmu Pemerintah Fisipol UMY, Jumat (24/1/2025).
Agar GWB kemarin tidak hanya sekedar menjadi seremonial saja, Sakir meminta Kemenpar segera melakukan dua langkah penting mewujudkan pariwisata berkelanjutan. Pertama, mengkonsepkan wisata bersih itu seperti apa.
“Aspek kebersihan kunci pariwisata berkelanjutan. Kebersihan bisa dilihat dari banyak perspektif, apakah sekedar tempatnya bersih atau juga memang sampai dari tata kelolanya,” lanjutnya.
Langkah kedua adalah penguatan kelembagaan pengelola destinasi wisata sehingga bisa diintegrasikan dengan rencana pembangunan daerah. Disinilah menurut Sakir, peran pemerintah daerah penting sebagai fasilitator dan penyedia anggaran.
Dia mencontohkan bagaimana seharusnya Pemda DIY dengan Dana Keistimewaan (Danais) fokus menghadirkan sistem tata kelola persampahan menjadi barang bernilai tambah.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5107503/original/055349900_1737685877-IMG_20250124_090842.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)