Desa Dalisodo Dikenal Sentra Dupa di Malang, Perajin Saling Bersaing Harga Jadi Kendala

Desa Dalisodo Dikenal Sentra Dupa di Malang, Perajin Saling Bersaing Harga Jadi Kendala

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Lu’lu’ul Isnainiyah

TRIBUNJATIM.COM, MALANG – Desa Dalisodo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang dikenal dengan sentra penghasil dupa. Dupa yang dihasilkan oleh sentra industri rumahan ini sebagian besar menjadi pemasok dupa di Bali.

Kepala Desa Dalisodo, Suprapto mengatakan kurang lebih sebanyak delapan perajin dupa di desanya.

Namun yang menjadi kendala saat ini adalah perajin tersebut berjalan secara individu. Sehingga sentra dupa di desa ini kurang begitu berkembang.

“Kendalanya di sini mereka itu nggak mau berkelompok. Satu sama lain antara perajin itu sikut menyikut di soal harganya,” ujar Suprapto.

Agar persaingan pasar ini tidak berlarut, para perajin juga sama-sama mendapatkan pasarnya, maka Suprapto berniat untuk mengelompokkan para perajin. Yang nantinya kelompok ini akan dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Tujuan para perajin dupa dikelompokkan agar hasil produksinya bisa dipasarkan oleh BUMDes dengan kuntungan merata. Kemudian tidak terjadi adanya persaingan.

“Kemarin sudah kami undang melalui musyawarah desa, mereka berkenan untuk disatukan kembali. Nanti akan kami datangkan narasumber untuk mensosialisasikan terkait hal itu,” jelasnya.

Ia berharap, tahun ini mulai terealisasi. Bahkan, Suprapto mengatakan untuk mengatur hal ini pihaknya telah berkoordinasi dengan pengusaha dupa di Bali.

“Mudah-mudahan bisa segera terlaksana. Sehingga Insya Allah bisa meningkatkan perekonomian masyarakat,” tukasnya.

Secara terpisah, Giman, salah seorang perajin dupa yang sudah bergelut sejak belasan tahun ini mengaku menjadi pemasok dupa di Jakarta dan Bali. Dalam kurun waktu 20 hari sekali, ia mampu mengirim dupa ke Jakarta sebanyak 2 ton.

“Untuk dupa warna merah karena sesuai permintaan di Jakarta, saya jualnya kisaran Rp 20 ribuan lebih per kilogram. Ini belum diberi pewangi,” imbuh Giman.

Sementara itu, permintaan dupanya akan meningkat menjelang momen seperti Hari Raya Imlek dan Hari Raya Galungan maupun Hadi Raya Nyepi di Bali. Peningkatannya bisa mencapai 50 persen dari biasanya.

Untuk memuhi permintaan itu, dalam sehari Giman mampu memproduksi sebanyak 180 kilogram per hari.

“Tapi tergantung cuaca, pas kemarau sehari bisa langsung kering, kalau pas hujan baru kering 2 sampai 3 hari,” tukasnya