Jakarta, CNN Indonesia —
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 40,9 poin atau minus 0,57 persen ke level 7.137 pada perdagangan Jumat (26/1) lalu.
Investor melakukan transaksi sebesar Rp10,05 triliun dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 17,08 miliar saham.
Dalam sepekan terakhir, indeks saham menguat dua kali, sementara tiga hari sisanya melemah. Tak heran, performa indeks pun terkoreksi 1,25 persen.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat mayoritas data perdagangan bursa ditutup melemah sepanjang periode 22-26 Januari 2024 kemarin.
Pelaksana Harian Sekretaris Perusahaan BEI Valentina Simon menuturkan kapitalisasi pasar turun dari Rp11.420,46 triliun pada sepekan sebelumnya menjadi Rp11.345,77 triliun pada penutupan pekan lalu.
Rata-rata frekuensi transaksi harian saham turut melemah, yakni sebesar 8,73 persen dari 1.235.025 menjadi 1.127.246 kali transaksi. Kemudian, rata-rata volume transaksi harian saham melemah 14,75 persen dari 18,25 miliar menjadi 15,56 miliar lembar saham.
“Investor asing pada hari ini mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp1,05 triliun dan sepanjang 2024 investor asing telah mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp5,78 triliun,” kata Valentina melalui keterangan resmi, Jumat (26/1).
Di sisi lain, rata-rata nilai transaksi harian saham naik 6,84 persen dari Rp10,68 triliun menjadi Rp11,41 triliun.
Lantas, seperti apa proyeksi pergerakan IHSG untuk sepekan ke depan?
Pengamat Pasar Modal PT Dinamika Gelora Satya Oktavianus Audi memperkirakan IHSG melanjutkan tren pelemahan pada pekan ini. Menurutnya, indeks saham bakal bergerak di rentang support 6.978 dan resistance 7.278.
Oktavianus menuturkan di pekan ini IHSG bakal diwarnai sejumlah sentimen dari dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri, pasar akan mencermati rilis data inflasi RI Januari 2024. Ia pun memperkirakan inflasi Januari bakal naik menjadi 2,7 persen.
“Kami melihat meski kembali naik, inflasi saat ini masih dalam target Bank Indonesia (BI) yakni 3 persen plus minus 1 persen, sehingga pasar akan merespon moderat dengan hasil ini,” ucap Oktavianus kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (28/1).
Selain itu, pasar juga akan mencermati rilis data PMI manufaktur Indonesia periode Januari 2024. Ia memperkirakan PMI manufaktur tetap pada level ekspansif yakni di 52,1 atau lebih rendah dibanding bulan sebelumnya sebesar 52,2.
Kendati, Oktavianus menyebut manufaktur yang tetap di zona ekspansif akan menjadi penopang aktivitas ekonomi nasional. Pasar juga bekal mencermati rilis data laporan keuangan emiten sepanjang 2023.
Oktavianus mengatakan rilis yang tak memuaskan bakal mendorong pelemahan IHSG.
“Kami mengantisipasi hasil yang dibawah ekspektasi akan mendorong penurunan harga sahamnya,” kata dia.
Adapun menjelang Pemilu dan di masa kampanye saat ini pelaku pasar cenderung wait and see. Di sisi lain, kata Oktavianus, saat ini pasar masih berfokus pada kebijakan moneter bank sentral yang diperkirakan masih akan tetap hawkish.
Sementara, untuk sentimen dari luar negeri Oktavianus mengatakan bank sentral AS (The Fed) disinyalir tidak akan memangkas suku bunga acuan pada Maret 2024 mendatang. Hal ini tercermin dari rilis data harga Indeks Harga Belanja Personal (PCE) inti AS yang naik tipis sebesar 2,92 persen yoy pada Desember dan berada di bawah ekspektasi pasar 3 persen.
“Kami melihat ini akan mendorong kemungkinan the Fed tidak akan memangkas suku bunga di Maret 2024,” tutur Oktavianus.
“Potensi penurunan suku bunga saat ini sudah di bawah 50 persen untuk Maret 2024, dampaknya adalah yield obligasi akan tetap bertahan di level tertinggi dan potensi terjadi outflow saham kembali terjadi,” imbuhnya.
Bersambung ke halaman berikut…
Pasar Masih Diliputi Ketidakpastian
Dalam kondisi seperti di atas, Oktavianus mengingatkan pelaku pasar untuk berhati-hati. Ia menyebut kondisi ketidakpastian dari sikap The Fed di tengah kuatnya data ekonomi AS yang berdampak pada IHSG akan terjadi outflow asing beberapa waktu ke depan, yang juga dapat berdampak pelemahan indeks saham.
Oktavianus lantas merekomendasikan sejumlah saham pilihan untuk pekan ini. Ia menilai saham defensive stock seperti konsumer dan kesehatan akan menarik di tengah ketidakpastian global.
“Dan juga saham produsen minyak mentah seiring kenaikan harga komoditas di tengah menguatnya data ekonomi AS,” sambungnya.
Berdasarkan analisis teknikal, Oktavianus pun merekomendasikan beberapa saham yang bisa dikoleksi.
Pertama, saham PT Siloam International Hospitals Tbk atau SILO yang ditutup menguat 4,48 persen ke posisi 2.330 pada pekan lalu. Oktavianus memproyeksi SILO dapat menyentuh level 2.610 pada pekan ini.
Kedua, saham PT Medco Energi Internasional Tbk atau MEDC yang menguat 0,84 persen ke posisi 1.200 pekan lalu. Oktavianus memproyeksi saham emiten sektor energi itu dapat menyentuh posisi 1.320 pekan ini.
Ketiga, Oktavianus merekomendasikan saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk atau INDF yang ditutup menguat 0,39 persen ke posisi 6.425 pekan lalu. Ia memproyeksi INDF dapat menyentuh posisi 6.750 pekan ini.
Sementara itu, pelatih investasi saham dan derivatif sekaligus CEO Akela Trading System Hary Suwanda menuturkan sejak 5 Januari 2024, IHSG terkoreksi dan support terdekat saat ini adalah 7.092, sementara resistance 7.281.
Menurutnya, jika indeks saham berhasil mempertahankan support 7.092, apalagi berhasil melampaui level 7.215, maka ada peluang IHSG untuk melanjutkan rally-nya kembali. Namun apabila IHSG kembali melemah dan menembus support di 7.092, maka indeks akan melanjutkan koreksinya kembali.
“Akan tetapi kendatipun berada dalam fase koreksi, IHSG secara jangka panjang masih tetap bullish,” kata Hary.
Hary mengatakan masa Pemilu saat ini membuat pelaku pasar khawatir. Pasalnya, dengan akan berakhirnya masa pemerintahan Presiden Jokowi, maka pasar diwarnai kekhawatiran akan kebijakan fiskal yang akan diusung pemerintah yang baru nanti.
“Apakah kebijakan fiskal pemerintah yang baru nanti akan cenderung kondusif terhadap bisnis atau cenderung restriktif?” sambungnya.
Sama seperti Oktavianus, Hary juga menyebut pelaku pasar masih wait and see terhadap kebijakan The Fed. Ia juga menilai bank sentral AS itu bakal tetap menahan suku bunga pada Maret nanti.
Hary menjelaskan perekonomian Negeri Paman Sam secara pasti terus tumbuh. Hal ini juga ditunjang oleh rendahnya angka pengangguran di level 3,7 persen.
Fakta tersebut pun meredam antusiasme pasar yang semula mengharapkan The Fed akan mulai memangkas suku bunga acuan Fed Fund Rate pada The Federal Open Market Committee (FOMC) 20 Maret yang akan datang.
Dengan beragam sentimen di atas, Hary menyarankan pelaku pasar fokus pada emiten-emiten yang kinerja operasionalnya bertumbuh. Pasalnya, selama kinerja Earnings per Share (EPS) dan Free Cashflow tetap tumbuh, maka hal itu menunjukkan ketangguhan perusahaan dalam menghadapi dinamika makro ekonomi yang tengah berlangsung.
“Volatilitas harga pasar yang dipengaruhi berbagai sentimen adalah hal yang biasa terjadi, tidak perlu terlalu dikhawatirkan oleh volatilitas pasar,” ucap Hary.
[Gambas:Photo CNN]
“Khusus bagi Trader, maka fokusnya pada tren harga, karena itu disiplin pada Trading Plan yang telah ditetapkan sebelumnya adalah kunci keberhasilan dalam meraih keuntungan dengan resiko yang tetap terkendali,” imbuhnya.
Hary pun menyebutkan beberapa saham yang bisa diperhatikan oleh investor. Saham otu seperti PT Indo Tambangraya Megah Tbk atau ITMG yang ditutup menguat 0,66 persen ke posisi 26.700 pekan lalu.
Hary memproyeksi emiten tersebut bisa menyentuh level 27.825 pada pekan ini.
Selanjutnya, PT Merdeka Battery Materials Tbk atau MBMA yang menguat 8 persen dalam sepekan ke posisi 675. Hary memprediksi MBMA berada di posisi 730 pada pekan ini.