Liputan6.com, Jakarta – Popularitas DeepSeek yang makin meningkat dilaporkan telah berdampak pada sejumlah perusahaan asal Amerika Serikat (AS), bahkan disebut-sebut memicu kekhawatiran di sejumlah investor asal AS dan Eropa.
Alasannya, DeepSeek yang baru saja meluncur ini telah menjadi aplikasi gratis yang paling banyak diunduh di AS dalam waktu singkat.
Tidak hanya itu, chatbot ini dilaporkan telah dikembangkan dengan biaya jauh lebih rendah dibandingkan pesaingnya. Kondisi ini pun berdampak pada pasar saham.
Dilaporkan, Nvidia bersama dengan perusahaan teknologi lain yang terhubung dengan AI seperti Microsoft dan Google, mengalami penurunan nilai saham pada Senin.
Mengutip dari BBC, Selasa (28/1/2025), saham Nvidia tercatat turun 16,9 persen, sedangkan Microsoft dan Alphabet masing-masing turun 2,14 persen dan lebih dari 4 persen.
Untuk diketahui, DeepSeek diklaim menggunakan model open source bernama DeepSeek-V3 yang dikembangkan dengan biaya sekitar USD 6 juta. Nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan perusahaan lain yang menghabiskan hingga miliaran dolar.
Menurut para peneliti DeepSeek, biaya rendah ini dimungkinkan karena mereka memanfaatkan teknologi yang sudah ada serta source code terbuka yang dapat digunakan dan dimodifikasi siapa saja secara gratis.
Kendati demikian, klaim tersebut menuai perdebatan di komunitas AI. Beberapa pihak mempertanyakan apakah model tersebut benar-benar bisa bersaing dengan teknologi lebih mahal yang didukung infrastruktur canggih.
Di sisi lain, DeepSeek-R1 sebagai salah satu produk perusahaan tersebut, diklaim memiliki performa yang sebanding dengan model terbaru Open AI dalam sejumlah tugas seperti matematika, pemrograman, dan pemahamanan bahasa alami.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5111178/original/069133600_1738041754-deepseek-chat.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)