Debat Pilkada Batam: Nuryanto Sindir Pelat Palsu, Amsakar Minta Maaf
Tim Redaksi
BATAM, KOMPAS.com –
Debat Pilkada calon wali kota dan wakil wali kota
Batam
antara pasangan nomor urut 01, Nuryanto-Hardi Hood, dan pasangan nomor urut 02, Amsakar-Li Claudia, berlangsung sengit.
Acara yang digelar di AP Premiere Hotel, Jumat (1/11/2024) malam itu diwarnai saling sindir, terutama terkait isu penggunaan pelat nomor kendaraan palsu.
Isu ini pertama kali diangkat oleh Nuryanto, calon wali kota nomor urut 01, yang mengacu pada laporan Aliansi Mahasiswa Politik dan Hukum Kepri ke Polda Kepri pada Senin (28/10/2024) .
Nuryanto mempertanyakan keterbukaan Amsakar dalam penggunaan pelat nomor kendaraan palsu yang terpasang di salah satu kendaraan kampanyenya.
“Bang, saya mau bertanya, ini bukan tendensius. Pemerintahan yang baik memerlukan keterbukaan. Saya minta penjelasan terkait informasi dari Dirlantas Polda Kepri soal plat mobil palsu. Kita sebagai calon pemimpin harus memberi contoh,” ucap Nuryanto.
Pernyataan ini disambut riuh dukungan dari pendukungnya di dalam ruangan.
Menanggapi hal tersebut, calon wali kota nomor urut 02, Amsakar Achmad, mengaku sudah menduga isu ini akan diangkat.
Amsakar menjelaskan kendaraan SUV Lexus berplat BP 444 VIP yang disebut-sebut itu adalah pinjaman dari seorang rekannya.
Namun, menurutnya, plat nomor tersebut terlihat terlalu mewah, sehingga ia meminta anggota timnya untuk menggantinya dengan plat pribadinya, BP 1868 AM.
“Saya akui kendaraan itu pinjaman dari seorang rekan. Saat datang, saya kaget dengan nomor plat yang terkesan mewah. Jadi, saya memang meminta anggota saya untuk menggantinya,” jelas Amsakar.
Ia juga menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat Batam atas keteledorannya dan mengakui permasalahan pelat palsu ini telah diselesaikan sesuai aturan hukum yang berlaku, termasuk tilang yang diterima dari Ditlantas Polda Kepri.
“Permasalahan ini murni kesalahan saya, bukan dari anggota yang mendampingi saya. Semua sudah selesai sesuai aturan,” tambahnya.
Amsakar sempat menyinggung pertanyaan ini jauh dari topik utama debat yang seharusnya membahas visi-misi dan program kerja calon.
“Sepertinya konteks ini jauh dari inti debat yang mempertanyakan visi-misi. Namun, saya menghormati pernyataan tersebut,” katanya.
Sebagai tanggapan, Nuryanto menyebut bahwa meski terkesan kurang relevan dengan debat, hal ini mencerminkan pentingnya integritas bagi calon pemimpin yang ingin menciptakan lingkungan pemerintahan yang bersih.
“Kalau dibilang kurang berkaitan, kita calon pemimpin harus memberi contoh jika ingin menciptakan pemerintah yang bersih. Ini bukan sekadar masalah pribadi,” ujar Nuryanto, menekankan pentingnya transparansi dan integritas bagi pemimpin.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.