Danantara Kaji Penanganan Utang Kereta Cepat, Ekonom Ingatkan Risiko Jebakan Fiskal
Tim Redaksi
MALANG, KOMPAS.com
– Desakan agar Danantara Indonesia turut menyelesaikan polemik utang PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) terus menguat.
Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Dewan Pengawas Danantara Indonesia, Muliaman Darmansyah Hadad menyatakan, opsi tersebut sedang dalam peninjauan.
Sementara itu, kalangan akademisi mengingatkan agar langkah tersebut tidak sekadar menjadi pemindahan risiko fiskal.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), M Sri Wahyudi menilai, Danantara secara teoritis memiliki kapasitas untuk terlibat, tetapi dibayangi risiko besar jika implementasinya keliru.
Wahyudi menyampaikan, Danantara dirancang sebagai
investment holding
yang mampu menghimpun dana dari berbagai sumber, baik BUMN, s
overeign wealth fund,
maupun investor strategis.
“Jika struktur modal Danantara cukup kuat, misalnya berbasis aset produktif dan tidak bergantung penuh pada APBN, maka restrukturisasi utang kereta cepat bisa saja dilakukan tanpa menambah beban fiskal negara,” kata Wahyudi.
Meski demikian, Wahyudi memberikan peringatan keras. Ia menegaskan, keterlibatan Danantara tidak boleh sekadar menjadi “transfer of liability” atau pemindahan utang ke entitas baru tanpa perbaikan model bisnis mendasar.
“Bila Danantara hanya menjadi ‘transfer of liability’, maka risiko finansial akan tetap sama, hanya berganti nama kelembagaan saja,” katanya.
Ia menyoroti kondisi proyek kereta cepat yang saat ini belum komersial secara penuh.
Beberapa indikatornya seperti okupansi rendah dengan penumpang masih berkisar 50-60 persen pada hari kerja.
Kemudian, harga tiket masih subsidi untuk menarik minat pasar. Terakhir, integrasi transportasi lanjutan dinilai belum optimal atau lemah.
Wahyudi menekankan, jika Danantara hanya menjadi “payung administratif” untuk menampung beban utang lama, efektivitasnya akan terbatas dan justru riskan menciptakan risiko fiskal baru bagi negara.
“Danantara hanya akan berhasil menangani persoalan kereta cepat asalkan transformasi kelembagaan yang dilakukan benar-benar menyentuh akar persoalan, tata kelola, efisiensi bisnis, dan keberlanjutan finansial,” katanya.
Sebelumnya, Danantara memastikan akan kembali bernegosiasi dengan China untuk membahas ulang jangka waktu dan suku bunga utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh.
Langkah ini dilakukan agar skema pembiayaan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) bisa lebih efisien dan berkelanjutan.
Chief Operation Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria mengatakan, negosiasi lanjutan dengan pihak China akan difokuskan pada dua hal utama, yaitu tenor pinjaman dan tingkat bunga yang dinilai perlu disesuaikan dengan kondisi keuangan proyek saat ini.
“Terus kan kita bernegosiasi, kami akan berangkat lagi ke China juga untuk menegosiasikan mengenai term pinjamannya. Ini menjadi poin penting dalam negosiasi kita, berkaitan dengan jangka waktu pinjaman dan suku bunga,” ujar Dony di Jakarta, Kamis (23/10/2025).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Danantara Kaji Penanganan Utang Kereta Cepat, Ekonom Ingatkan Risiko Jebakan Fiskal Surabaya 23 Oktober 2025
/data/photo/2025/09/20/68ce2d409c43a.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)