Jakarta, Beritasatu.com – Pembentukan Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) berpotensi mendorong investasi asing, termasuk investasi langsung (FDI) masuk di Indonesia. Selain itu, Danantara bisa meningkatkan saham perbankan dan BUMN.
Policy Director FTSE Russell Wanming Du menyebutkan, investor global cenderung tertarik pada negara yang mengalokasikan dana kekayaannya untuk proyek infrastruktur yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi serta mendukung perkembangan perusahaan domestik.
“Apabila melihat pengalaman sebelumnya, ketika dana kekayaan negara diinvestasikan pada sektor infrastruktur dasar yang mendukung pertumbuhan ekonomi, hal ini berpotensi menarik lebih banyak investasi asing, termasuk FDI,” ujar Wanming Du dikutip dari Investor Daily, Sabtu (22/2/2025).
Menurutnya, investasi semacam ini dapat memperkuat dunia usaha sekaligus berkontribusi terhadap indeks saham nasional.
Senada dengan FTSE Russell, UBS Global Research menyebut kehadiran Danantara berpotensi meningkatkan efisiensi BUMN, menarik investasi asing, serta menciptakan peluang investasi di sektor perbankan dan saham-saham BUMN.
kekhawatiran terkait risiko fiskal akibat pembentukan Danantara, terutama mengenai berkurangnya dividen yang disetorkan ke negara dan menyempitnya ruang fiskal pemerintah, tidak memiliki dasar yang kuat.
“Hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena Kementerian Keuangan tetap memiliki kontrol atas dividen BUMN, sehingga tidak ada perubahan mendasar dalam mekanisme penerimaan negara,” tulis UBS dalam risetnya.
UBS juga menyoroti bahwa pendanaan Danantara berasal dari optimalisasi aset BUMN, bukan dari APBN, sehingga tidak akan membebani anggaran negara atau menyebabkan lonjakan belanja yang tidak terkendali.
Di samping itu, riset itu juga membantah kekhawatiran sejumlah pihak mengenai dampak terhadap return on equity (ROE) bank-bank BUMN.
Beberapa pihak mencemaskan bahwa bank-bank BUMN akan dipaksa mendanai proyek-proyek strategis dengan imbal hasil rendah, yang pada akhirnya dapat menekan tingkat profitabilitas mereka.
“Selama satu dekade terakhir, meskipun bank BUMN sering berperan dalam pembiayaan proyek nasional, mereka tetap mampu menjaga profitabilitas dengan ROE yang solid,” ujar UBS.
Lebih lanjut, riset itu menilai bahwa kekhawatiran pasar yang berlebihan terhadap Danantara justru berkontribusi pada valuasi saham bank-bank BUMN yang terlalu rendah. Saat ini, saham-saham BUMN menawarkan valuasi menarik bagi investor karena sudah mencerminkan berbagai risiko yang dianggap berlebihan.
Danantara jika dikelola dengan transparansi dan tata kelola yang baik, maka inisiatif ini berpeluang menjadi instrumen penting dalam meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia serta menarik lebih banyak investasi global.
