Jakarta, CNN Indonesia —
Sejumlah fenomena hujan meteor bakal mengguyur Bumi sepanjang tahun 2025 ini. Bagi pengamat astronomi, melihat fenomena hujan meteor tentu tak boleh terlewatkan. Simak daftarnya.
Gerhana Puanandra Putri, peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, mengatakan bahwa sejumlah hujan meteor ini merupakan peristiwa tahunan yang terjadi pada waktu yang kurang lebih sama. Hujan meteor ini disebabkan oleh debu sisa komet dan asteroid yang berada pada orbit Bumi.
“Jadi jika Bumi melewati lokasi tempat debu tadi berada maka hujan meteor akan terjadi, pada waktu yang sama setiap tahunnya,” jelas Puan, melansir laman resmi BRIN, dikutip Kamis (2/1).
Menurutnya fenomena astronomi hujan meteor ini dapat diamati dengan dua cara, yakni secara langsung dengan mata telanjang atau menggunakan alat bantu seperti teleskop dan kamera. Beberapa fenomena yang dapat disaksikan tanpa alat khusus, “asalkan langit cerah dan bebas dari awan”.
Berikut daftar hujan meteor sepanjang tahun 2025:
Hujan meteor Quadrantid
Hujan meteor Quadrantid akan menghiasi langit pada awal tahun 2025 ini. Puncak hujan meteor Quadrantid diprediksi bakal terjadi pada 3-4 Januari mendatang.
Saat mencapai puncaknya, meteor ini menyajikan 40 meteor per jam di langit malam.
Dikarenakan posisinya di langit, hujan meteor Quadrantid hanya bisa dilihat di Belahan Bumi Utara.
Hujan meteor ini berasal dari butiran debu yang sisa-sisa komet 2003 EH1 yang telah punah. Hujan meteor ini berlangsung setiap tahun dari tanggal 1-5 Januari.
Hujan meteor Lyrid
Lyrid dikenal sebagai salah satu hujan meteor tertua yang tercatat. Hujan meteor Lyrid akan mencapai puncaknya pada 21-22 April nanti.
Selama periode puncaknya, hujan meteor ini akan menghasilkan 10 hingga 15 meteor per jam.
Berdasarkan riwayatnya, Lyridmelampaui ekspektasilewat ‘hujan’ dengan lebih dari 100 meteor per jam rata-rata setiap 60 tahun. ‘Ledakan’ berikutnya diperkirakan terjadi pada 2042.
Meskipun tidak ada ledakan yang diprediksi untuk tahun ini, Lunsfordmenyebut Hujan MeteorLyridkali ini masih layak untukdiburu karena penampilannya berupa bola api sebagian, meteor ekstra terang di langit.
Hujan meteor Eta Aquariid
Selanjutnya ada hujan meteor Eta Aquariid yang akan aktif mulai 20 April hingga 21 Mei. Namun, periode puncaknya bakal terjadi pada 3-4 Mei mendatang.
Fenomena antariksa ini merupakan salah satu dari dua hujan meteor yang dihasilkan dari puing-puing Komet Halley.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan fenomena ini bisa menghasilkan 42 sampai 43 meteor per jam di saat kondisi purnama 100 persen.
Lokasi terbaik melihat fenomena ini adalah di daerah tropis bagian selatan. Dari khatulistiwa ke arah utara, biasanya hanya menghasilkan kecepatan sedang 10-30 per jam sebelum fajar.
Hujan meteor Perseid
Fenomena langit tahunan, hujan meteor Perseid bakal aktif di langit mulai 17 Juli hingga 23 Agustus. Namun, periode puncaknya tercatat pada 12-13 Agustus.
Hujan meteor Perseid terjadi ketika Bumi melewati puing-puing dari Komet Swift-Tuttle yang terakhir kali melintas dekat Bumi pada 1992.
Hujan meteor ini memiliki intensitas mencapai 150-200 meteor per jam. Namun, menurut NASA, rata-rata meteor yang melesat biasanya sekitar 100 meteor per jam.
Untuk bisa melihat fenomena ini, cari tempat yang tidak terhalang oleh apapun. Meteor-meteor ini akan terlihat begitu hari mulai gelap, tetapi waktu terbaik untuk melihat Perseid adalah setelah tengah malam.
Hujan meteor Draconid
Hujan meteor ini dianggap unik karena kejadian ini terjadi kapan saja saat Matahari tenggelam. Berbeda dari hujan meteor lain yang muncul saat menjelang fajar.
Draconid merupakan hujan meteor yang dapat berubah-ubah. Artinya dapat diperkirakan akan ada sedikit bintang jatuh, dengan peluang kecil banyak aktivitas bintang jatuh.
Hujan meteor Draconid aktif pada 6 hingga 10 Oktober, dan mencapai periode puncaknya pada 8 Oktober. Draconid biasanya memunculkan 10 meteor saat malam puncaknya.
Berlanjut ke halaman berikutnya…
Hujan meteor Orionid
Pada bulan Oktober, langit bakal dihiasi oleh fenomena hujan meteor Orionid. Orionid merupakan salah satu dari dua hujan meteor tahunan yang disebabkan oleh komet Halley, yang terakhir terlihat di tata surya bagian dalam pada 1986.
Hujan meteor lainnya adalah hujan meteor Eta Aquarid, yang puncaknya setiap tahun pada awal Mei.
Hujan meteor Orionid akan aktif mulai 2 Oktober hingga 12 November. Sementara, periode puncaknya terjadi pada 22-23 Oktober.
Pada momen puncaknya, diperkirakan ada sekitar 23 meteor per jam dapat terlihat. Mereka diperkirakan melintas kecepatan 66 kilometer per detik atau sekitar 238 ribu km/jam.
Hujan meteor Leonid
Hujan meteor Leonid terlihat pada bulan November. Hujan meteor ini dapat diamati di sekitar Rasi Gemini.
Hujan meteor tahunan ini, yang namanya diambil dari konstelasi Leo, akan terjadi saat fase bulan mencapai 23 persen alias bulan sabit.
Hal ini akan membuat langit menjadi gelap, meski memang diperlukan langit yang cerah untuk melihat meteor. Lokasi dengan polusi cahaya sesedikit mungkin bakal memberi bonus.
Hujan meteor Leonid akan aktif mulai 3 November hingga 2 Desember mendatang, dengan periode puncaknya 16-17 November. Selama periode puncaknya, diperkirakan ada sekitar 15 meteor per jam.
Hujan meteor Geminid
Hujan meteor tahunan paling mengesankan, yakni hujan meteor Geminid akan menghiasi langit pada akhir tahun 2025. Hujan meteor ini menjadi yang paling mengesankan karena bisa menampilkan hingga 120 meteor per jam pada periode puncaknya.
Hujan meteor Geminid aktif mulai tanggal 1 hingga 21 Desember. Sementara, puncak hujan meteor ini akan berlangsung pada 13-14 Desember dan dapat dilihat mulai pukul 10 malam hingga pagi di arah konstelasi Gemini.
Secara historis, Geminid sering digambarkan sebagai hujan meteor yang terang dan berwarna. Mayoritas meteor ini tampak berwarna kekuningan.
Tidak seperti sebagian besar hujan meteor, Geminid adalah produk asteroid, bukan komet. Hujan meteor Geminid dapat menghasilkan meteor-meteor terang yang terkait dengan asteroid Phaethon, batu biru aneh yang bertindak seperti komet.
Hujan meteor Ursid
Selain Geminid, langit akhir tahun 2025 juga akan diguyur hujan meteor Ursid. Hujan meteor Ursid tidak seproduktif Geminid, dengan hanya sekitar 10 meteor per jam selama periode puncaknya.
Namun begitu, fenomena ini tetap menarik untuk diamati. Ursid sering kali menghasilkan bola api terang yang terlihat bahkan di malam dengan cahaya Bulan.
Seperti kebanyakan hujan meteor lainnya, Ursid disebabkan puing-puing komet yang memasuki atmosfer Bumi. Ursid berasal dari Komet 8P/Tuttle, yang memiliki lebar sekitar 5 kilometer dan membutuhkan waktu sekitar 13,6 tahun untuk mengelilingi matahari.
Hujan meteor Ursid akan aktif mulai 16 hingga 26 Desember. Sementara itu, periode puncaknya bakal terjadi pada 21-22 Desember.