Curahan Hati Karyawan Korban PHK PT Sritex setelah Puluhan Tahun Mengabdi

Curahan Hati Karyawan Korban PHK PT Sritex setelah Puluhan Tahun Mengabdi

Solo, Beritasatu.com – Wajah Wagiyem (48) tampak lesu saat keluar dari gerbang pabrik PT Sritex. Mengenakan seragam dan topi berwarna biru khas perusahaan tekstil yang dahulu pernah menjadi yang terbesar di Asia Tenggara itu. Hal itu karena ia terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) PT Sri Rejeki Isman (Sritex).

Ia pun memilih untuk duduk sejenak di kursi warung yang berada di seberang pabrik sembari melihat tempatnya bekerja selama 28 tahun yang besok bakal ditutup permanen dengan tatapan kosong.

“Saya ke sini pamitan sama manager dan teman-teman. Kalau surat-surat sudah diserahkan manajemen kemarin,” ucapnya sembari menunjukkan surat keterangan penjaminan kesehatan atau BPJS selama enam bulan bagi korban PHK yang diterimanya dari pabrik kepada Beritasatu.com, Jumat (28/2/2025).

Warga asli Sukoharjo itu mengaku sudah bekerja di PT Sritex selama 28 tahun atau lebih dari separuh hidupnya. Karena itu, banyak kenangan yang ia dapatkan, mulai dari ia masih muda hingga anaknya hendak kuliah tahun ini.

“Banyak kenangan, alhamdulillah selama kerja di sini bisa membantu suami memenuhi kebutuhan hidup, membiayai anak sekolah, tahun ini harusnya kuliah tetapi saya malah di-PHK,” keluhnya.

Wagiyem pun mengaku masih belum tahu apa yang akan dilakukan setelah ini. Apalagi usianya sudah tidak muda lagi, sehingga akan sulit baginya untuk bisa mencari pekerjaan di tempat baru. Padahal ia juga butuh uang untuk menguliahkan anaknya tahun ini.

“Jujur saya kaget, tidak menyangka akan seperti ini. Kasihan ibu-ibu yang jualan di sini juga,” kata dia terkait PHK PT Sritex.

 Karena itu ia pun berharap penutupan PT Sritex tidak benar-benar permanen dan bisa buka kembali.

“Harapannya ya semoga tidak lama (pabrik tutup). Katanya kan ada pengajuan (kepemilikan) baru. Biar kita bisa bekerja lagi di sini bisa kumpul bareng lagi. Kami sudah tua-tua mau kerja apa. Kalau mau tani ya sudah tidak ada tenaga, mau dagang juga banyak saingan,” ujarnya.

Hal senada juga diutarakan Mardiyanto. Ia mengaku kaget saat tahu jika akhirnya pabrik tempatnya bekerja selama 17 tahun tutup permanen.

“Saya kerja di sini sejak 2007 sampai sekarang. Ya sedih, bingung apalagi saya tulang punggung keluarga dan istri saya juga kerja di sini dan kena PHK juga. Saya pasrah saja sama Gusti Allah jalannya seperti apa,” tutur bapak satu anak itu terkait PHK PT Sritex.