Cungkil Art Kediri Ubah Limbah Kayu Jadi Seni Bernilai Tinggi, Bakal Kirim Karya Terbaru ke Texas

Cungkil Art Kediri Ubah Limbah Kayu Jadi Seni Bernilai Tinggi, Bakal Kirim Karya Terbaru ke Texas

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Isya Anshori

TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI – Di sebuah gang kecil di Jalan Arjuna, Kelurahan/Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, terdapat sebuah galeri seni minimalis bernama Cungkil Art.

Galeri sekaligus rumah ini menjadi tempat bagi Nanang Sigit Purnomo menuangkan kreativitasnya dalam seni cungkil kayu. 

Berawal dari pemanfaatan limbah kayu, kini karyanya telah dikenal hingga luar kota dan bahkan direncanakan dikirim ke Texas, Amerika Serikat.  

Pria 42 tahun ini menceritakan awal mula ia menekuni seni cungkil kayu pada pertengahan tahun 2020, saat pandemi Covid-19 melanda.

Ketika banyak orang kehilangan pekerjaan akibat pembatasan aktivitas, ia justru menemukan inspirasi dari limbah kayu yang sering dianggap tidak berguna.

“Orang pasti melihat limbah kayu itu jelek, nggak bisa dimanfaatkan. Tapi saya coba cari inspirasi, akhirnya muncul ide untuk mengolahnya jadi sesuatu yang punya nilai seni,” kata Nanang, Kamis (13/2/2025).  

Bahan baku yang digunakan Nanang sebagian besar berasal dari limbah rumah atau potongan kayu jati tua yang ia kumpulkan.

Menurutnya, kayu jati tua memiliki aroma khas dan tekstur yang lebih hidup dibandingkan kayu jati baru. 

“Kalau kayu jati tua itu ada jiwa seninya, beda dengan yang baru dipotong. Kalau pakai yang masih muda, rasanya kurang dapat,” jelasnya.  

Dalam menciptakan karya, Nanang menerapkan prinsip spiritualitas yang kuat, terutama saat mengukir wajah tokoh-tokoh besar.

Baginya, memahat wajah seseorang bukan hanya soal teknik, tetapi juga tentang rasa dan penghormatan.  

“Sebelum memahat wajah seorang kiai, atau orang yang telah meninggal saya selalu berdoa dulu, membersihkan hati, dan meminta izin secara batin. Kalau nggak begitu, rasanya kurang keluar penjiwaannya,” ungkapnya.  

Salah satu karya Nanang yang paling diminati adalah ukiran wajah KH Hasyim Asyari dan Gus Dur.

Ia mengungkapkan, banyak pembeli yang tertarik dengan karakter-karakter religius karena nilai historis dan spiritualnya yang mendalam.  

“Seni ini pakai rasa, apalagi kalau bikin tokoh-tokoh besar seperti Mbah Hasyim atau Gus Dur. Ini bukan sekadar ukiran biasa,” ujarnya.  

Menurutnya, proses mencungkil kayu memerlukan ketelitian tinggi.

Dimulai dari pemilihan kayu yang tepat, kemudian sketsa awal digambar di permukaan kayu.

Uniknya lagi, cungkil ini akan mengikuti serat kayu yang telah ada di dalamnya.

Setelah itu, Nanang menggunakan alat pahat untuk mengukir setiap detail dengan presisi.  

“Terkadang saya bisa menyelesaikan dalam seminggu, tapi ada juga yang butuh waktu berbulan-bulan. Seperti ukiran Mbah Syaikhona Kholil Bangkalan yang saya buat selama satu tahun sembilan bulan, dari Januari 2023 hingga November 2024, pas hari jadinya NU,” tambahnya.  

Dalam menjalankan usahanya, Nanang juga melibatkan anak-anaknya.

Dua putranya yang masih duduk di bangku SD dan SMP sudah mulai dikenalkan dengan seni cungkil kayu.  

“Saya ajak mereka biar tahu dan bisa meneruskan nanti. Bahan baku ini nggak akan habis, tinggal bagaimana kita memanfaatkannya,” katanya.  

Karyanya kini banyak dipesan oleh pelanggan dari luar kota seperti Depok, Bekasi, Bojonegoro, hingga Bali dan Surabaya.

Ia juga berencana mengirim sebuah karya terbarunya ke Texas, yaitu ukiran wajah McMoran Jim Bob pendiri perusahaan tambang terkenal, Freeport.  

Meski karyanya memiliki nilai tinggi, Nanang mengaku tidak bisa memasang harga tetap untuk ukiran tokoh tertentu, terutama kiai atau tokoh religius.  

“Kalau untuk event atau wedding, harga bisa mulai dari Rp 1 juta . Tapi kalau ukiran tokoh kiai, saya nggak bisa menentukannya. Itu soal rasa, nanti yang meminta yang menghargai sendiri,” pungkasnya.