Club Olahraga: Southampton

  • Benua Bumi Perlahan ‘Mengelupas’ dari Bawah, Ilmuwan Ungkap Penyebabnya

    Benua Bumi Perlahan ‘Mengelupas’ dari Bawah, Ilmuwan Ungkap Penyebabnya

    Jakarta

    Para ilmuwan ahli Bumi telah memecahkan misteri kuno vulkanisme dan lempeng tektonik, menjelaskan mengapa beberapa pulau mengandung begitu banyak ‘bahan’ pembentuk benua meskipun jaraknya jauh dari lempeng benua.

    Menurut studi simulasi dan analisis kimia yang dipimpin oleh University of Southampton, mekanisme yang membingungkan ini terjadi ketika benua-benua itu ‘dikupas’ dari bawah oleh kekuatan tektonik Bumi, melalui ‘gelombang mantel’ yang lambat dan bergulir.

    Ketika lempeng benua mengalami keretakan dan hanyut terpisah, mantel atas yang panas dan cair mengalir lambat melucuti di akar mereka. Bahan yang dijelajahi ini kemudian dibawa jauh ke tempat ia memperkaya mantel laut dan bahan bakar vulkanisme untuk ribuan tahun.

    “Kami telah mengetahui selama beberapa dekade bahwa bagian dari mantel di bawah lautan terlihat aneh terkontaminasi, seolah-olah potongan-potongan benua kuno entah bagaimana berakhir di sana,” jelas ilmuwan ahli Bumi Thomas Gernon dari University of Southampton dan penulis utama studi tersebut, dikutip dari Science Alert.

    Para ilmuwan sebelumnya telah mencoba menjelaskan hal ini dengan berbagai cara. Mungkin mantel samudera ‘terkontaminasi’ oleh sedimen yang menjadi didaur ulang saat kerak menyelam ke mantel, sebuah proses yang disebut subduksi.

    Atau mungkin kolom batu panas, yang disebut bulu mantel, membawa bahan yang diperkaya dengan mereka saat mereka menggelembung dari jauh di dalam Bumi menuju permukaan.

    Proses ini dapat berkontribusi, tetapi mereka tidak menceritakan kisah lengkap, karena beberapa daerah yang diperkaya ‘bahan-bahan’ pembentukan benua, menunjukkan sedikit bukti adanya daur ulang kerak atau pluming panas. Selain itu, pengayaan di mantel laut tampak bervariasi, berasal dari mosaik batuan dari berbagai usia.

    Teori ‘gelombang mantel’ yang melucuti kerak menjelaskan proses pengayaan: ketika sebuah benua pecah, ia memicu rantai ketidakstabilan, atau gelombang mantel, yang menyapu di sepanjang dasar benua pada kedalaman 150 hingga 200 kilometer.

    Gerakan seperti menyapu ini mengupas benua dari bawah, pada akarnya, dan dapat membawa bahan kontinental selama lebih dari 1.000 kilometer ke mantel laut, memberi makan letusan gunung berapi yang dapat bertahan puluhan juta tahun.

    Ini adalah sapuan yang sangat lambat, bermain di rentang waktu geologis. Ini terjadi pada kecepatan yang sangat lambat. Sebagai gambaran, celah benua tersapu ke lautan dengan kecepatan satu juta kali lebih lambat dari gerakan berjalan siput.

    Foto: Geoscience

    Skala waktu yang diperpanjang ini berarti bahwa benua meninggalkan sidik jari kimia mereka lama setelah mereka pecah.

    “Kami menemukan bahwa mantel masih merasakan efek dari perpisahan benua lama setelah benua itu sendiri telah berpisah,” kata Sascha Brune, seorang geodinamika dari University of Potsdam.

    “Sistem ini tidak mematikan ketika cekungan laut baru terbentuk, mantel terus bergerak, mereorganisasi, dan mengangkut bahan yang diperkaya jauh dari tempat asalnya,” ujarnya.

    Sebuah rantai gunung berapi dan gunung bawah laut di Samudra Hindia memberikan garis tambahan bukti. Setelah terletak di timur laut Australia, rantai ini termasuk Pulau Natal dan dibentuk lebih dari 150 juta tahun yang lalu sebagai superbenua Gondwana yang pecah.

    Wilayah ini tidak menunjukkan bukti kuat dari bulu mantel. Sebaliknya, ia menyajikan profil vulkanisme yang diperkaya yang terjadi dalam 50 juta tahun. Pengayaan ini perlahan menurun dari waktu ke waktu, karena konsisten dengan prediksi model para peneliti.

    Selain memecahkan misteri materi konvensional di lautan dan vulkanisme yang tak terduga jauh dari batas-batas tektonik, tim peneliti baru-baru ini menemukan beberapa rahasia geosains lainnya.

    Mereka menemukan bahwa gelombang mantel yang lambat dan bergulir juga dapat menyebabkan magma yang kaya berlian Meletus jauh di dalam Bumi. Akhirnya, gelombang mantel yang sama ini dapat menyebabkan pengangkatan benua, memaksa bagian benua yang tampaknya stabil untuk bangkit lebih dari satu kilometer, membentuk beberapa fitur topografi terbesar planet.

    (rns/rns)

  • Jam Saku Penumpang Titanic Diperkirakan Bernilai Rp 20 Miliar, Simpan Kisah Cinta Tragis Isidor cIda Straus

    Jam Saku Penumpang Titanic Diperkirakan Bernilai Rp 20 Miliar, Simpan Kisah Cinta Tragis Isidor cIda Straus

    Liputan6.com, Jakarta Sebuah jam saku emas milik salah satu penumpang terkaya di kapal RMS Titanic diperkirakan akan menjadi salah satu artefak termahal yang pernah dilelang. Jam yang ditemukan dari tubuh Isidor Straus seorang pengusaha sukses dan salah satu pemilik toko serba ada Macy’s di New York. Kini diperkirakan laku hingga 1 juta Euro atau sekitar Rp20,5 miliar dalam lelang yang digelar 22 November mendatang.

    Isidor dan istrinya, Ida, menjadi bagian dari lebih 1.500 korban yang tewas ketika Titanic tenggelam pada 14 April 1912 setelah menabrak gunung es dalam pelayaran dari Southampton menuju New York. Jenazah Isidor ditemukan beberapa hari setelah tragedi, dan di antara barang-barang pribadinya terdapat jam saku emas 18 karat merek Jules Jurgensen yang kini menjadi pusat perhatian para kolektor dunia.

    Kisah di Balik Jam Saku Bersejarah

    Juru lelang Andrew Aldridge dari Henry Aldridge & Son di Wiltshire mengatakan kepada BBC bahwa jam tersebut bukan sekadar benda antik, tetapi juga simbol perjalanan hidup Isidor Straus.

    “Dengan jam tangan ini, kami menceritakan kembali kisah Isidor. Ini adalah kenang-kenangan yang fenomenal,” ujarnya.

     

     

    Jam yang berhenti tepat pukul 02.20 waktu ketika Titanic benar-benar tenggelam diyakini merupakan hadiah dari Ida kepada suaminya pada 1888. Jam itu diukir dengan inisial keluarga Straus dan diwariskan turun-temurun sebelum akhirnya diperbarui oleh Kenneth Hollister Straus, cicit Isidor.

     

  • Muncul Lagi Tanda ‘Kiamat’ Baru, Kali Ini Datang dari Inggris

    Muncul Lagi Tanda ‘Kiamat’ Baru, Kali Ini Datang dari Inggris

    Jakarta, CNBC Indonesia – Selain berpotensi menimbulkan ‘kiamat’ atau bencana iklim, perubahan pola cuaca dan kondisi iklim global juga memberikan peluang baru yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Inggris saat ini diketahui tengah bersiap menghadapi wajah baru sektor pertanian imbas dari perubahan iklim.

    Seiring meningkatnya suhu dan berubahnya pola curah hujan, para peneliti kini mulai menanam tanaman yang sebelumnya dianggap mustahil tumbuh di negeri itu, termasuk padi dan lemon.

    “Menanam padi belum pernah dilakukan sebelumnya di Inggris,” ujar Nadine Mitschunas, ahli ekologi lapangan dari UK Centre for Ecology & Hydrology (UKCEH), seperti dikutip AFP, Jumat (31/10/2025). “Namun, seiring menghangatnya suhu akibat perubahan iklim, ini bukan ide yang terlalu gila karena tampaknya berhasil.”

    Mitschunas memimpin proyek penelitian di kawasan Fens, Cambridgeshire, dengan membasahi kembali lahan gambut yang sebelumnya dikeringkan untuk pertanian.

    Diketahui, wilayah itu selama ini menjadi sentra sayuran Inggris, memasok sepertiga kebutuhan nasional serta 20% kentang dan bit gula. Namun, drainase yang berlebihan telah menyebabkan degradasi lahan dan pelepasan karbon dioksida dari gambut, yang semestinya berfungsi sebagai penyerap karbon alami.

    “Kami menyadari tanah kami semakin menipis dan kami perlu berubah untuk mengamankan masa depan,” kata Sarah-Jane Taylor, salah satu pemilik lahan yang terlibat dalam proyek tersebut. Ia menilai ketersediaan air akan menjadi masalah serius bagi petani Inggris di masa depan.

    Proyek UKCEH ini menguji sembilan varietas padi yang berasal dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Filipina, dan Jepang. Empat di antaranya menunjukkan hasil menjanjikan, terutama varietas asal Kolombia. Bibit ditanam pada Juni dan mulai dipanen awal Oktober.

    “Saya belum makan nasi saya sendiri,” canda Mitschunas, “tapi mungkin 10 tahun lagi itu bisa jadi kenyataan.”

    Selain padi, Mitschunas juga meneliti potensi tanaman lain seperti buncis, kedelai, lemon, dan okra, tanaman yang diprediksi akan lebih cocok di iklim Inggris yang makin hangat. Penelitian ini tak hanya soal ketahanan pangan, tapi juga regenerasi lahan gambut untuk meningkatkan kapasitas penyerapan CO₂.

    Sementara itu, Profesor Mark Chapman dari Universitas Southampton menilai langkah ini sangat penting untuk transisi pertanian Inggris.

    “Jika kita menunggu hingga 20 atau 30 tahun dan baru menyadari bahwa kita tak bisa menanam gandum seperti dulu, kita akan punya masalah besar,” ujarnya. Ia menekankan perlunya memperlancar transisi dengan melibatkan petani dan membiasakan konsumen pada tanaman baru.

    Bagi para petani seperti keluarga Taylor, ide menanam padi tak lagi dianggap aneh. “Dulu kentang dan bit gula tidak ditanam di sini, tapi sekarang jadi tanaman utama. Jadi, mengapa padi tidak bisa menjadi pilihan di sini?” kata Sarah-Jane.

    (tfa/tfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Teh Hitam Vs Kopi Hitam, Mana yang Lebih Sehat? Ini Kata Ahli Gizi dari Oxford

    Teh Hitam Vs Kopi Hitam, Mana yang Lebih Sehat? Ini Kata Ahli Gizi dari Oxford

    Jakarta

    Perdebatan soal mana yang lebih sehat antara teh hitam dan kopi hitam terus menjadi topik yang kerap dibicarakan. Keduanya sama-sama menjadi ritual pagi bagi jutaan orang di seluruh dunia.

    Namun, di antara keduanya, mana yang sebenarnya lebih baik untuk kesehatan? Ahli gizi bersertifikat Oxford sekaligus pakar kebugaran, Suman Agarwal, memberikan penjelasannya.

    1. Kandungan Kafein

    Kopi hitam merupakan salah satu minuman paling populer di dunia. Terbuat dari biji kopi yang disangrai, minuman ini sering dikonsumsi di pagi hari karena efek stimulasinya yang kuat. Menurut National Library of Medicine, satu cangkir kopi seduh berukuran 8 ons mengandung sekitar 80-100 miligram kafein.

    Sebagai perbandingan, satu cangkir teh hitam mengandung sekitar 30-50 miligram kafein, sedangkan teh hijau dan teh putih memiliki kadar yang lebih rendah.

    Agarwal menjelaskan, kandungan kafein yang tinggi dalam kopi menyebabkan peningkatan dopamin secara cepat, sehingga membuat seseorang lebih waspada.

    “Teh juga memberikan efek kewaspadaan, tetapi teh mengandung L-theanine, asam amino yang memiliki efek menenangkan pada sistem saraf. Jadi, efek rangsangnya menjadi lebih seimbang,” ujarnya, dikutip dari Times of India.

    2. Metabolisme dan Pembakaran Lemak

    Selain membantu tubuh lebih terjaga, baik kopi maupun teh dikaitkan dengan peningkatan metabolisme dan pembakaran lemak.

    “Kopi mengandung asam klorogenat yang membantu metabolisme lemak,” jelas Agarwal.

    Sebuah studi tahun 2021 dari Universitas Southampton dan Edinburgh menemukan konsumsi tiga cangkir kopi per hari dapat menurunkan risiko penyakit hati berlemak hingga 20 persen dan risiko kematian akibat penyakit hati kronis hingga 49 persen. Studi tersebut melibatkan hampir 500.000 peserta, dan hasil terbaik terlihat pada mereka yang mengonsumsi kopi bubuk.

    Sementara itu, teh hitam juga memiliki manfaat serupa. “Teh hitam, teh Darjeeling, silver tip, dan teh putih mengandung polifenol dan katekin yang membantu meningkatkan metabolisme dan mendorong pembakaran lemak,” tambahnya.

    3. Faktor Stres

    Banyak orang memulai hari dengan secangkir kopi. Meski mampu meningkatkan energi, kadar kafein yang tinggi juga dapat memicu peningkatan kortisol, hormon utama penyebab stres. Agarwal mengingatkan kopi tidak cocok untuk semua orang karena bisa memperburuk kecemasan pada sebagian individu. Di sisi lain, teh cenderung lebih lembut terhadap sistem saraf.

    Namun, ia menegaskan baik teh maupun kopi dapat memicu asam lambung atau ketidaknyamanan pencernaan pada orang yang memiliki sensitivitas lambung. Agarwal juga menekankan anak-anak sebaiknya tidak mengonsumsi teh maupun kopi, karena kedua minuman ini dapat menghambat penyerapan kalsium dan zat besi dalam tubuh.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Atlantik Utara Gonjang Ganjing, Ilmuwan Beri Peringatan Waspada

    Atlantik Utara Gonjang Ganjing, Ilmuwan Beri Peringatan Waspada

    Jakarta

    Wilayah Atlantik Utara menjadi perhatian ilmuwan dalam beberapa tahun terakhir. Mereka menyoroti aktivitas Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC) yang kian mengkhawatirkan, dan menjadi alarm bahaya bagi Bumi.

    Apa itu AMOC?

    Atlantic Meridional Overturning Circulation atau disingkat AMOC adalah jaringan arus laut raksasa yang bergerak melalui Samudra Atlantik. AMOC sering diibaratkan seperti ban berjalan raksasa. Ia membawa air hangat dan kaya nutrisi ke utara dari dekat khatulistiwa, dan air dingin ke selatan dari dekat kutub.

    Namun, ini bukan jenis arus yang akan kita alami saat berada di pantai. Mengutip National Ocean and Atmospheric Administration (NOAA), arus pasang surut terjadi di dekat pantai dan dipengaruhi oleh Matahari dan Bulan, sedangkan arus permukaan seperti AMOC dipengaruhi oleh angin.

    “Namun, arus lain yang jauh lebih lambat yang terjadi dari permukaan ke dasar laut didorong oleh perubahan kadar garam dan suhu laut, sebuah proses yang disebut sirkulasi termohalin,” catat NOAA.

    Arus-arus terakhir inilah yang membentuk AMOC, dan bertanggung jawab atas beberapa keanehan di Samudra Atlantik dan iklim. Itulah sebabnya, misalnya, suhu di Tromsø, di Arktik Norwegia, bisa mencapai rata-rata -3°C bahkan di bulan Januari. Sementara, Pulau Southampton di Kanada misalnya, sekitar 591 kilometer lebih dekat ke khatulistiwa, mengalami suhu rata-rata -29°C.

    “Dan inilah alasan utama mengapa iklim Eropa telah stabil selama ribuan tahun,” tulis Robert Marsh, Profesor Oseanografi dan Iklim di Southampton University, dalam sebuah artikel di 2023 yang diterbitkan di The Conversation.

    Paradoksnya, inilah pula alasan mengapa cuaca di Eropa begitu tidak stabil. “Cuaca dan iklim Eropa, khususnya Eropa utara, sangat bervariasi dari hari ke hari, minggu ke minggu, dan tahun ke tahun. Dengan massa udara yang bersaing (hangat dan lembap, dingin dan kering, dan sebagainya) yang berpengaruh, seringkali dipengaruhi oleh jet stream di ketinggian,” Marsh menjelaskan.

    Secara keseluruhan, ini cukup penting dan berpengaruh. Jadi, kita perlu khawatir karena tampaknya sistem ini mulai rusak dan menuju keruntuhan.

    Proses yang Lambat dan Goyah

    AMOC bergerak dengan kecepatan yang secara bebas digambarkan ‘santai’. Artinya, dibutuhkan sekitar 1.000 tahun bagi setiap bidang air untuk menyelesaikan perjalanannya mengelilingi sabuk. Namun, ada beberapa bukti bahwa kecepatannya semakin melambat. Dalam beberapa tahun terakhir, semakin sedikit panas yang datang ke Eropa, dengan aliran AMOC saat ini lebih lemah daripada titik mana pun dalam milenium terakhir.

    Apakah ini akan berakhir total? Tidak dalam waktu dekat. Tapi bukan itu masalahnya. Ketakutan yang sesungguhnya di kalangan ilmuwan iklim adalah, ia terombang-ambing antara stabilitas dan ketidakstabilan. Jika manusia tidak segera bertindak, ia mungkin akan runtuh total.

    “Kekhawatiran umum akan risiko keruntuhan AMOC sudah ada sejak lebih dari setengah abad,” jelas Stefan Rahmstorf, seorang ahli oseanografi yang memimpin departemen analisis sistem Bumi di Potsdam Institute for Climate Impact Research di Jerman, pada 2024.

    “Fakta bahwa AMOC memiliki titik kritis pertama kali dijelaskan dalam sebuah studi terkenal oleh ahli oseanografi Amerika Henry Stommel pada 1961, ia menunjukkan bahwa sistem tersebut tidak stabil karena adanya sistem umpan balik yang memperkuat dirinya sendiri,” ujarnya.

    Ia menambahkan, hal ini sudah diketahui sejak lama, namun baru sekarang dianggap memiliki probabilitas rendah berdampak tinggi. Ini seperti memberi tahu seseorang yang naik pesawat bahwa kemungkinannya jatuh adalah 5%.

    “Namun sekarang, mengingat bukti baru, saya rasa banyak rekan saya, termasuk saya sendiri, tidak lagi menganggapnya sebagai kemungkinan kecil,” kata Rahmstorf.

    Jika AMOC Runtuh

    Jika AMOC runtuh, manusia akan mengantisipasi suhu yang lebih ekstrem di Eropa, lebih banyak banjir dan kekeringan terjadi, serta iklim yang lebih dingin dan kering di tempat-tempat seperti Irlandia dan Skandinavia, yang sejauh ini telah menjadi subur oleh arus Atlantik.

    Perbedaan suhu yang lebih besar di seluruh Eropa, pada gilirannya, akan mendorong lebih banyak peristiwa cuaca ekstrem, lebih banyak badai, badai yang lebih kuat, dan badai tropis muncul di tempat yang seharusnya tidak mereka datangi.

    Ini juga menjadi berita buruk bagi lautan di Bumi secara keseluruhan. Permukaan laut akan naik jauh lebih tinggi daripada yang sudah terjadi, dan ekosistem laut maupun darat akan menderita.

    “AMOC mengangkut oksigen ke laut dalam. Ini juga berita buruk, jika proses ini berhenti, karena jika terjadi kekurangan oksigen di lautan, seluruh jaringan kehidupan di Atlantik utara akan terganggu,” tegas Rahmstorf.

    Oksigen tersebut membawa banyak sekali CO2, hingga 25% dari jumlah yang kita hasilkan, ke dasar lautan. Oksigen telah menjadi penyelamat kita sejak lama, dan jika AMOC berhenti beraktivitas, banyak sekali gas rumah kaca tersebut yang akan tetap berada di atmosfer, yang semakin berkontribusi terhadap pemanasan global.

    Apa yang Bisa Manusia Lakukan?

    Apakah ada harapan bagi AMOC? Ilmuwan menjawab, mungkin. Tetapi itu membutuhkan kekuatan dan tekad politik yang sangat besar. Rahmstorf menyebutkan, hal utama adalah memprioritaskan kepatuhan terhadap apa yang disepakati dalam Perjanjian Paris.

    “Yaitu, membatasi pemanasan global hingga 1,5°C jika memungkinkan, tetapi tentu saja jauh di bawah 2 °C. Artinya 1,7 °C atau mungkin 1,8 °C,” ujarnya.

    Menurutnya, jika kita berhasil melakukannya, dan semua negara telah berkomitmen untuk melakukannya, maka kita benar-benar dapat meminimalkan risiko melewati titik kritis.

    “Tidak ada jaminan, tetapi saya pikir sangat mungkin kita akan terhindar dari titik kritis tersebut jika kita tetap berpegang pada Perjanjian Paris,” tutupnya.

    (rns/rns)

  • Ilmuwan Bicara Soal ‘Virgin Birth’, Wanita Bisa Hamil Tanpa Pria Tapi…

    Ilmuwan Bicara Soal ‘Virgin Birth’, Wanita Bisa Hamil Tanpa Pria Tapi…

    Jakarta

    Ilmuwan berbicara soal kemungkinan wanita mengalami ‘virgin births’ tanpa sperma pria. Kondisi ini dikenal dengan partenogenesis, salah satu bentuk reproduksi aseksual alami yang memungkinkan keturunan berkembang dari sel telur betina yang tidak dibuahi.

    Ada beberapa jenis hewan yang dapat melakukan hal ini. Beberapa di antaranya seperti hiu, buaya, kalajengking, lebah, dan masih banyak lagi.
    Belum jelas apa yang memicu spesies tertentu menjalani proses ini, atau apa persamaan di antara spesies-spesies yang mampu melakukannya. Namun, diketahui parthenogenesis biasanya terjadi ketika betina terisolasi lama dan hampir tidak punya harapan menemukan pasangan.

    Beberapa tahun lalu, peneliti berhasil menerapkan partenogenesis pada mamalia tikus, sesuatu yang ‘mustahil’ sebelumnya. Pada tahun 2022, peneliti di China melaporkan partenogenesis yang berhasil dilakukan dengan bantuan alat rekayasa gen kontroversial CRISPR.

    Hasilnya, seekor tikus lahir melalui metode ini, tumbuh hingga dewasa, dan bahkan mampu bereproduksi. Dengan logika ini, mungkin saja di masa depan metode yang sama dilakukan pada manusia.

    Pakar zoologi Nottingham Trent University, Dr Louise Gentle mengatakan secara teknis partenogenesis pada manusia mungkin saja dilakukan. Namun, ini hanya bisa dilakukan dengan mutasi gen tertentu berkembang biak satu sama lain.

    “Memang ada studi laboratorium yang menghasilkan embrio partenogenetik pada mamalia, tapi itu melalui modifikasi genetik,” jelas Gentle dikutip dari Daily Mail, Rabu (24/9/2025).

    “Walau DNA kita bisa berubah lewat mutasi alami, peluang mutasi yang tepat untuk menyebabkan partenogenesis sangatlah kecil. Untuk bisa terjadi pada manusia, individu dengan mutasi serupa harus bertemu dan bereproduksi. Itu kemungkinan yang amat tipis, tapi secara teori bisa saja,” sambungnya.

    Sel telur telur manusia masih membutuhkan ‘informasi’ tertentu dari sperma agar bisa berkembang menjadi embrio. Informasi ini berupa modifikasi epigenetik, yaitu perubahan pada aktivitas gen tanpa mengubah susunan DNA.

    Alat rekayasa gen seperti CRISPR bisa saja mengubah syarat dasar ini dengan menciptakan mutasi buatan. Namun, untuk melakukannya pada manusia akan menimbulkan masalah etika serius.

    “Secara teori, CRISPR bisa dipakai untuk mengubah gen, tapi pada manusia hal itu ilegal, tidak bermoral, dan tidak etis,” tegas profesor genetika di Universitas São Paulo Brazil, Tiago Campos Pereira sembari menegaskan adanya hambatan biologis untuk hal tersebut.

    Profesor Biologi Universitas Southampton Herman Wijnen menuturkan sejauh ini hanya tikus satu-satunya mamalia yang berhasil menjalani partenogenesis. Ia mengingatkan adanya potensi bahaya jangka panjang dari individu hasil partenogenesis, termasuk risiko penyakit.

    Semua bayi yang lahir melalui partenogenesis pada dasarnya adalah klon genetik identik dari induknya, termasuk hidup spesies.

    “Saya tidak yakin ada peneliti yang serius mencoba pada manusia karena alasan etika yang jelas,” ujar Wijnen.

    Gentle juga menambahkan kurangnya keragaman genetik dapat mengancam kelangsungan hidup spesies. Ini dapat memicu kepunahan sebuah populasi.

    Jadi, meskipun partenogenesis pada manusia tidak sepenuhnya mustahil, sebaiknya tetap dihindari demi kelangsungan umat manusia.

    “Parthenogenesis berisiko bagi kelangsungan hidup spesies, karena jika satu individu rentan terhadap penyakit, maka semua akan rentan, dan populasi bisa punah,” tandas Gentle.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video KuTips: Catat Pertolongan Pertama Jika Anak Keracunan Makanan!”
    [Gambas:Video 20detik]
    (avk/kna)

  • Awal Mula Bocah 2 Tahun Kena Stroke, Tiba-tiba Wajah Turun Sebelah

    Awal Mula Bocah 2 Tahun Kena Stroke, Tiba-tiba Wajah Turun Sebelah

    Jakarta

    Seorang bocah berusia 2 tahun di Inggris bernama Carter Bayley mengalami stroke, kondisi yang termasuk langka di anak seusianya. Sang ibu yang bernama Elise menceritakan bagaimana awal mula anak tercintanya itu bisa mengalami stroke di usia yang tidak wajar.

    Elise dari Berkshire, Inggris menceritakan gejala awal stroke yang dialami oleh Carter pertama kali muncul saat anaknya itu mandi. Elise terkejut melihat wajah sisi kanan Carter tiba-tiba menurun.

    Awalnya, Elise mengira itu adalah sebuah reaksi alergi. Ia akhirnya memutuskan memberikan obat Piriton dan wajah Carter sempat kembali normal.

    Tak lama berselang, wajah sisi kanan Carter kembali menurun. Pada saat itu, Elise dan sang suami, Lawrence menyadari ada sesuatu yang tidak beres pada kondisi Carter.

    Elise akhirnya melarikan Carter ke Southampton Children’s Hospital. Dokter yang melakukan pemeriksaan menyebut Carter mengidap stroke iskemik arteri, bentuk stroke langka yang hanya menyerang kurang dari 100 anak per tahun di Inggris.

    Dokter lalu melakukan tindakan cepat dan memasukkan Carter dalam keadaan koma untuk menghindari kerusakan otak yang lebih parah. Pada saat itu, dokter bahkan meminta Elise dan Lawrence untuk mempersiapkan kemungkinan terburuk.

    “Itu adalah masa terburuk bagi kami semua. Kami diberi tahu bahwa jenis stroke Carter parah dan harus bersiap menghadapi yang terburuk, tapi kami tetap penuh harapan. Tidak ada yang bisa memastikan bagaimana masa depan Carter, dan apakah ia akan selamat,” cerita Elise dikutip dari Daily Echo, Minggu (7/9/2025).

    Setelah menjalani perawatan intensif di ruang PICU selama 4 hari, Carter berhasil diselamatkan dan memulai program rehabilitasi setelahnya. Pada saat pertama kali sadar, Carter sempat mengalami gangguan kognitif.

    Carter kesulitan berkomunikasi hingga tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya.

    “Karena Carter masih sangat muda, kami menggunakan pendekatan bermain dalam rehabilitasinya. Meski stroke Carter parah, ia menunjukkan pemulihan luar biasa,” kata salah satu dokter yang terlibat dalam perawatan Carter, Dr Georgina Bird-Lieberman.

    Proses rehabilitasi intensif berjalan selama enam minggu. Carter mulai mengalami kemajuan seperti berbicara dan berjalan beberapa langkah tanpa bantuan.

    Dokter terkejut dengan cepatnya perkembangan kondisi Carter.

    “Carter sekarang kembali menjadi anak ceria seperti dulu, tertawa dan bermain. Perjalanannya masih panjang, tapi ketika saya melihat senyum di wajahnya, kami tidak bisa meminta lebih dari itu,” tandas Lawrence merasa senang melihat kondisi putranya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Arus Utama Samudra Atlantik Bisa Mulai Runtuh pada 2055

    Arus Utama Samudra Atlantik Bisa Mulai Runtuh pada 2055

    Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah studi baru mengungkapkan arus samudra Atlantik yang merespons perubahan iklim sedang melaju menuju titik kritis yang dapat menyebabkan dampak parah sebelum akhir abad ini.

    Dilansir dari livescience, arus-arus tersebut membentuk Sirkulasi Terbalik Meridian Atlantik (AMOC), yang berputar mengelilingi Samudra Atlantik seperti sabuk konveyor raksasa, membawa panas ke Belahan Bumi Utara sebelum bergerak ke selatan lagi di sepanjang dasar laut.

    Bergantung pada seberapa banyak karbon yang dipancarkan manusia dalam beberapa dekade mendatang, AMOC dapat mencapai titik kritis dan mulai runtuh paling cepat pada tahun 2055, dengan konsekuensi dramatis bagi beberapa wilayah, demikian temuan para peneliti.

    Prediksi menakutkan ini, yang didasarkan pada skenario di mana emisi karbon berlipat ganda antara sekarang dan tahun 2050, dianggap tidak mungkin tetapi hasil dari skenario yang jauh lebih mungkin di mana emisi berkisar pada tingkat saat ini selama 25 tahun ke depan tidak jauh lebih baik, menurut studi tersebut.

    Bahkan jika kita mempertahankan pemanasan global abad ini pada 4,8 derajat Fahrenheit (2,7 derajat Celsius) di atas tingkat pra-industri sebuah skenario “jalan tengah”, menurut laporan iklim PBB terbaru AMOC akan mulai runtuh pada tahun 2063, menurut hasil penelitian tersebut.

    “Peluang terjadinya keruntuhan jauh lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya,” ujar Sybren Drijfhout, profesor oseanografi fisik di University of Southampton di Inggris dan Utrecht University di Belanda, dilansir dari Live Science.

    Secara keseluruhan, peluang keruntuhan AMOC pada abad ini adalah sekitar 50-50, menurut perkiraan Drijfhout, yang tidak terlibat dalam penelitian baru ini tetapi baru-baru ini memimpin studi serupa yang diterbitkan dalam jurnal Environment Research Letters.

    Dalam studi tersebut, Drijfhout dan rekan-rekannya menjalankan model iklim terbaru untuk periode setelah tahun 2100 dan menemukan bahwa skenario emisi tinggi, atau skenario yang menyebabkan pemanasan sekitar 8 derajat Fahrenheit (4,4 derajat Celsius) di atas tingkat pra-industri pada akhir abad ini, selalu menyebabkan keruntuhan AMOC. Skenario yang selaras dengan tujuan Perjanjian Paris untuk menjaga pemanasan idealnya di bawah 2,7 F (1,5 C) juga memicu keruntuhan pada dua model, yang menunjukkan bahwa kerusakan lebih mungkin terjadi daripada yang diperkirakan para ilmuwan sebelumnya, katanya.

    Van Westen dan rekan-rekannya sebelumnya menunjukkan bahwa aliran air tawar Atlantik pada 34 derajat lintang selatan, garis lintang di sepanjang ujung Afrika Selatan, merupakan penanda yang baik untuk stabilitas AMOC dan dapat memperingatkan para ilmuwan tentang keruntuhan yang akan datang. Penanda ini berfungsi untuk kondisi lingkungan yang berubah secara perlahan, tetapi kurang berguna untuk mengidentifikasi tren AMOC di bawah iklim yang memanas dengan cepat, kata van Westen.

    Untuk mengukur kapan titik kritis akan tercapai, studi baru ini mengamati massa air yang tenggelam ke dasar laut di Atlantik Utara.

    Saat ini, air permukaan kehilangan panas ke atmosfer ketika mencapai Atlantik Utara yang dingin. Air permukaan ini menjadi sangat dingin, asin, dan padat sehingga tenggelam ke dasar laut, membentuk arus yang bergerak di sepanjang dasar laut ke Belahan Bumi Selatan. Proses tenggelamnya air dingin dan padat ini disebut pembentukan air dalam, dan inilah mesin penggerak AMOC. Pembentukan air dalam dapat diukur melalui perubahan kepadatan air laut atau dengan mengekstrapolasi data laut dalam model iklim.

    “Ketika kuantitas ini berkurang menjadi nol, artinya permukaan menjadi terlalu ringan dan tidak terjadi penurunan,” yang pada dasarnya merupakan momen ketika AMOC mulai runtuh, kata van Westen.

    Pembentukan air dalam sudah menurun akibat pemanasan suhu udara di Atlantik Utara dan pencairan es Arktik. Udara hangat berarti air permukaan tidak dapat kehilangan cukup panas untuk tenggelam, sementara pencairan es mengencerkan konsentrasi garam air dan dengan demikian mengurangi kepadatannya.

    Wopke Hoekstra, komisioner Eropa untuk iklim, nol bersih, dan pertumbuhan bersih, menggambarkan temuan ini sebagai “peringatan serius terhadap iklim” dalam sebuah unggahan media sosial. “Studi baru ini menunjukkan bahwa Arus Teluk bisa runtuh dalam masa hidup kita,” ia memperingatkan.

    Namun, dampaknya tidak akan langsung terasa setelah AMOC mulai runtuh, menurut studi tersebut. Para penulis memperkirakan bahwa dibutuhkan lebih dari 100 tahun bagi AMOC untuk melemah secara signifikan dan pola cuaca baru akan muncul.

    Namun, Drijfhout berpendapat bahwa keruntuhan tersebut bisa terjadi hanya dalam 50 tahun. AMOC seperti api unggun yang bahan bakarnya semakin menipis, katanya.

    “Jika kita berhenti menambahkan balok kayu baru ke dalam api, apinya tidak langsung padam, tetapi akan terus membara untuk beberapa waktu,” kata Drijfhout. “Bagi AMOC, ‘masa membara’ ini adalah [sekitar] 50 tahun.”

  • Ilmuwan Inggris Mengaku Pecahkan Misteri Segitiga Bermuda

    Ilmuwan Inggris Mengaku Pecahkan Misteri Segitiga Bermuda

    Jakarta, CNBC Indonesia – Misteri Segitiga Bermuda yang selama ini dikaitkan dengan hilangnya kapal dan pesawat disebut-sebut telah terpecahkan. Klaim ini disampaikan oleh oseanografer Simon Boxall dari University of Southampton, Inggris.

    Terletak di antara ujung selatan Florida, Puerto Riko, dan Pulau Bermuda di utara, kawasan ini telah memicu spekulasi dan rasa penasaran selama bertahun-tahun.

    Segitiga Bermuda disebut bertanggung jawab atas hilangnya lebih dari 50 kapal dan 20 pesawat. Catatan mengenai kawasan bahkan sudah ada sejak zaman Christopher Columbus. Dalam buku hariannya pada pelayaran pertama ke “Dunia Baru” tahun 1492, Columbus menulis tentang jarum kompas yang berputar tidak wajar, cahaya aneh di kejauhan, serta gumpalan air putih misterius.

    Soal Segitiga Bermuda, Boxall menjelaskan bahwa fenomena “rogue waves” atau gelombang raksasa bisa menjadi penyebab utama hilangnya puluhan kapal dan pesawat di kawasan Atlantik Utara tersebut.

    Gelombang ini terbentuk akibat pertemuan badai dari arah selatan, utara, dan terkadang Florida, sehingga menciptakan hempasan setinggi lebih dari 30 meter.

    Ia menambahkan, kapal yang terjebak gelombang setinggi itu sangat rentan terangkat di antara puncak gelombang, sehingga bisa patah menjadi dua.

    “Gelombang itu sangat curam dan tinggi. Kapal yang terjebak bisa terangkat di antara dua puncak gelombang dan patah menjadi dua. Makin besar kapalnya, makin parah kerusakannya,” ujar Boxall dalam dokumenter Channel 5 The Bermuda Triangle Enigma.

    Tim Boxall bahkan melakukan simulasi menggunakan model USS Cyclops, kapal angkut milik Angkatan Laut Amerika Serikat yang hilang pada tahun 1918 bersama 309 awaknya. Hasil simulasi menunjukkan kapal bisa tenggelam dalam dua hingga tiga menit jika dihantam gelombang raksasa.

    “Bayangkan gelombang raksasa dengan puncak di kedua ujungnya, sementara di bawah kapal tidak ada penopang. Kapal bisa patah dua dan tenggelam hanya dalam dua sampai tiga menit,” jelasnya.

    Meski begitu, klaim Boxall menuai keraguan. Badan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (NOAA) menegaskan tidak ada bukti ilmiah bahwa Segitiga Bermuda lebih berbahaya dibanding wilayah laut lain yang ramai dilalui.

    NOAA menilai sebagian besar insiden dapat dijelaskan oleh faktor lingkungan, termasuk kondisi perairan dangkal di sekitar Laut Karibia yang berisiko bagi navigasi kapal.

    “Faktor lingkungan dapat menjelaskan sebagian besar, bahkan hampir semua, peristiwa hilangnya kapal. Banyaknya pulau di Laut Karibia menciptakan area perairan dangkal yang bisa sangat berbahaya bagi navigasi kapal,” kata pihak NOAA.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Diaspora Indonesia di Inggris dan Irlandia Rayakan HUT ke-80 RI dengan Meriah

    Diaspora Indonesia di Inggris dan Irlandia Rayakan HUT ke-80 RI dengan Meriah

    JAKARTA – Duta Besar RI untuk Inggris sekaligus Irlandia, Desra Percaya, menyampaikan bahwa masyarakat diaspora Indonesia menyambut Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia dengan penuh antusiasme, meski tersebar di berbagai kota besar di kedua negara tersebut.

    Menurutnya, semangat perayaan tetap terjaga karena para diaspora menggelar kegiatan secara mandiri di kota masing-masing. Hal ini dilakukan agar mereka tidak perlu menempuh perjalanan panjang maupun mengeluarkan biaya besar hanya untuk hadir di Kedutaan Besar RI di London.

    “Warga kita mengadakan perayaan di berbagai wilayah, mulai dari Southampton, Liverpool, Manchester, Dublin (Irlandia), hingga Belfast di Irlandia Utara,” ujar Dubes Desra seperti dikutip ANTARA.

    Ia menambahkan bahwa Hari Kemerdekaan selalu menjadi momen penting yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia di perantauan, baik mahasiswa maupun kalangan profesional. “Ini adalah wujud kecintaan sekaligus kebanggaan mereka terhadap Indonesia,” ungkapnya.

    Tidak hanya upacara, peringatan HUT RI di Inggris juga diwarnai dengan beragam lomba khas tanah air, seperti balap karung, balap kelereng, serta pertandingan sepak bola dan voli. Sementara itu, KBRI London juga akan menggelar upacara pengibaran bendera di Wisma Nusantara.

    Dubes Desra pun mengungkapkan rasa syukurnya karena pelaksanaan upacara 17 Agustus di London berlangsung dengan cuaca cerah, meski suhu udara berada pada kisaran 14–18 derajat Celsius.

    Peringatan Kemerdekaan RI tahun ini mengusung tema “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju.” Tema tersebut mencerminkan semangat persatuan dan optimisme bangsa dalam menghadapi masa depan.

    Di Jakarta, Presiden Prabowo Subianto memimpin langsung upacara Detik-Detik Proklamasi di Istana Merdeka. Selain itu, sejumlah agenda juga digelar untuk memeriahkan HUT ke-80 RI, antara lain Kirab Bendera Merah Putih dan Teks Proklamasi, Pesta Rakyat, serta Karnaval Bersatu Kemerdekaan.